Minggu, 16 Juli 2017

Proses pembelajaran



Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam proses belajar mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa. untuk itu diperlukan Strategi pembelajaran, agar proses pembelajaran itu dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.
Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA R.A.Kartini Tebing Tinggi peneliti melihat guru kelas sering menggunakan cara mengajar yang sudah sering dilakukan yaitu dengan berceramah sehingga siswa lebih cenderung pasif, bosan, dan kadang siswa jadi mengantuk, hal ini tentu berdampak pada hasil belajar siswa.
Pelajaran Sejarah merupakan suatu pelajaran yang sangat penting karena dianalisis untuk memenuhi masa kini dan diproyeksikan untuk mencerdaskan kehidupan masa depan.  Pelajaran Sejarah bagi peserta didik akan menarik jika dikemas dengan tidak kaku dan mampu membangun imajinasi peserta didik tentang pengetahuan dan pengalaman yang menarik dari sejarah.
Dengan menggunakan model karyawisata pembelajaran sejarah akan lebih menarik, karena model karyawisata dapat mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti mengenang kembali peristiwa bersejarah yang telah berlalu dengan cara melihat langsung tempat peristiwa tersebut.
Menurut Rusyan (Sagala 2012 : 214) karyawisata banyak memiliki nilai non akademis, tetapi tujuan umum pendidikan dapat dicapai, terutama mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti kunjungan ketempat-tempat situs bersejarah, museum, peternakan yang sistematis, dan sebagainya.
Menurut (Hamalik 1976 : 177) Karyawisata adalah kegiatan pendidikan yang realistis dan berguna untuk memperoleh pengalaman langsung.
Menurut (Roestiyah 2012 : 87) Karyawisata biasanya dilakukan di luar sekolah.
Menurut Joyce (Ngalimun 2014 : 7) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain.
Dalam buku ( Hasan 2012 : 120) Secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan bangsa dimasa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa.
Menurut (Sutjiatiningsih 1995 : 175) Di luar ruangan kelas terdapat juga alat peraga yang bisa digunakan, tetapi jumlahnya dan mutunya tentu bervariasi dari daerah ke daerah dan dari kota ke kota.
Menurut (Daliman 2012 : 39) Kesadaran sejarah mencakup dua hal, ialah kesadaran akan perubahan dan kesadaran akan waktu. Yang pertama memberi ciri utama apa yang disebut dengan sejarah. Hakikat sejarah adalah perubahan, history is a change. Setiap perubahan akan mempersyaratkan adanya lama dan yang baru. Namun setiap perubahan tak akan lepas dari kekuasaan waktu. Perubahan terjadi dengan dan dalam waktu.
Menurut (Kochhar 2008 : 5)“Sejarah merupakan dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan”.
Menurut (Kuntowijoyo 2005 : 18) Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.
Menurut (Hariyono 1995 : 1) Sejarah adalah pengalaman kelompok manusia. Jika sejarah dilupakan atau diabaikan, kita sebenarnya berhenti menjadi manusia. Tanpa sejarah, manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang dirinya, terutama dalam proses ada dan mengada. Manusia yang sedemikian tidak mempunyai memori atau ingatan, sehingga pada dirinya tidak dapat dituntut suatu tanggungjawab.
Menurut (Tanjung 2015 : 76 ) Melalui pembelajran sejarah peserta didik dikenalkan dengan pengalaman dan berbagai peristiwa masa lampau.Hal tersebut tidak berarti pemeblajaran sejarah lebih menekankan kepada penguasaan fakta dan evidensi sejarah.Tujuan pemeblajaran sejarah yang utama adalah ikut memberikan sumbangsih dalam pemberdayaan perspektif peserta didik. Oleh karena itu, agar pemeblajaran mengenai sasaran, diperlukan interaksi yang memadai dalam proses belajarnya.
Menurut (Sanjaya 2009 : 257) “Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa sebagai konsekuensi dari upaya yang telah dilakukan sehingga terjadinya perubahan perilaku pada yang bersangkutan baik perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik”.
Menurut (Wineburg 2006 : 213) Sejarah sama dengan sistesis bila kita terlibat dalam proses menulis sejarah. Kita memisah-misahkan hal-hal dan kemudian kita satukan kembali. Kita mencoba mencari hubungan. Kita mencari hal-hal yang spesifik, mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesa umum. Kita melaksanakan semua langkah-langkah itu dengan semangat.
Menurut (Nasution 2013 : 132) yakni hubungan antara stimulus dengan respon. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan.
Menurut (Slameto 2010 : 2) pengertian belajar ialah “proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.
Menurut Skinner (Dimyati 2013 : 9) “Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Menurut (Sudjana 2014 : 3) “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.

Kerangka berfikir
Pelajaran sejarah bukan sekedar menyampaikan bahan ajar sejarah, tetapi harus pula memenuhi tuntutan-tuntutan pokok sebagai seorang guru sejarah. Disamping itu, meskipun sejarah memang terutama mempelajari peristiwa masa lampau, tetapi tidak berarti bahwa guru sejarah hanya memperhatikan hal-hal yang sudah terjadi saja. Hal ini mengakibatkan kemauan atau keinginan siswa dalam pembelajaran sejarah menjadi kurang.
Oleh karena itu, guru sebaiknya memilih model yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran.Model karyawisata adalah salah satu tahap pelaksanaan pembelajaran yang membuat suasana belajar siswa lebih menyenangkan karena pada tahap awal guru terlebih dahulu menyampaikan materi yang akan dipelajari, kemudian siswa diikut sertakan secara langsung dalam proses pembelajaran
Dengan penerapan Model Karyawisata pada pembelajaran sejarah dapat mempengaruhi proses belajar antara lain peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Maka proses pembelajaran dengan Model karyawisataakan meningkatkan hasil belajar siswa, karena setiap siswa dalam kelompoknya diajak langsung ketempat obyek pelajaran dan mempunyai tanggung jawab untuk menguasai materi yang ditugaskan dan dapat mempresentasikan hasil yang dikerjakan oleh setip kelompok. Dengan demikian Model Karyawisata lebih menekankan keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran dan menyelesaikan masalah, mulai dari keaktifan siswa untuk mencari masalah, serta menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah khususnya pada pokok bahasan Peninggalan-Peninggalan Sejarah Tebing Tinggi di kelas X



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda