Skripsi Latar Belakang Masalah Pengembangan Modul Ajar Berbasis Contextual Teaching And Learning
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Salah satu bahan ajar yang digunakan guru untuk mengajar
adalah modul.modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis
dan menarik yang mencakup isi materi,metode dan evaluasi yang dapat digunakan
secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar,2010). Dengan
adanya modul ini siswa akan memiliki sumber belajar yang dapat
diimplementasikan secara mandiri,dan dapat aktif dalam pembelajaran yang di
ikutinya. modul atau buku ialah salah satu sumber informasi yang dipakai siswa
untuk mengembangkan ataupun menambah wawasan dan menjadi motivasi dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar yang dilaksanakan disatuan Pendidikan
melibatkan siswa dan guru,guru menyajikan materi Pelajaran untuk siswa sehingga
mereka mendapatkan materi pembelajaran.pada penyampaian materi pembelajaran
dibutuhkan media atau bahan ajar yang harus diselaraskan Bersama strategi belajar
yang dilaksanakan guru kepada siswa. Media pembelajaran ialah elemen yang tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas belajar,dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan
dengan kualitas yang baik maka dibutuhkan media pembelajaran yang baik untuk
mendukung berhasilnya proses Pendidikan (Arsyad,2011 hal : 3).
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum
yang memiliki pembelajaran yang beragam,dimana kurikulum Merdeka memfokuskan
pada konten-konten esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi.struktur dari kurikulum Merdeka terbagi menjadi tiga fase,yakni fase
A untuk kelas I dan II, fase B untuk kelas III dan IV, dan fase C untuk kelas V
dan VI,berdasarkan keputusan tahun
2022,pada kurikulum Merdeka kriteria ketuntasan minimal (KKM)sudah tidak
diberlakukan lagi dan diganti dengan capaian pembelajaran (CP).capaian
pembelajaran adalah kompetensi minimum (pengetahuan,keterampilan,dan sikap)
yang dirangkaikan sebagai satu kesatuan yang harus dicapai oleh siswa untuk
setiap mata Pelajaran.capaian pembelajaran ini diketahui dengan cara
mengidentifikasi ketercapaian tujuan belajar.guru diberikan keleluasaaan untuk
menentukan kriteria ketercapaian pembelajaranyang sesuai dengan pembelajaran.
Terdapat beberapa hal-hal esensial
pada kurikulum Merdeka jenjang Sekolah Dasar (SD),salah satunya adalah
penggabungan mata Pelajaran IPA dan IPS menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial (IPAS).penggabungan mata Pelajaran IPA dan IPS ini diharapkan dapat memicu siswa untuk dapat mengelola lingkungan
alam dan sosialnya dalam satu kesatuan.pembelajaran IPAS ini mulai diajarkan
pada fase B.penerapan mata Pelajaran IPAS ini sendiri memiliki beberapa
tujuan,salah satunya adalah mengembangkan ketertarikan dan rasa ingin tahu
siswa,sehingga mereka terpicu untuk mengkaji fenomena yang ada disekitar
mereka,memahami alam semesta dan kaitannya dengan kehidupan manusia serta
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep siswa dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari,dalam hal ini,seorang guru memiliki peran untuk
menumbuhkan rasa keingin tahuan siswa terhadap setiap materi dalam muatan
Pelajaran IPAS melalui modul ajar,guru sebagai fasilitator seidealnya harus
sudah mampu mengembangkan modul ajar.Namun, pada kenyataannya masih banyak guru
yang belum menguasainya,sehingga dalam melaksanakan proses pembelajaran masih
banyak yang bersifat tradisional dan tidak dilaksanakan dengan contextual
teaching and learning,sehingga dampak yang diperoleh antara lain siswa
cenderung menjadi pendengar dan guru lebih dominan menguasai kelas.
Untuk mengajar mata Pelajaran IPAS guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang aktif,menyenangkan dan berkaitan langsung
dengan kehidupan sehari-hari siswa,seperti model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran IPAS,hal ini dikarenakan pada penerapannya model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning ini dapat membantu siswa untuk mengaitkan
materi pelajarannya dengan dunia nyata siswa atau lingkungan sekitarnya.
Depdiknas (2002) menyatakan bahwa model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau yang sering disebut
dengan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong untuk dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari,dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni kontruktivisme (contructivisme),bertanya
(questioning), menemukan (inquiry),Masyarakat belajar (learning
community),pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment) (perdana,2020)
Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti di ditemukan bahwa proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) yang dilakukan hanya menekankan pentrasnferan pengetahuan (memberi tahu),
yang terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kelas yang Sebagian
besar masih menekankan pertanyaan apa (what),bukan mengapa (why)
dan bagaimana (how) dan bergantung pada satu buku paket saja.padahal
yang diharapkan,peserta didik tidak saja tahu apa (ranah kognitif),tetapi juga
tahu mengapa(ranah afektif),dan tahu bagaimana (ranah psikomotor) dengan proses
pembelajaran yang “memberdayakan”, dan berdasarkan hasil observasi peneliti
modul ajar tersebut sudah baik namun cara mengajar guru dikelas IV tersebut
masih monoton memakai 5 W+ 1H saja,maka peneliti akan mengembangkan suatu
produk pengembangan modul ajar berbasis contextual teaching and learning agar
modul tersebut dapat terealisasikan dengan konsep belajar yang sesuai dengan contextual
teaching and learning
Berdasarkan wawancara,guru mengakui
bahwa salah satu Upaya membuat pembelajaran IPAS menjadi pengalaman yang
berkesan adalah dengan memotivasi serta mengajak peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.sehingga
dengan pemahaman yang benar akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
terhadap manfaat IPAS dalam kegiatan
sehari-hari.sehingga dengan pemahaman yang benar akan dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik yang sering kali belum mampu memenuhi kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP).Hasil ujian akhir semester gasal tahun
2023/2024 untuk kelas IV menunjukkan persentase peserta didik yang mampu
mencapai KKTP hanya sebesar 45,9%.oleh karena itu,pelaksanaan pembelajaran IPAS
menggunakan pendekatan kontekstual menjadi penting karena berbagai fenomena
dalam kehidupan sehari-hari sangat berkaitan dengan IPAS.
Berangkat dari data tersebut dan
beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas maka peneliti perlu untuk
melakukan penelitian tentang
Label: Skripsi Latar Belakang Masalah Pengembangan Modul Ajar Berbasis Contextual Teaching And Learning
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda