MAKALAH PERKEMBANGAN ZAMAN Part 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
Teori
1.
Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto dalam
Hamdani (2011:20). Menurut Hamalik dalam Hamdani (2011:20), “Belajar tidak
hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi,
kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan
cita-cita”.
Beberapa
ciri belajar menurut Darsono dalam Hamdani (2011:22) adalah sebagai berikut :
a.
Belajar dilakukan dengan sadar dan
mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolak
ukur keberhasilan belajar.
b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.
c.
Belajar merupakan proses interaksi
antara induvidu dan lingkungan. Hal ini berarti induvidu harus aktif apabila
dihadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena
induvidu memiliki berbagai potensial untuk belajar.
d.
Belajar mengakibatkan terjadinya
perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral
artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
terpisahkan satu dengan yang lainnya.
Belajar yang efektif dapat
membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan
siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga mampu menggunakan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Hasil Belajar
Hasil belajar pada
hakikatnya merupakan refleksi dari tujuan yang hendak dicapai dari belajar itu
sendiri, sebab tujuan itulah yang menggambarkan ke mana arah pembelajaran akan
dibawa. Menurut Sudjana dalam Adi (2007:26) menyatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar”. Secara
ideal hasil belajar ditandai oleh munculnya pengalaman-pengalaman psikologis
baru yang positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut
diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan kecakapan yang
konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak). Untuk mencapai hasil
belajar yang ideal tersebut, kemampuan para pendidik terutama guru dalam
membimbing murid-muridnya amat dituntut. Menurut Syah dalam Afifah (2012:13), “Jika guru dalam
keadaan siap dan memiliki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam
menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang
berkualitas sudah tentu akan tercapai”.
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif (sikap)
dan kemampuan psikomotorik(bertindak).
Berdasarkan uraian di atas maka
hasil belajar adalah suatu perubahan pengetahuan dan keterampilan yang
didapatkan siswa melalui proses yang dilakukan berulang ulang dari proses belajar.
3. Model
Pembelajaran
Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:133) mengatakan, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran
dikelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran,
teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem atau teori-teori lain yang
mendukung. Joyce dan Weil dalam Rusman (2012:380) mempelajari model-model pembelajaran
berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran
yaitu:
a.
Model
interaksi sosial, dalam model ini siswa dituntut untuk aktif berinteraksi
dengan lingkungan belajarnya.
b.
Model
pemrosesan informasi yaitu menuntut siswa untuk aktif dalam memilih dan
mengembangkan materi yang akan dipelajarinya.
c.
Model personal yaitu menuntut
siswa untuk mampu mengeksplorasi, mengelaborasi dan
mengaktualisasikan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Model
modifikasi tingkah laku yaitu siswa harus mampu mengembangkan kemampuannya
melalui tugas-tugas belajar, pembentukan perilaku aktif dan memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan belajar.
4.
Kemampuan
Penalaran
a.
Kemampuan
Kata kemampuan berasal
dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu atau dapat.
Kemudian mendapatkan imbuhan ke-an sehingga kata kemampuan berarti kesanggupan
melakukan sesuatu hal. ” Kemampuan biasa merupakan kesanggupan bawaan sejak
lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”(Robbins,2004:46), sedangkan
menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Dari pengertian –
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah
kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak
lahir atau merupakan hasil mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui
tindakan.
b.
Hakikat Penalaran
Soekadijo (1997: 6) menyatakan bahwa
penalaran merupakan suatu proses menarik kesimpulan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar. Menurut Fajar Shadiq (2004: 2) penalaran merupakan suatu
kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan
atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Irving (1968: 4) mengatakan bahwa semua penalaran adalah berpikir, tetapi tidak
semua pemikiran adalah penalaran.Lebih lanjut Irving
(1968: 5) mengatakan penalaran adalah jenis berpikir khusus, di mana terjadi
inferensi atau kesimpulan yang diambil dari premis-premis. Adapun penalaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Adanya
suatu pola berfikir yang luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berfikir logis, dimana logis disini hars diartikan
sebagai kegiatan berfikir suatu pola tertentu, atau perkataan lain menurut
logika tertentu.
2.
Sifat anitik dari proses
berfikirnya. Penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
menggunakan logika alamiah, dan begitu juga dengan penalaran yang lain
membutuhkan lagika yang lain pula.
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35),
“Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan
atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak,
manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena
penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu
sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto
Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan
berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu
kesimpulan.Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan
dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan
benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan
yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa.
Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan
ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir
adalah klasifikasi”.
Sedangkan
Widjono, (2007:209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
1)
Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam
urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan.
2)
Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3)
Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau
pengertian baru.
4)
Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan
mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji
sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
5)
Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
Ada
dua jenis metode dalam penalaran untuk menarik kesimpulan yaitu deduktif dan
induktif. ( Sri Wardani 2008 : 2 )
1. Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
2. Induktif
Penalara
Induktif sangat ada kaitannya dengan paragraf induktif dimana paragraf yang diawali dengan menjelaskan
permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh
fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf
Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut
yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat
sebab.maka dari itu penalaran induktif adalah proses pengetahuan masalah
masalah khusus yang diakhiri dengan kesimpulan.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir yang sistematik untuk menarik kesimpulan atau membuat
suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya
telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
c.
Kemampuan Penalaran
Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004
tanggal 11 November 2004 yang dikutip Sri Wardani (2005: 1) tentang penilaian
perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran
sebagai hasil belajar matematika, yaitu siswa mampu:
1). Menyajikan pernyataan matematika
secara lisan, tertulis, gambar,diagram.
2). Mengajukan dugaan.
3). Melakukan manipulasi matematika.
4). Memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi.
5). Menarik kesimpulan dari pernyataan.
6). Memeriksa kesahihan suatu argumen,
menemukan sifat atau pola dari suatu gejala
matematis untuk membuat generalisasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran
matematika adalah kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan suatu kegiatan,
suatu proses atau suatu aktivitas berpikir secara sistematik untuk menarik
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Kemampuan penalaran matematika ada dua jenis yaitu kemampuan penalaran deduktif
dan kemampuan penalaran induktif. Indikator dari kemampuan penalaran matematika
yaitu: menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar,
diagram; mengajukan dugaan; melakukan manipulasi matematika; memberikan alasan
atau bukti terhadap kebenaran solusi; menarik kesimpulan dari pernyataan;
memeriksa kesahihan suatu argumen, menemukan sifat atau pola dari suatu gejala
matematis untuk membuat generalisasi.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga komponen yang
perlu didoroti dalam pembaharuan pendidikan, yaitu pembaharuan kurikulum,
peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran.Kurikurum
harus komprehensif dan responsifterhadap dinamika social, relevan, tidak overload,
dan mampu mengakomondasi keberagaman keperluan dan kemampuan teknologi.Kualitas
pembelajaran juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil
pendidikan. Dengan cara penerapan strategi atau metode pembelajaran yang
efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
Pembelajaran kooperatif
berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama
– sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim. Slavin (isjoni:2013:22) mengemukakan “in
cooperative learning methods, student work together in four member teams to
master materid initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana system belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang
berjumlah 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar.
Menurut Anita Lie (Fitri,2012:9)
menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo
homini socias. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa
manusia adalah makhluk social. Dialog interakrif adalah kunci seseorang dpat
menempatkan dirinya di lingkungn sekitar.
Unsur – unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (Isjoni:2013:16) sebagai
berikut:
a. Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
b. Para
siswa harus memiliki tanggung jawab terhdap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya. Selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi.
c. Para
siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para
siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawa diantara para anggota kelompok.
e. Para
siswa diberikan satu evaluasi atau penghaegaan yang akan ikut terpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
f. Para
siswa berbagi kepimpinan sementara mereka memperoleh keterampiln bekerja sama
selama belajar.
g. Setip
siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individualmateri yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Intinya pada
pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan – khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi tugas yang direncanakan untuk
diajarkan. Selama kerja kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan.
6. Model Pembelajaran Cooperative
Script.
a.
Pengertian
dan langkah – langkah pembelajaran.
Guru selaku pengelola
proses belajar mengajar di dalam kelas,
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan pada dasarnya dapat
menggunakan berbagai model pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran
harus di lihat kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.Sehingga, tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.Model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
cooperative script.
Model pembelajaran
cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian bagian – bagian dari materi yang
dipelajari (Istarani:2012:15).Hal ini sesuai yang di ungkapkan oleh Miftahul
A’la(Muhanikmah:2014) yang menyatakan model cooperative script adalah metode
beljar yang mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarikan
bagian – bagian materi yang di pelajari di ruang kelas. Sedangkan menurut
Schank dan Abelson(Muhanikmah:2014) model cooperative script adalah model
pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan
social siswa dengan lingkungannya.
Dari pegerian diatas dapat di simpulkan bahwa model
pembelajaran cooperative script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali
pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian
diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan
memberikan/masukan ide – ide atau gagasan – gagasan baru kedalam materi ajar
yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide – ide pokok
yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian sesama pasangan
masing – masing.
Langkah – langkah
pembelajaran cooperative scipt sebagai berikut :
1) Guru
membagi peseta didik untuk berpasangan.
2) Guru
membagikan/memberi materi untuk dibaca dan dibuat ringkasannya.
3) Guru
dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara
membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide – ide pokok dalam
ringkasannya. Peserta didik yang lain:
-
Menyimak/menunjukkan ide – ide pokok
yang kurang lengkap.
-
Membantu mengingat/menghafal ide – ide
pokok dengan menghubungkan materi – materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.
5) Beryukar
peran, semula sebagai pembicara ditukar menjado pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti diatas.
6) Kesimpulan
peserta didik bersama – bersama dengan dengan guru.
7) Penutup.
Tabel
2 Sintaks Pembelajaran Cooperative script
No
|
Aktivitas guru
|
Aktivitas siswa
|
1
|
Guru membagi
peserta didik menjadi berpasangan dan menyampaikan langkah – langkah
pembelajaran.
|
Siswa berpasangan
sesuai pembagian yang diberi guru
|
2
|
Guru meberikan
motivasi dan membagikan materi untuk dibaca dan dibuat ringjasannya.
|
Siswa yang sudah
berpasangan mendengarkan motivasi dan materi yang nnri akan dibaca dan dibuat
ringkasannya.
|
3
|
Guru
menanyakan kepada peserta didik yang sudah berpasangn siapa yang menjadi
pembicara dan pendengar .
|
Siswa dan pasangan
menentukan siapa yang menjadi pembicara dan pendengar
|
4
|
Guru mengawasi
jalannya langkah – langkah pembelajaran. .
|
Siswa yang
sebagai pembicara menyampaikan ide – ide pokok dalam ringkasannya.sedangkan
pendengar menyimak dan membantu menghafal – ide poko dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau materi lainnya.
|
5
|
Guru
mengawasi peserta didik dalam bertukar peran.
|
Siswa bertukar peran
dengan pasangannya.
|
6
|
Guru
membantu peserta didik dalam membuat kesimpulan.
|
Siswa mengemukakan
kesimpulan
|
7
|
Guru menutup
pembelajaran dan memberikan soal – soal.
|
Siswa kembali
seperti semula dan menerima soal yang diberikan guru.
|
(Istarani:2012:16)
b.
Kelebihan
dan kekurangan pembelajaran Cooperative Script
1. Kelebihan
Pembelajaran Cooperative Script
Kelebihan pembelajaran cooperative
script sebagai berikut:
a. Mengajarkan
siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri
untuk berpikir mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa yang
lain.
b. Mendorong
siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide
temannya.
c. Membantu
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa lemah dan menerima
perbedaan ini.
d. Strategi
efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan social termasuk
meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara
satu siswa dengan siswa yang lain, meningkatkan keterampilan manajemen waktu
dan sikap positif terhadap sekolah.
e. Banyak
menyediakan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai
ketepatan jawaban itu.
f. Suatu
strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan oorang lain.
g. Mendorong
siswa lemah untuk tetap berbuat dan membantu siswa pintar mengidentifikasi
celah – celah dalam pemahamannya.
h. Interaksi
yang terjdi dapat membantu memotivasikan siswa dan mendorong pemikirannya.
i.
Memberikan kesempatan pada siswa belajar
keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
j.
Dapat mengembangkan bakat kepimpinan dan
mengajarkan keterampilan diskusi.
k. Memudahkan
siswa melakukan interaksi social.
l.
Menghargai ide orang lain yang dirasa
lebih baik.
m. Meningkatkan
kemampuan kreatif.
2. Kekurangan
pembelajaran cooperative script
a. Beberapa
siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide,takut dinilai temannya dalam
grup.
b. Tidak
semua siswa secara otomatis menerima filosofi pembelajaran cooperative scipt.
Guru banyak tersita waktu dalam mensosialisaikan siswa belajar dengan cara ini.
c. Penggunaan
pembelajaran cooperative script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan
siswa dan tiap tugas siswa dan banyak menghabiskan waktu menghitung hasil
prestasi grup.
d. Meskipun
kerja sama sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyak aktivitas
didasarkan pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi percaya
diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda.
e. Sulit
membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja dengan secara harmonis.
f. Penilaian
terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyidi belakang
kelompok.
7. Materi pokok pecahan
-
Penjumlahan pecahan
Untuk memahami
operasi penjumlahan pecahan coba selesaikan soal uraian dibawah ini
“Bandi memiliki sepotong kue dan andi andi memiliki potong kue.bila potongan kue bandi dan andi
disatukan menjadi berapa potong?”
Dari masalah di atas, untuk
menyelesaikan masalah seperti berikut
a.
Ubahlah menjadi pecahan yang penyebutnya
dengan mencari KPK dari bilangan penyebut.
Dari permasalahan di atas
penyebutnya sama sama 5 sehingga tidak perlu dicari KPK.
b.
Bila penyebut dikalikan makan pembilang
di kalikan pada bilangan yang sama
Dari permasalahan di atas penyebut
sama sama 5 sehingga tidak perlu mencari KPK.
c.
Menjumlahkan pembilang dengan pembilang,
Dari permasalahan di atas dapat di
selesaikan dengan
=
-
Pengurangan pecahan
Untuk memahami operasi pengurangan
pecahan.coba selesaikan masalah dibawah ini
“ibu mempunyai 1 buah apel.tiba
tiba, andri meminta apel.tinggal berapakah apel ibu ?”
Dari masalah di atas dapat diselesaikan seperti berikut
a.
Unahlah menjadi pecahan biasa dan
ubahlah penyebut menjadi sama besar dengan mencari KPK.
karena 5 : 5 = 1. Penyebutnya sama dengan
nilai 5 jadi tidak perlu di cari KPK.
b.
Kurangi pembilang dengan pembilang
=
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika memiliki
beberapa tujuan yang harus dicapai.Dalam pembelajaran matematika, guru
diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu.Siswa biasanya dapat berpikir mengenai
persoalan matematika jika siswa dapat memahami persoalan matematika
tersebut.Cara pandang siswa tentang persoalan matematika mempengaruhi pola
fikir tentang penyelesaian yang dilakukan.
Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan
yang harus dicapai, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan koneksi
matematika .Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu bentuk kemampuan
berpikir matematika tingkat tinggi karena dalam kegiatan koneksi matematika
terangkum kemampuan matematika lainnya seperti penerapan aturan pada masalah
tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, pemahaman konsep, dan
komunikasi matematika.
Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam
pembelajaran mengalami beberapa kesulitan karena peserta didik kurang terlatih
dalam mengembangkan ide-idenya di dalam mengoneksikan antar konsep
matematika.Selain itu, peserta didik juga kurang percaya diri dan tidak berani
mengemukakan pendapat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan
suatu model pembelajaran yang tepat dan menarik, dimana peserta didik dapat
belajar secara aktif untuk menyelesaikan soal dengan berbagai cara, yaitu
dengan menggunakan pembelajaran cooperative
script
Dalam pembelajaran cooperative script siswa diberi permasalahan yang sifatnya memiliki
multijawaban yang benar. Kebebasan berpikir pada pembelajaran pendekatan cooperative
script akan memudahkan siswa dalam memahami
satu topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya baik dalam pembelajaran
matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran pendekatan cooperative
script akan lebih terasah dengan baik.
Oleh sebab itu, peneliti akan mencoba memaparkan
kerangka berpikir sesuai dengan apa yang ada dirumusan masalah pada BAB I.
Adapun aspek yang akan dikaji yaitu Pengaruh metode pembelajaran cooperative
script terhadap kemampuan koneksi matematika siswa.
Dalam pembelajaran matematika koneksi matematika
siswa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting. Seseorang dapat
mengkoneksikan matematika dengan berbagai macam cara untuk menyelesaikan
persoalan yang di hadapi dan menghasilkan karya dalam bentuk barang maupun
gagasan yang berkualitas. .
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang
dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang
harus dipecahkan. Jika seseorang mengerjakan soal matematika maka ia tidak
terlepas dari mengoneksikan matematika. Koneksi matematika adalah suatu proses
mengoneksikan antar konsep untuk menghasilkanjawaban. Dalam kemampuan koneksi
matematika apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak
ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk mengembangkan cara berpikirnya.
Dari uraian di atas,
maka dapat diduga bahwa kemampuan koneksi siswa antara siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
script lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan
pembelajaran biasa. Sehingga dalam pembelajaran Cooperative scriptsangat baik dilakukan.
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut
1.
Fajri Satrio(2009)Pengaruh penerapan
model pembelajaran cooperative script terhadap kemampuan pemecahan masalah di
tinjau dari keaktifan siswa kelas VII SMP Negeri 19 Surakarta tahun ajaran 2009
– 2010.
2. Yuli
Trilasari(2014)Pengaruh model pembelajaran cooperative script dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada
materi bilangan bulat kelas VII SMP Negri 1 Terisan Munyai Kabupaten Lampung
Tengah tahun ajaran 2013 – 2014.
3. Pujianto(2012)peningkatan
hasil belajar matematika dengan model pembelajaran cooperative script bagi
siswa kelas VI semester II SD Negeri Kambangan 01 Kecematan Blado Kabupaten
Batang tahun pembeljaran 2011 – 2012.
4. Khayyizatul
Muniroh(2010)Implementasi pembelajaran dengan model cooperative script sebagai
usaha untuk menngkatkan kreatifitas dalam pemecahan masalah matematika siswa
kelas VIII MTs Wahidin Basyim Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2010 – 2011.
D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan
tersebut, maka dapat
dirumuskan
hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat
pengaruh kemampuan Koneksi matematika antara siswa yang diberi model pembelajaran
Cooperative script dengan siswa yang
diberi model pembelajaran biasa materi pecahan kelas VII MTs Hidayatullah
Tanjung Morawa tahun pembelajaran 2016 – 2017.
2.
Respon siswa terhadap proses pembelajaran
matematika yang diberimodel pembelajaran
Cooperative scriptlebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi model
pembelajaran biasa materi pecahan kelas VII MTs Hidayatullah tahun pembelajaran
2016 – 2017.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda