MAKALAH Bahasa Indonesia
BAB I
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan sikap
politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda. Dalam kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi
antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama,
bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya
hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa
baku cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang
akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga
identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari
oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi
semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan
Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan
standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa
baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka
memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal
ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku
sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi
kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi
kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia
dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas.
Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih
diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa
baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik
untuk dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa
tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian bahasa Indonesia tidak
baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan berbahasa.
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut ;
- Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
- Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
- Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
- Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
- Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
- Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
- Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?
Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk :
- Mengetahui pengertian dari bahasa baku.
- Mengetahui pengertian bahasa tidak baku.
- Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
- Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
- Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
- Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
- Mengetahui contoh-contoh kesalahan berbahasa.
Bahasa baku ialah satu
jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi
bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai
“loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa
baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat,
dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954: 203)
menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki
keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati
penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Poewadarminta menuliskan :
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang
sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga,
standar).
baku II
saling (1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.
baku I
- pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang
utama; standar
baku II
(Manado), saling (1996 : 144)
Baku dalam bahasa baku di dalam 3
Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah
bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi
standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep
yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling
menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai
model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan
dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal
memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam
berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah
ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu
berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode
kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa
bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan
bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap
saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa
menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan
menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak
dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian
kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu
harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan
penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan
menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai
model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang
disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di
dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa baku dalam bahasa
Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa
atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk
pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa
yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas.
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam
gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa
standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model
oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa
rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf
berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima
sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Bahasa
baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau
pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan
dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara
efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah
diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan
waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun
terucap.
Menurut Indradi (2008) bahasa baku
adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku,
didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.
Istilah bahasa tidak baku ini
terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering
disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam
takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa
bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa
yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa
tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau
ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai
oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang
digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan
kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus
2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa
nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang
dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang
berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak
resmi.
Bahasa Indonesia baku adalah
salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah
dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan
bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam
undang-undang tersebut menunjukkan bahasa baku, dan merupakan
pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah
salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima
dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas,
tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan
bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar bahasa dan
pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti
Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan
bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini setelah merangkum
ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
sebagai berikut :
- Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan /
diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan
- Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan
baik.
- Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak
percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
- Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
- Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya
kemarin.
Ia benci sekali kepada
orang itu.
- Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
- Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
- Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia
terima.
- Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
saudaranya
dikomentari
mengotori
harganya
- Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
- Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan
dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia
mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
- Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana,
memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silakan.
- Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
- Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
Kesalahan merupakan sisi yang
mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut
merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau
norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah
pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa
itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa
dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua
istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87),
kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran
bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu
pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan
dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi
pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi
kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
- Taksonomi kategori linguistik
- Taksonomi siasat permukaan
- Taksonomi komparatif dan
- Taksonomi efek komunikatif.
Pada makalah ini, akan dijelaskan
tentang taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi
komparatif dan efek komunikatif.
Mengklasifikasikan kesalahan
berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu.
Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan
berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis,
dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan
bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan
perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa, dan
kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.
Taksonomi siasat permukaan
memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para penutur bahasa
mungkin saja :
- Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)
- Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
- Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
- Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)
Kesalahan yang bersifat penghilangan
ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam bahasa yang
baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang
seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai
oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh
penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.
Klasifikasi kesalahan-kesalahan
dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara
struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu
lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk
mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa
Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang
memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang
dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa
sasarannya.
Dalam kepustakaan riset,
kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering dibandingkam dengan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran
sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau
kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy)
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan perbandingan tersebut
maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
- Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama
Contoh:
- Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2)
kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-,
sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya
atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
- Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah
kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang
mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan
proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya.
Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat
atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar.
Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni:
kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa
kedua.
Contoh:
Pada contoh satu (1) di atas adalah
ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan
susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari
berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi
karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat
Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut
dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya
makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga
(tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa
Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang
memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada
contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak.
Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
- Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan
yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan
antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar
(misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.
- Menulis saya (Saya menulis)
- Tidur dia (Dia tidur)
- Pergi kami (Kami pergi)
- Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak
dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari
ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu
adalah ibu.
- Kesalahan Lain (Other Errors)
Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam
membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan
unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para pelajar
bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat
dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual.
Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak
sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari
bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik pada contoh satu (1)
adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa
dituturkan menjadi gak papa gin.
Jika taksonomi komparatif memusatkan
perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek
komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif
efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya
komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua
jenis kesalahan, yaitu :
- Kesalahan Global (Global Errors)
Kesalahan Global adalah kesalahan
yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu
komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu,
maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt
dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
- Salah menyusun unsur pokok
Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang
disenangi.
Yang seharusnya :
Bahasa Indonesia disenangi banyak
orang.
- Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan
kita sekarang.
Yang seharusnya :
Kalu kita tidak membeli beras tadi,
makan apa kita sekarang
- Hilangnya ciri kalimat pasif
Misalnya :
Rencana penelitian itu
diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya :
Rencana penelitian itu
diperiksa oleh pimpinan.
- Kesalahan Lokal (Local Errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan
yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu
komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu
bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh
kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaian tugas itu
diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah
sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh
Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan
penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh
ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Bahasa baku adalah salah satu ragam
bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang
dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena
memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena
sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak baku adalah ragam
yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan
di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda