Senin, 17 Juli 2017

MAKALAH PERKEMBANGAN ZAMAN Part 2



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Kajian Teori
1.    Belajar
       Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto dalam Hamdani (2011:20). Menurut Hamalik dalam Hamdani (2011:20), “Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita”.
  Beberapa ciri belajar menurut Darsono dalam Hamdani (2011:22) adalah sebagai berikut :
a.   Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak ukur keberhasilan belajar.
b.   Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.
c.   Belajar merupakan proses interaksi antara induvidu dan lingkungan. Hal ini berarti induvidu harus aktif apabila dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena induvidu memiliki berbagai potensial untuk belajar.

d.   Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terpisahkan satu dengan yang lainnya.
              Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hasil Belajar
  Hasil belajar pada hakikatnya merupakan refleksi dari tujuan yang hendak dicapai dari belajar itu sendiri, sebab tujuan itulah yang menggambarkan ke mana arah pembelajaran akan dibawa. Menurut Sudjana dalam Adi (2007:26) menyatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar”. Secara ideal hasil belajar ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak). Untuk mencapai hasil belajar yang ideal tersebut, kemampuan para pendidik terutama guru dalam membimbing murid-muridnya amat dituntut. Menurut Syah dalam Afifah (2012:13), “Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai”. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan kemampuan psikomotorik(bertindak).
Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar adalah suatu perubahan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan siswa melalui proses yang dilakukan berulang ulang dari proses belajar.
3. Model Pembelajaran
              Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:133) mengatakan, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:380) mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu:
a.         Model interaksi sosial, dalam model ini siswa dituntut untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.
b.        Model pemrosesan informasi yaitu menuntut siswa untuk aktif dalam memilih dan mengembangkan materi yang akan dipelajarinya.
c.         Model personal yaitu menuntut

siswa untuk mampu mengeksplorasi, mengelaborasi dan mengaktualisasikan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran.
1.      Model modifikasi tingkah laku yaitu siswa harus mampu mengembangkan kemampuannya melalui tugas-tugas belajar, pembentukan perilaku aktif dan memanipulasi lingkungan untuk kepentingan belajar.
4.      Kemampuan Penalaran
a.      Kemampuan
Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat. Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu hal. ” Kemampuan biasa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”(Robbins,2004:46), sedangkan menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Dari pengertian – pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.
b.      Hakikat Penalaran
          Soekadijo (1997: 6) menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar. Menurut Fajar Shadiq (2004: 2) penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Irving (1968: 4) mengatakan bahwa semua penalaran adalah berpikir, tetapi tidak semua pemikiran adalah penalaran.Lebih lanjut Irving (1968: 5) mengatakan penalaran adalah jenis berpikir khusus, di mana terjadi inferensi atau kesimpulan yang diambil dari premis-premis. Adapun penalaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1.      Adanya suatu pola berfikir yang luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis, dimana  logis disini hars diartikan sebagai kegiatan berfikir suatu pola tertentu, atau perkataan lain menurut logika tertentu.
2.      Sifat anitik dari proses berfikirnya. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang menggunakan logika alamiah, dan begitu juga dengan penalaran yang lain membutuhkan lagika yang lain pula.
            Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
            Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan.Fakta  adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.
Sedangkan Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
1)   Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2)   Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3)   Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.
4)   Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
5)   Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
            Ada dua jenis metode dalam penalaran untuk menarik kesimpulan yaitu deduktif dan induktif. ( Sri Wardani 2008 : 2 )
1.      Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
2.      Induktif
Penalara Induktif sangat ada kaitannya dengan paragraf induktif dimana paragraf  yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.maka dari itu penalaran induktif adalah proses pengetahuan masalah masalah khusus yang diakhiri dengan kesimpulan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

c.       Kemampuan Penalaran
        Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 yang dikutip Sri Wardani (2005: 1) tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran sebagai hasil belajar matematika, yaitu siswa mampu:
1). Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar,diagram.
2). Mengajukan dugaan.
3). Melakukan manipulasi matematika.
4). Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
5). Menarik kesimpulan dari pernyataan.
6). Memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala    matematis untuk membuat generalisasi.
         Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir secara sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Kemampuan penalaran matematika ada dua jenis yaitu kemampuan penalaran deduktif dan kemampuan penalaran induktif. Indikator dari kemampuan penalaran matematika yaitu: menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram; mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan; memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala matematis untuk membuat generalisasi.
5.      Model Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga komponen yang perlu didoroti dalam pembaharuan pendidikan, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran.Kurikurum harus komprehensif dan responsifterhadap dinamika social, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomondasi keberagaman keperluan dan kemampuan teknologi.Kualitas pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama – sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (isjoni:2013:22) mengemukakan “in cooperative learning methods, student work together in four member teams to master materid initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Anita Lie (Fitri,2012:9) menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socias. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Dialog interakrif adalah kunci seseorang dpat menempatkan dirinya di lingkungn sekitar.
Unsur – unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (Isjoni:2013:16) sebagai berikut:
a.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b.      Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhdap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya. Selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.       Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.      Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawa diantara para anggota kelompok.
e.       Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghaegaan yang akan ikut terpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f.       Para siswa berbagi kepimpinan sementara mereka memperoleh keterampiln bekerja sama selama belajar.
g.      Setip siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individualmateri yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Intinya pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan – khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
6.      Model Pembelajaran Cooperative Script.
a.      Pengertian dan langkah – langkah pembelajaran.
Guru selaku pengelola proses belajar  mengajar di dalam kelas, dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan pada dasarnya dapat menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran harus di lihat kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Sehingga, tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran cooperative script.
Model pembelajaran cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian bagian – bagian dari materi yang dipelajari (Istarani:2012:15).Hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh Miftahul A’la(Muhanikmah:2014) yang menyatakan model cooperative script adalah metode beljar yang mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarikan bagian – bagian materi yang di pelajari di ruang kelas. Sedangkan menurut Schank dan Abelson(Muhanikmah:2014) model cooperative script adalah model pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan social siswa dengan lingkungannya.
            Dari pegerian diatas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/masukan ide – ide atau gagasan – gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide – ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangan masing – masing.
Langkah – langkah pembelajaran cooperative scipt sebagai berikut :
1)      Guru membagi peseta didik untuk berpasangan.
2)      Guru membagikan/memberi materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.
3)      Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)      Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide – ide pokok dalam ringkasannya. Peserta didik yang lain:
-          Menyimak/menunjukkan ide – ide pokok yang kurang lengkap.
-          Membantu mengingat/menghafal ide – ide pokok dengan menghubungkan materi – materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5)      Beryukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjado pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6)      Kesimpulan peserta didik bersama – bersama dengan dengan guru.
7)      Penutup.
Tabel 2 Sintaks Pembelajaran Cooperative script
No
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
1
Guru membagi peserta didik menjadi berpasangan dan menyampaikan langkah – langkah pembelajaran. 
Siswa berpasangan sesuai pembagian yang diberi guru
2
Guru meberikan motivasi dan membagikan materi untuk dibaca dan dibuat ringjasannya.
Siswa yang sudah berpasangan mendengarkan motivasi dan materi yang nnri akan dibaca dan dibuat ringkasannya.
3
Guru menanyakan kepada peserta didik yang sudah berpasangn siapa yang menjadi pembicara dan pendengar .
Siswa dan pasangan menentukan siapa yang menjadi pembicara dan pendengar
4
Guru mengawasi jalannya langkah – langkah pembelajaran. .
Siswa yang sebagai pembicara menyampaikan ide – ide pokok dalam ringkasannya.sedangkan pendengar menyimak dan membantu menghafal – ide poko dengan menghubungkan materi sebelumnya atau materi lainnya.
5
Guru mengawasi peserta didik dalam bertukar peran.
Siswa bertukar peran dengan pasangannya.
6
Guru membantu peserta didik dalam membuat kesimpulan.
Siswa mengemukakan kesimpulan
7
Guru menutup pembelajaran dan memberikan soal – soal. 
Siswa kembali seperti semula dan menerima soal yang diberikan guru.
(Istarani:2012:16)
b.      Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Cooperative Script
1.      Kelebihan Pembelajaran Cooperative Script
Kelebihan pembelajaran cooperative script sebagai berikut:
a.       Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa yang lain.
b.      Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.
c.       Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa lemah dan menerima perbedaan ini.
d.      Strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
e.       Banyak menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban itu.
f.       Suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan oorang lain.
g.      Mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat dan membantu siswa pintar mengidentifikasi celah – celah dalam pemahamannya.
h.      Interaksi yang terjdi dapat membantu memotivasikan siswa dan mendorong pemikirannya.
i.        Memberikan kesempatan pada siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
j.        Dapat mengembangkan bakat kepimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi.
k.      Memudahkan siswa melakukan interaksi social.
l.        Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.
m.    Meningkatkan kemampuan kreatif.
2.      Kekurangan pembelajaran cooperative script
a.       Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide,takut dinilai temannya dalam grup.
b.      Tidak semua siswa secara otomatis menerima filosofi pembelajaran cooperative scipt. Guru banyak tersita waktu dalam mensosialisaikan siswa belajar dengan cara ini.
c.       Penggunaan pembelajaran cooperative script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa dan banyak menghabiskan waktu menghitung hasil prestasi grup.
d.      Meskipun kerja sama sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyak aktivitas didasarkan pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi percaya diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda.
e.       Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja dengan secara harmonis.
f.       Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyidi belakang kelompok.
7.      Materi pokok pecahan
-          Penjumlahan pecahan
Untuk memahami operasi penjumlahan pecahan coba selesaikan soal uraian dibawah ini
“Bandi memiliki  sepotong kue dan andi andi memiliki  potong kue.bila potongan kue bandi dan andi disatukan menjadi berapa potong?”
Dari masalah di atas, untuk menyelesaikan  masalah seperti berikut
a.              Ubahlah menjadi pecahan yang penyebutnya dengan mencari KPK dari bilangan penyebut.
Dari permasalahan di atas penyebutnya sama sama 5 sehingga tidak perlu dicari KPK.
b.              Bila penyebut dikalikan makan pembilang di kalikan pada bilangan yang sama
Dari permasalahan di atas penyebut sama sama 5 sehingga tidak perlu mencari KPK.
c.              Menjumlahkan pembilang dengan pembilang,
Dari permasalahan di atas dapat di selesaikan dengan
 =
-          Pengurangan pecahan
Untuk memahami operasi pengurangan pecahan.coba selesaikan masalah dibawah ini
“ibu mempunyai 1 buah apel.tiba tiba, andri meminta  apel.tinggal berapakah apel ibu ?”
Dari masalah di atas  dapat diselesaikan seperti berikut
a.              Unahlah menjadi pecahan biasa dan ubahlah penyebut menjadi sama besar dengan mencari KPK.
 karena 5 : 5 = 1. Penyebutnya sama dengan nilai 5 jadi tidak perlu di cari KPK.
b.              Kurangi pembilang dengan pembilang
 =
B.     Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai.Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.Siswa biasanya dapat berpikir mengenai persoalan matematika jika siswa dapat memahami persoalan matematika tersebut.Cara pandang siswa tentang persoalan matematika mempengaruhi pola fikir tentang penyelesaian yang dilakukan.
Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan koneksi matematika .Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi karena dalam kegiatan koneksi matematika terangkum kemampuan matematika lainnya seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, pemahaman konsep, dan komunikasi matematika.
Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam pembelajaran mengalami beberapa kesulitan karena peserta didik kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam mengoneksikan antar konsep matematika.Selain itu, peserta didik juga kurang percaya diri dan tidak berani mengemukakan pendapat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan menarik, dimana peserta didik dapat belajar secara aktif untuk menyelesaikan soal dengan berbagai cara, yaitu dengan menggunakan pembelajaran cooperative script
Dalam pembelajaran cooperative script siswa diberi permasalahan yang sifatnya memiliki multijawaban yang benar. Kebebasan berpikir pada pembelajaran pendekatan cooperative script akan memudahkan siswa dalam memahami satu topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya baik dalam pembelajaran matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran pendekatan cooperative script akan lebih terasah dengan baik.
Oleh sebab itu, peneliti akan mencoba memaparkan kerangka berpikir sesuai dengan apa yang ada dirumusan masalah pada BAB I. Adapun aspek yang akan dikaji yaitu Pengaruh metode pembelajaran cooperative script terhadap kemampuan koneksi matematika siswa.
Dalam pembelajaran matematika koneksi matematika siswa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting. Seseorang dapat mengkoneksikan matematika dengan berbagai macam cara untuk menyelesaikan persoalan yang di hadapi dan menghasilkan karya dalam bentuk barang maupun gagasan yang berkualitas. .
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Jika seseorang mengerjakan soal matematika maka ia tidak terlepas dari mengoneksikan matematika. Koneksi matematika adalah suatu proses mengoneksikan antar konsep untuk menghasilkanjawaban. Dalam kemampuan koneksi matematika apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan cara berpikirnya.
Dari uraian di atas, maka dapat diduga bahwa kemampuan koneksi siswa antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative script lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan pembelajaran biasa. Sehingga dalam pembelajaran Cooperative scriptsangat baik dilakukan.
C.    Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut
1.      Fajri Satrio(2009)Pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script terhadap kemampuan pemecahan masalah di tinjau dari keaktifan siswa kelas VII SMP Negeri 19 Surakarta tahun ajaran 2009 – 2010.
2.      Yuli Trilasari(2014)Pengaruh model pembelajaran cooperative script dalam meningkatkan prestasi belajar siswa  pada materi bilangan bulat kelas VII SMP Negri 1 Terisan Munyai Kabupaten Lampung Tengah tahun ajaran 2013 – 2014.
3.      Pujianto(2012)peningkatan hasil belajar matematika dengan model pembelajaran cooperative script bagi siswa kelas VI semester II SD Negeri Kambangan 01 Kecematan Blado Kabupaten Batang tahun pembeljaran 2011 – 2012.
4.      Khayyizatul Muniroh(2010)Implementasi pembelajaran dengan model cooperative script sebagai usaha untuk menngkatkan kreatifitas dalam pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII MTs Wahidin Basyim Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2010 – 2011. 
D.    Hipotesis Penelitian
 Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah:
1.    Terdapat pengaruh kemampuan Koneksi matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran Cooperative script dengan siswa yang diberi model pembelajaran biasa materi pecahan kelas VII MTs Hidayatullah Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2016 – 2017.
2.    Respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang diberimodel  pembelajaran Cooperative scriptlebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi model pembelajaran biasa materi pecahan kelas VII MTs Hidayatullah tahun pembelajaran 2016 – 2017.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda