Rabu, 11 September 2024

Makalah Katarak Klasifikasi katarak serta Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Cahaya yang masuk akan direfraksikan ke retina, yang akan dilanjutkan ke otak berupa impuls melalui saraf optik agar dapat diproses oleh otak.

Katarak adalah adanya kekeruhan atau peningkatan opasitas pada lensa yang menyebabkan penurunan jumlah atau pembiasan cahaya yang masuk melalui media refraksi sehingga menurunkan kemampuan penglihatan.

Katarak adalah penyakit mata degeneratif yang umumnya terjadi pada lansia. Semakin bertambah usia, lensa mata menjadi keruh dan buram. Jika tidak ditangani dengan tepat dan rutin, katarak akan menyebabkan kebutaan.

Prevalensi katarak diduga berkisar 50% pada individu usia 65-74, meningkat menjadi sekitar 70% bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun.                                                                                                       

 Menurut WHO, angka kebutaan akibat katarak secara global mencapai 51% atau sekitar 20 juta orang.

Katarak merupakan kondisi kekeruhan pada lensa mata karena terbentuknya protein yang mengubah strukturnya.penglihatan orang katarak seperti melihat bayangan buram dan kabut di jendela. Seperti itulah kondisi penderita katarak saat melihat sekitar, menyetir mobil di malam hari, dan membaca.

Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak di dunia adalah katarak 51% glaukoma 8% dan disusul oleh degenerasi makular terkait usia (AMD) 5% WHO memperkirakan bahwa hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia menderita kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Data ini menjadikan katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. (WHO, 2012).

Masalah kebutaan di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat kasusnya sehingga katarak dilihat bukan sahja menjadi masalah kesehatan semata, namun sudah menjadi faktor penting yang berhubungan dengan sosial dan partipasi aktif dari masyarakat. Perkiraan insidensi katarak (kasus baru katarak) adalah sebesar 0.1% dari jumlah populasi, sehingga jumlah kasus baru katarak di Indonesia diperkirakan sebesar 250.000 per tahun. Beban ini makin lama akan semakin besar bila program pemberantasan kebutuan tidak dilakukan secara komprehensif TUK dan terkoordinir secara nasional (Depkes RI, 2014). HANG

WHO memperkirakan sekitar 80% dari gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia dapat dicegah. Katarak dan gangguan refraksi merupakan dua penyebab terbanyak yang dapat ditangani dengan hasil yang baik dan cost- efective di berbagai negara termasuk Indonesia.

 

          Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak di dunia adalah katarak 51% glaukoma 8% dan disusul oleh degenerasi makular terkait usia (AMD) 5% WHO memperkirakan bahwa hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia menderita kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Data ini menjadikan katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. (WHO, 2012).

.

BAB II

Tinjauan Pustaka

1.1  Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata, yang menyebabkan penglihatan seseorang menjadi buram, bahkan sampai tidak melihat. Hal ini disebabkan cahaya yang masuk tidak dapat mencapai retina, akibat terhalang oleh lensa yang keruh. Sebagian besar katarak disebabkan oleh proses penuaan atau usia lanjut.

1.2  Klasifikasi katarak

1.     Katarak Konginetal

Katarak konginetal adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa atau katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,galaktosemia. Adapula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus,aniridia,kolobama.keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior, posterior,katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak kongineta membranasea

2.     Katarak Primer

Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu katarak juvenilis (umur 20 tahun), katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) dan katarak senilis (umur >50 tahun)

Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium

1.       Stadium Insipien

Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu, dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda

2.     Stadium Imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat dibagian posterior dan baian belakang nukleus lensa. Shadow test positif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi menjadi berubah dan mata menjadi miopia Keadaan ini disebut instrumensensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaukoma.


3.     Stadium Matur

Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruh nya yang masuk pupil dipantulkan kembali. Shadow test negatif. Di pupil tampak lensa seperti mutiara.

4.       Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)

Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nukleus lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nukleus terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang atasya yaitu kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yag dibawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. (Wijaya, 2013)

Menurut tamsuri, 2011 katarak juga dibagi lagi berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1.     Katarak traumatika

katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular), Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar-xradioaktif, dan benda asing

2.     Katarak toksika

Merupakan katarakyang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.       Katarak Komplikata

Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.Penyebab katarak jenis ini adalah

1)     Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaukoma, ablasio retina yang sudah lama, uveitis, miopia maligna

2)     Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipoparatiroid, sindrom down,dermatitis atopik.

Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan pemium berat Kadang-kadang katarak terjadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak

2.3  Penyebab Katarak

Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata (ilyas, 2003). Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor


a.      Fisik

Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakibatkan katarak baik pada orang yang fisiknya semakin tua atau karena sakit

b.       Kimia

Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan sinar ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarakk

c.       Usia

Dengan bertambahnya seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan katarak Katarak yang didapatkan karena faktor usia tua biasanya berkembang secara perlahan Penglihatan kabur dapat terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat berkembangan kehilangan penglihatan. Hilangnya penglihatan tergantung pada lokasi dan luasnya kekeruhan

d.     Infeksi virus masa pertumbuhan janin

Jika ibu pada masa mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin, misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella

e.       Penyakit

Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.

2.4  Manifestasi Katarak

Manifestasi klinis pasien katarak antara lain:

a.      Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa

b.     Penglihatan akan berkurang secara perlahan

c.      Pada pupil terdapat bercak putih

d.     Bertambah tebal nucleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa

e.      Penglihatan kabur

f.      Rasa nyeri pada mata

Katarak hipermatur akan membulkan penyakit, mata menjadi merah disertai rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan kebutaan. Secara klinis proses ketuaan sudah tampak daam pengurangan kekuatan akomodasi lensa, akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang dimanifikasikan dalam bentuk presbiopi Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan- akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak benar-benar putih, sehinga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Bila dibiarkan akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis. Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis


Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1.  Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut mengalangi objek

2.  Peka terhadap sinar atau cahaya

3.  Dapat melihat dobel pada satu mata

4.  Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca PRE

5.  Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

 

 

2.5  .Penatalaksanaan Katarak

Dengan menggunakan alat Fakoemulsifikasi modern yang digunakan untuk menangani pasien katarak dengan cara menghacurkan katarak. Kemudian diikuti dengan proses penyedotan. Dengan menggunakan alat ini maka pembuangan katarak dapat dilakukan tanpa pembiusan, tanna suntik, tanpa penjahitan, tanpa rasa sakit,serta tanpa perlu menjalani rawat inap.aman bagi penderita diabetes melitus dan hipertensi.


BAB III

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 3 pasien katarak di klinik smec

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik accidental sampling adalah proses pengambilan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan sampel yang kebetulan ditemui dengan peneliti.

Adapun cara menentukan jumlah sampel pada accidental sampling, yaitu dengan rumus slovin sebagai berikut :

Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.  Pertimbagan Etik

Pada ini dari penelitian demi hanya penelitian hasil sampel. kode peneliti akan merahasiakan kenyamanan memberikan Penulis sebagai ganti mencantumkan nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh penulis, hanya penulis yang akan disajikan secara keseluruhan.

Analisa Data

Data pada penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi untuk memperjelas hasil penelitian


 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda