Proses pembelajaran
Proses pembelajaran terjadi karena
adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam proses belajar
mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa. untuk itu diperlukan Strategi
pembelajaran, agar proses pembelajaran itu dapat berlangsung dengan efektif dan
efesien.
Dari
observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA R.A.Kartini Tebing Tinggi
peneliti melihat guru kelas sering menggunakan cara mengajar yang sudah sering
dilakukan yaitu dengan berceramah sehingga siswa lebih cenderung pasif, bosan,
dan kadang siswa jadi mengantuk, hal ini tentu berdampak pada hasil belajar
siswa.
Pelajaran
Sejarah merupakan suatu pelajaran yang sangat penting karena dianalisis untuk
memenuhi masa kini dan diproyeksikan untuk mencerdaskan kehidupan masa
depan. Pelajaran Sejarah bagi peserta
didik akan menarik jika dikemas dengan tidak kaku dan mampu membangun imajinasi
peserta didik tentang pengetahuan dan pengalaman yang menarik dari sejarah.
Dengan menggunakan model karyawisata
pembelajaran sejarah akan lebih menarik, karena model karyawisata dapat
mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti mengenang kembali peristiwa
bersejarah yang telah berlalu dengan cara melihat langsung tempat peristiwa
tersebut.
Menurut Rusyan (Sagala 2012 :
214)
karyawisata banyak memiliki nilai non akademis, tetapi tujuan umum pendidikan
dapat dicapai, terutama mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar
seperti kunjungan ketempat-tempat situs bersejarah, museum, peternakan yang
sistematis, dan sebagainya.
Menurut (Hamalik 1976 : 177) Karyawisata
adalah kegiatan pendidikan yang realistis dan berguna untuk memperoleh
pengalaman langsung.
Menurut (Roestiyah 2012 : 87)
Karyawisata biasanya dilakukan di luar sekolah.
Menurut
Joyce (Ngalimun 2014 : 7) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan
lain-lain.
Dalam
buku ( Hasan 2012 : 120) Secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai
sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan bangsa dimasa lampau kepada generasi
muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah wahana bagi pewarisan
nilai-nilai keunggulan bangsa.
Menurut
(Sutjiatiningsih 1995 : 175) Di luar ruangan kelas
terdapat juga alat peraga yang bisa digunakan, tetapi jumlahnya dan mutunya
tentu bervariasi dari daerah ke daerah dan dari kota ke kota.
Menurut (Daliman 2012 : 39) Kesadaran
sejarah mencakup dua hal, ialah kesadaran akan perubahan dan kesadaran akan waktu.
Yang pertama memberi ciri utama apa yang disebut dengan sejarah. Hakikat
sejarah adalah perubahan, history is a
change. Setiap perubahan akan mempersyaratkan adanya lama dan yang baru.
Namun setiap perubahan tak akan lepas dari kekuasaan waktu. Perubahan terjadi
dengan dan dalam waktu.
Menurut
(Kochhar 2008 : 5)“Sejarah merupakan
dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan”.
Menurut
(Kuntowijoyo 2005 : 18) Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.
Menurut (Hariyono 1995 : 1) Sejarah adalah pengalaman
kelompok manusia. Jika sejarah dilupakan atau diabaikan, kita sebenarnya
berhenti menjadi manusia. Tanpa sejarah, manusia tidak mempunyai pengetahuan
tentang dirinya, terutama dalam proses ada dan mengada. Manusia yang sedemikian
tidak mempunyai memori atau ingatan, sehingga pada dirinya tidak dapat dituntut
suatu tanggungjawab.
Menurut
(Tanjung 2015 : 76 ) Melalui
pembelajran sejarah peserta didik dikenalkan dengan pengalaman dan berbagai
peristiwa masa lampau.Hal tersebut tidak berarti pemeblajaran sejarah lebih
menekankan kepada penguasaan fakta dan evidensi sejarah.Tujuan pemeblajaran
sejarah yang utama adalah ikut memberikan sumbangsih dalam pemberdayaan
perspektif peserta didik. Oleh karena itu, agar pemeblajaran mengenai sasaran,
diperlukan interaksi yang memadai dalam proses belajarnya.
Menurut (Sanjaya 2009 : 257) “Hasil belajar adalah sesuatu
yang diperoleh siswa sebagai konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan
sehingga terjadinya perubahan perilaku pada yang bersangkutan baik perilaku
dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik”.
Menurut (Wineburg 2006 : 213) Sejarah sama dengan sistesis
bila kita terlibat dalam proses menulis sejarah. Kita memisah-misahkan hal-hal
dan kemudian kita satukan kembali. Kita mencoba mencari hubungan. Kita mencari
hal-hal yang spesifik, mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesa umum. Kita
melaksanakan semua langkah-langkah itu dengan semangat.
Menurut
(Nasution 2013 : 132)
yakni hubungan antara stimulus dengan respon. Belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan.
Menurut (Slameto
2010 : 2)
pengertian belajar ialah “proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.
Menurut Skinner
(Dimyati 2013 : 9)
“Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Menurut (Sudjana 2014 : 3) “Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian
yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.
Kerangka berfikir
Pelajaran sejarah bukan sekedar menyampaikan
bahan ajar sejarah, tetapi harus pula memenuhi tuntutan-tuntutan pokok sebagai
seorang guru sejarah. Disamping itu, meskipun sejarah memang terutama
mempelajari peristiwa masa lampau, tetapi tidak berarti bahwa guru sejarah
hanya memperhatikan hal-hal yang sudah terjadi saja. Hal ini mengakibatkan
kemauan atau keinginan siswa dalam pembelajaran sejarah menjadi kurang.
Oleh
karena itu, guru sebaiknya memilih model yang sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran.Model karyawisata adalah salah satu tahap pelaksanaan pembelajaran
yang membuat suasana belajar siswa lebih menyenangkan karena pada tahap awal
guru terlebih dahulu menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian siswa
diikut sertakan secara langsung dalam proses pembelajaran
Dengan
penerapan Model Karyawisata pada pembelajaran sejarah dapat mempengaruhi proses
belajar antara lain peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Maka
proses pembelajaran dengan Model karyawisataakan meningkatkan hasil belajar
siswa, karena setiap siswa dalam kelompoknya diajak langsung ketempat obyek
pelajaran dan mempunyai tanggung jawab untuk menguasai materi yang ditugaskan
dan dapat mempresentasikan hasil yang dikerjakan oleh setip kelompok. Dengan
demikian Model Karyawisata lebih menekankan keterlibatan siswa secara langsung
dalam pembelajaran dan menyelesaikan masalah, mulai dari keaktifan siswa untuk
mencari masalah, serta menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya.
Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
khususnya pada pokok bahasan Peninggalan-Peninggalan Sejarah Tebing Tinggi di
kelas X
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda