Selasa, 15 Agustus 2017

CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN KEMAJUAN



BAB I PEMBAHASAN
A.    CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM PADA ZAMAN KEMAJUAN
Sejak lahirnya islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran islam, pendidikan dan pengajaran islam itu terus berkembang pada masa Khulafaurrasyaidin dan Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan bidang kemajuan pendidikan islam. Sementara system pendidikan masih sama ketika masa Rasul dan Khulafaur rasyidin, hal ini terlihat pada pola pengajaran dengan system kuttab, tempat anak-anak belajar membaca dan menulis al-Quran serta ilmu agama islam lainnya. System pola ini bertempat dirumah guru, istana dan masjid. Yaitu kuttab yang pelaksanaannya di masjid.
Pada masa Dinasti Umayyah, pembangunan lembaga-lembaga pendidikan, seperti kuttab dan masjid menjadi tujuan utama para Khalifah dan Gubernur setempat. Pendanaan lembaga-lembaga pendidikan ini sangat tergantung pada pemerintah sebagai pemrakarsa dan propagandis. Masjid Jami yang banyak bermunculan pada Dinasti Abbasiyah di biayai keberaradaannya dan oporasionalnya oleh pemerintah sepenuhnya. Halaqah-halaqah yang diangkat oleh Khalifah untuk mengajarkan bidan kajian tertentu. Pada masa-masa akhir, daulah Umayyah dalam kondisi politik yang tidak stabil, pemborantakan-pemborantakan yang terjadi disana-sini,akibat perebutan kekuasaan didalam lingkungan keluarga Umayyah sendiri, serta firqah-firqah yang muncul pada saat itu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh keluarga Abbas untuk memulai gerakannya.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbas, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah, dinamakan Khalifah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan dari Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Alsaffah Ibnu Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Pada permulaan Dinasti Abbasiyah pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya diseluruh negara islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar di kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda-pemuda berlomba-lomba untuk menuntut ilmu pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidikan. Meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu penegtahuan.
Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada masanya. Zaman keemasan islam dicapai pada masa dinasti ini berkuasa. Pada masa ini pula umat islam banyak melakukan kajian kritis ilmu pengetahuan. Akibatnya pada masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan sehingga membuat ilmu pengetahuan menjadi maju begitu pesat. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid(786-809 M) dan putranya Al-Ma’mum (813-833 M) kekayaan yang dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan, pada masanya sudah terdapat paling tidak. sebanyak 800 orang Dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusatraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma;mun pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai Khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemrintahannya, ia menerjemahkan buku-buku Yunani, ia juga banyak mendirikan sekolah-sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dan perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum. Dan diberi nama Darul Ilmi, yang berisi buku-buku yang tidak terdapat diperpustakaan lainnya. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan pada saat ini pula Baghdad dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru dunia. Diantara bangunan-bangunan atau sarana pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah adalah:
Madrasah yang terkenal pada saat itu adalah madrasah nidzamiyah, yang didirikan oleh seseorang perdana menteri Nidzamul Muluk (456-486 M), bangunan tersebut tersebar luas di kota Baghdad, Balkan, Muro, Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.
  1. Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
  2. Majelis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan para ulama, cendikiawan dan para pilosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti. 
  3. Darul hikmah, perpustakaan pusat. 


Adapun ciri-ciri pendidikan islam pada zaman kemajuan antara lain:
1.      INTEGRASI ILMU
Sejak zaman Bani Umayyah telah tumbuh ilmu pengetahuan baik naqliyah maupun ‘aqliyah. Selanjutnya, pada zaman banni Abbasiah kemajuan yang dicapai di zaman umayyah tersebut semakin meningkat banyak pula melahirkan sarjana/ulama. Ilmu dalam pandangan Islam terbagi dua:
a.       Ilmu-Ilmu Naqliyah
Ilmu Naqliyah adalah ilmu yang bersumber dari wahyu. Ayat-ayat Qur’an yang turun mengandung ilmu pengetahuan, diuraikan serta diperinci oleh para ulama, maka lahirlah ilmu seperti: kalam, fikih, tafsir, Hadits, tasawuf, dan bahasa arab.
Pada zaman kemajuan, berkembang dengan suburnya semua ilmu-ilmu tersebut. Ilmu kalam, ilmu fiqih, ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu tasawuf, dan bahasa arab. Dalam bidang ilmu kalam, pada saat itulah berkembang berbagai aliran: Mu’tazilah, Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah, dan Muturidiyah.
b.      Ilmu-ilmu ‘Aqliyah
Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu ‘aqliyah yaitu ilmu-ilmu yang tidak dikategorikan kedalam ilmu lisaniyah dan naqliyah. Yang termasuk dalam bidang ilmu ‘aqliyah yaitu: filsafat, ilmu pasti, ilmu falak, ilmu bumi, sejarah, fisika, kimia, kedokteran, ilmu musik, arsitektur, dan lain-lain.
Berdasarkan kurukulum yang dilaksanakan pada lembaga-lembaga pendidikan islam pada zaman kemajuanyang telah dikemukakan terdahulu dapat dilihat bahwa pada masa kemajuan itu ilmu terintegrasi.
Perkenalan umat islam dengan ilmu pengetahuan non kewahyuan, ketika terjadi penakhlukan daerah-daerah di belahan utara saudi arabia-syiria, irak, iran, mesir yang kaya dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Hasil kontak itulah yang menimbulkan munculnya semangat ilmiah dikalangan kaum muslim dan  mulailah muncul periode penerjemahan. Setelah melewati periode penerjemahan umat islam menjadi pelopor ilmu pengetahuan terutama sekitar abad kedelapan sampai kedua belas masehi. Pada ketika itu, berkembanglah dikalangan umat islsm dua pilar utama ilmu pengetahuan, yakni ilmu-ilmu naqliyah dan ‘aqliyah.
Al-Farabi mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut:
1.      Ilmu bahasa: sinteksis, tata bahasa, cara berbicara, puisi
2.      Logika: pembagian, komposis, dan definisi pikiran secara sederhana
3.      Ilmu propaedeutic: ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu optik, ilmu tentang cakrawala, musik, ilmu gaya barat, ilmu membuat alat
4.      Fisika(ilmu alam): Metafisika(ilmu tentang Tuhan dan prinsip benda)
5.      Ilmu kemasyarakatan: yurisprudensi, retorika.
Al-Farabi memasukkan studi keagamaan dibawah metafisika dan ilmu kemasyarakatan ( Ashraf, 1985: 29).
Naquib al-Attas, menjelaskan hakikat pengetahuan bertolak dari pandangan bahwa semua pengetahuan itu datangnya dari Allah. Penggolongan pengetahuan berdasarkan kepada kenyataan bahwa manusia itu mempunyai dua jiwa, yang satu adalah santapan dan kehidupan jiwa sedangkan yang kedua adalah kelengkapan yang dapat digunakan untuk melengkapi dirinya didunia untuk mengejar tujuan yang pragmatis. Pengetahuan jenis pertama diberikan Allah melalui wahyu-Nya kepada manusia lewatt Al-qu’an.
Pengetahuan jenis pertama menyingkapi misteri wujud dan eksistensi dan mengungkapkan hubungan sejati antara diri manusia dengan Tuhannya.Pengetahuan ini pada akhirnya tergantung kepada rahmat Allah dan karna itu menuntut perbuatan dan amal pengabdian kepada Allah sebagai persyaratan bagi penyampaian yang mungkin, sehingga dapatlaah disimpulkan bahwa supaya pengetahuan itu dapat dicapai, maka pengetahuan tentang prasyarat menjadi perlu. Dan ini meliputi unsur-unsur dasar islam (islam, iman, ihsan). Adapun jenis kedua adalah pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan penelitian. Hal itu ditempuh lewat penyelidikan dan perenungan rasional. Kelompok ilmu pertama wajib diketahui oleh semua. Setiap muslim fard ‘ain, sedangkan kelompok ilmu kedua fard kifayah (al-attas, 1979:29-34)

2.MUNCULNYA TRADISI KEILMUAN
Tradisi ilmiah ini telah terbangun sejak adanya kontak antara umat islam dengan peradaban yang sudah maju diberbagai negara yang menjadi takhlukan (syam,irak,persi,mesir), maka mulailah umat islam mengenal ilmu pengetahuan(sains) dan secara bertahap umat islam mempelajarinya yang akhirnya menimbulkan kecintaan umat islam kepada ilmu pengetahuan (sains). Atas upaya kreatif umat islam berkembanglah ilmu pengetahuan itu. Kesemarakan pengembangan ilmu itu tidak lepas peranan dukungan dari kekhalifahan islam. Ada tiga kerajaan besar islam yang mendukung pengembangan ilmu itu pada abad pertengahan. Pertama, kekhalifahan bani abbas yang berpusat di Baghdad. Kedua, kekhalifahan bani umayyah andalusia yang berpusat di Kordoba. Ketiga, kekhalifahan fathimiyah yang berpusat di Kairo.
Bani Abbas memulai tradisi ilmiah itu pada masa khalifah al-Mahdi, dilanjutkan oleh putranya al-Hadi, lalu mencapai puncaknya pada Harun ar-Rasyid serta anaknya al-Makmun. Pada masa inilah semaraknya penerjemah, penulisan, bacaan, diskusi dan dialog tentang ilmu pengetahuan.
Tradisi ilmiah di Andalusia dimulai pada masa kerajaan bani umayyah di Andalusia di pelopori oleh al-Hakam bin Hisyam I Abd. Rahman I, dengan dibangunnya  akademi Kordoba (Thomson, 2004, 54). Pada masa kejayaannya, kordoba merupaka salah satu dari keajaiban dunia.
Pada masa Abdur Raahman III, Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang menakjubkan, khususnya seni arsitektur. Diketahui bahwa kardoba pada saat itu memiliki 300 mesjid, 100 istana megah, 13.000 gedung, dan 300 tempat pemandian umum (K.Ali, 2003:466).
Dinasti Ftimiyah di Mesir juga mempunyai peranan dalam membangun tradisi ilmiah. Al-Aziz khalifah kelima dari dinasti fatimiyah yang mencintai pendidikan, di zamannnya Mesjid Al-Azhar menjadi sebuah akademi.Kekayaan dan kemakmuran dinasti fatimiyah dan besarnya perhatian para khalifah merupakan faktor pendorong para ilmuan untuk berpindah ke kairo. Khalifah fatimiyah mendirikan sejumlah sekolah dan perguruan, mendirikan perpustakaan umum, dan lembaga ilmu pengetahuan. Dar al-Hikmah merupakan prakarsa terbesar untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh khalifah al-Hakim pada tahun 1005 M. Khalifah fatimiyah pada umumnya juga mencintai berbagai seni bangunan (arsitektur). Mereka mempercantik ibu kota dan kota-kota lainnya dengan berbagai bangunan megah. Mesjid agung al- Azhar dan Mesjid al-Hakim menandai kemajuan arsitektur zaman Fathimiyah (K.Ali, 2003:515).
3.ILMUWAN  DAN PRODUKTIVITASNYA
1.      Al-Kindi, nama lengkapnya Abu Yusuf  Ya’qub bin Ishak bin sabah bin imran bin ismail bin Muhammad bin al-Asy’at bin Qais al-Kindi. Lahir di kufah pada tahun 801 M dan wafat di Baghdad tahun 869 M. Tidak banyak informasi tentang riwayat pendidikannya. Ada riwayat menerangkan bahwa ia pernah belajar di Basrah dan Baghdad, serta ia seorang cerdas, menguasai bahasa yunani, siryani disamping belajar bahasa Arab (Ensiklopedia islam jilid III, 1999:69). Ia dijuluki Filsuf dari Arab, hal ini boleh jadi karena kegeniusannya, dia memiliki keahlian dalam bidang filsafat teologi Arab dan Matematika (Fakhri, 1987:113).
Karya-karyanya ada sejumlah 270, dalam bidang filsafat,logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometris, medis, astrologis, dialektika, psikologi, politik, dan meteorologi. Karya-karyanya ini banyak yang diterjemahkan kedalam bahasa latin dan Eropa, sehingga turut mempengaruhi pemikiran orang-orang Eropa pada abad pertengahan (Ensiklopedia islam jilid 3, 1999:70).
Diantara buah pikir al-Kindi adalah tentang jiwa atau roh, eksistensinya terpisah dari tubuh yang tidak tergantung satu sama lainnya. Menurut beliau, roh atau jiwa terbagi kepada tiga daya, yaitu daya bernafsu (al-Quwwah as-syahwatiyah), daya pemarah (al-Quwwah ghadabiyah) dan daya pikir (al-Quwwah natiqiyah). Selanjutnya, Al-kindi membagi akal kepada tiga macam, yaitu akal yang bersifat potensial, akal yang sudah keluar dari tingkat potensial menjadi akal aktual, dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualisasi (Ensklopedia islam, jilid 3, 1999:70).
2.      Al-Farabi, nama lengkapnya Abu Nashar Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Ushlaq al-farabi, lahir pada tahun 870 M di Farb dan wafat pada tahun 950 di Aleppo. Al-Farabi sangat terkenal sebagai ahli logika, hal ini dapat dilihat dari komentar-komentarnya terhadap logika Aristoteles, diantara karya-karya utamanya tentang logika ini, antara lain: komentar terhadap Analityca posteriora, analytica priora, isagoge, Tipika, Shopistica, De Interppretatione, dan De Cateoriare.
3.      Ibnu sina, nama lengkapnya Abu Ali Husein bin Abdullah, lahir tahun 980 M di Bukhara, Wafat tahun 1037 di Hamadan. Dikalangan orang barat terkenal namanya dengan Avvesenna, terkenal sebagai dokter dan filsuf. Sejak kecil ia telah menghafal Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama. Kemudian ia mempelajari matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, hukum islam, teologi, dan kedokteran. Dia terjun kedunia kedokteran sejak usianya 17 tahun.
4.      Ibn Rusyd, nama lengkapnya Abu al-walid Muhammad bin Muhammad, lahir tahun 1126, seorang dokter, ahli hukum, dan tokoh filsuf yang paling menonjol. Karya-karyanya yaitu Bidayatul Mujtahid, isinya mengenai fikih perbandingan.
5.      Al-Khawarizmi, nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa al-khawarizmi lahir tahun 780 M dan wafat tahun 850, seorang ahli matematika yang terkemuka, beliau memiliki jasa-jasa yang tidak sedikit dalam bidang matematika, diantaranya metode menghitung logaritma dan juga mempelopori penggunaan angka nol. Jasa beliau yang lain yaitu menggunakan konsep sinus. ( Ensiklopedia Tematik jilid 4, 2003:238)
6.      Al-Biruni,  nama lengkap Abu Raihan al-Birunni , lahir 873 dan wafat tahun 1048 di khawarizmi. Beliau mempelajari banyak ilmu pengetahuan seperti, matematika, fisika, geologi, geografi, dan filsafat.
7.      Umar Khayam, nama lengkap Giyasuddin Abu al-Fath Umar bin Ibrahim al-Khayami lahir di Nisabur,Khurasan 1048 dan wafat 1131M. Beliau adalah seorang penyair besar, sufi, filsuf, ahli matematika, ahli astronomi. Umar menulis buku al-jabr, buku matematika terpenting pada abad pertengahan (Ensiklopedia Tematik jilid 5., 2003:239).

4.      BERKEMBANGNYA ATMOSFER ILMIAH
Atmosfer ilmiah tumbuh dengan subur melalui :
a.       Lembaga kajian ilmiah.
b.      Majlis diskusi, seminar.
c.       Perpustakaan.
d.      Rihlah ilmiah.

5..I’TIBAR DAN ‘IBRAH YANG DAPAT DIAMBIL PADA ZAMAN KEMAJUAN     PENDIDIKAN ISLAM
a. Dukungan Pemerintah
Kemajuan pendidikan islam memperoleh banyak kemajuan selama berabad-abad, karena dukungan para penguasa. Para khalifah yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan berpengaruh besar bagi dunia pendidikan islam. Kepedulian para khalifah telah dimulai sejak zaman khulafaur rasyidin dan khalifah-khalifah bani umayyaah, kemudian semakin intensif pada zaman kemajuan.
b.Semangat Berwakaf
Kemajuan pendidikan islam itu tidak hanya bersifat dari atas ke bawah, yaitu peranan para khalifah, tetapi juga peranan masyarakat. Masyarakat memiliki partisipasi dalam bidang pendidikan dengan cara memberikan bantuan pembiayaan lewat wakaf.
c.Semangat Rihlah Ilmiah
Banyak musafir yang bertujuan untuk mendalami ilmu pengetahuan, mereka bermukim ditempat tujuan untuk jangka yang lama, kemudian berpindah lagi ke tempat yang lain.
d.Semangat Penyebaran Ilmu
Semangat penyebaran ilmu itu dapat dilihat terutama dari produktivitas mereka dalam bidang ilmu pengetahuan. Para ulama dan cendikiawan tersebut telah menulis buku yang luar biasa banyaknya. Karya-karya mereka itu tersimpan di berbagai perpustakaan. Tokoh-tokoh seperti, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibn Rusydy, dan Ibn khaldun, begitu juga imam-imam mazhab yang empat ( Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal) adalah ulama-ulama yang memiliki tulisan-tulisan dibidangnya.






0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda