hukum ekonomi syariah
1.0. PEMBAHASAN.
1.1 (a) Maksud jual beli:
Jual beli dari
segi bahasa ialah menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain dan dari segi syarak
(istilah) ialah menukar harta dengan harta
mengikut cara-cara yang tertentu
Maksud jual beli menikut pandangan ulama.
1. jual beli menurut ulama Hanafiyah ialah pertukaran harta (benda)
dengan harta berdasarkan cara khusus ( yang dibolehkan)
3. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al,Mugni jual beli ialah
pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan milik.
(b)Hukum Jual Beli
Serta Dalil.
Asal jual beli itu ialah semuanya harus, sekiranya
redha meredhai oleh kedua belah pihak
(pembeli dan penjual),kecuali pada perkara-perkara yang dilarang oleh
Rasullah S.A.W. Antara dalil yang membolehkan jual beli ialah :
Dalil Al-quran :
وَأَحَلَّ اُللّهُ اُلْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَوأ......
Artinya : Allah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan riba’.
(QS. Al-Baqarah : 275)
As-sunnah :
سُءِلَ النَّبِيُ ص.م : اَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَب ؟ فَقَلَ :
عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ.
Artinya : Nabi SAW, Ditanya tentang mata pencaharian yang paling
baik. Beliau Menjawab, ‘seseorang berkerja dengan tangannya dan setiap jual
beli yang mabrur.(HD.Baihaqi dan Ibn Majjah)
1.2 Rukun dan Syarat Jual Beli.
(a) Rukun-rukun jual beli
Dalam
menetapkan rukun jual beli , di
antara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama hanafiyah ,rukun
jual beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran
barang secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Adapun rukun jual
beli menurut jumhur ulama ada empat iatu :
(a)Bai’(penjual)
(b)Mustari(pembeli)
(c)shighat(ijab
dan qabul)
(b) Syarat-syarat jual beli.
Dalam jual beli
terdapat empat macam syarat, yaitu syarat terjadinya akad (in’iqad),syarat
sah nya akad, syarat terlaksananya akad
(nafadz),dan syarat lujum.
Secara umum tujuan
adanya semua syarat tersebut antara lain untuk menghindari pertentangan
diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang sedang akad, menghindari jual
beli gharar (terdapat unsur penipuan) dan lain-lain.
Jika jual beli
tidal memenuhi syarat terjadinya akad, akad tersebut batal. Jika tidak memenuhi
syarat sah, menurut ulama hanafiyah, akad yang cenderung boleh , bahkan menurut
ulama, malikiyah, cenderung kepada kebolehan. Jika tidak memenuhi syarat lujum,
akad tersebut mukkhayir(pilih-pilih), baik khiyar untuk menetapkan maupun
membatalkan.[6]
Di anatar ulama
fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan pensyaratan jual-beli . dibawah ini
akan dibahas sekilas pendapat mazhab tentang pensyaratan jual beli tersebut
iaitu ulama mazhab hanafi :
1. menurut
pendapat ulama hanafiyah
Pensyaratan yang ditetapkan oleh ulama
hanabila berkaitan dengan syarat jual beli adalah:
a. Syarat
Terjadinya Akad (In,iqad)
adalah syarat-syarat yang telah ditetapkan
syara’. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi. Jual beli batal. Tentang syarat
ini, ulama Hanafiyah menetapkan empat syarat. Yaitu berikut ini.
1. Syarat Aqid (orang yang akad)
·
Berakal
dan mumayiz.
Ulama
hanafiyah tidak mensyaratkan harus baligh. Tasharruf yang boleh dilakukan oleh
anak mumayiz dan berakal secara umum terbahagi kepada tiga.
1. Tasharruf yang bermanfaat secara murni,
seperti hitbah.
2. Tasharruf yang tidak bermanfaat secara
murni,seperti tidak sah talak oleh anak kecil.
3. Tasharruf yang berada diantara kemanfaatan
dan kemadaratn, yaitu aktivitas yang boelh dilakukan , tetapi atas seizin wali.
·
Aqid
harus berbilang, sehingga tidak sah lah akad dilakukan seorang diri. Minimal
dilakukan dua orang, yaitu pihak yang menjual dan membeli.
2.Syarat dalam Akad.
Syarat ini hanya
satu, yaitu harus sesuai antara ijab dan qabul. Namun demikian, dalam ijab dan
qabul terdapat tiga syarat berikut ini.
·
Ahli
akad
Menurut
ulama hanafiyah, seorang anak yang berakal dan mumayiz ( berumur tujuh
tahun,tetapi belum baligh) dpat menjadi ahli akad. Ulama malikiyah dan
hanabilah berpendapat bahwa akad anak
mumayiz bergantung pada izin walinya. Adapun menurut ulama syafi’iyah, anak
mumayiz yang belum baligh [7]tidak
dibolehkan melakukan akad sebab ia belum dapat menjaga agama dan hartanya(masih
bodoh)
·
Qabul
harus sesuai dengan ijab
·
Ijab
dan qabul harus bersatu: yakni berhubungan antara ijab dan qabul walaupu
tempatnya tidak bersatu.
3.Tempat Akad.
Harus bersatu atau
berhubungan antara ijab dan qabul.
4. Ma’qud ‘alaih (objek Akad) : ia mempunyai empat syarat yaitu:
·
Ma’qud
alaih harus ada, tidak boleh akad atas barang-barang yang tidak ada atau
dikhawatirkan tidak ada, seperti jual beli buah yang belum tampak, atau jual
beli anak haiwan yang masih dalam kandungan.
·
Harta
harus kuat, tetap dan bernilai yakni bende yang mungkin dimanfaatkan dan
disimpan.
·
Bende
tersebut milik sendiri
Dapat
diserahkan
(b) Syarat perlaksanaan Akad (Nafadz)
1. benda dimiliki
aqid atau berkuasa untuk akad
2. pada benda
tidak terdapat milik orang lain.
Oleh
kerana itu, tidak boleh menjual barang sewaan atau barang gadai, sebab barang
tersebut bukan milikinya sendiri, kecuali dizinkan oleh pemilik sebenarnya, yakni jual beli yang
ditangguhkan (mauquf).
Berdasarkan nafadz
dan waqaf ( penangguhan), jual beli
terbagi dua :
·
Jual
beli nafidz
Jual
beli yang dilakukan oleh orang yang telah memenuhi syarat dan rukun-rukun jual
beli sehingga jual beli tersebut dikategorikan sah.
·
Jual
beli mauquf
Jual
beli yang dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi syarat nafdz. Yakni bukan
miliknya dan tidak berkuas untuk menggunakan akad, seperti jual beli fudhul (
jual beli bukan milik orang lain tanpa izin) namun demikian jika pemiliknya
mengizinkan ia dianggap sah dan kalau pemiliknya tidak mengizinkan maka jual
beli dianggap batal.
(c) Syarat Sah Akad: syarat terbahagi atas dua bahagian, yaitu umum
dan khusus :
1. syarat umum :
adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan semua bentuk jual beli yang telah
ditetapkan syara’. Di antaranya adalah syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.
Juga harus terhindar kecacatan jual beli, yaitu ketidakjelasan, keterpaksaan
dan pensyaratan yang merusak lainya.
2. syarat khusus :
adalah syarat-syarat yang hanya ada pada barang-barang tertentu. Jual beli ini
harus memenuhi pensyaratan berikut :
·
Barang
yang diperjualkanbelikan mestilah dapat
dipegang , yaitu pada jual beli bende yang harus dipegang sebab apabila
dilepaskan akan rusak atau hilang.
·
Harga
asal harus diketahui, yaitu pada jual beli amanat.
·
Serah
terima benda dilakukan sebelum berpisah yaitu pada jual beli yang bendenya ada
ditempat.
·
Terpenuhi
syarat penerimaan
·
Harus
seimbang dalam ukuran timbangan yaitu dalam jual beli yang memakai ukuran atau
timbangan
·
Barang
yang diperjualkanbelikan sudah menjadi tanggung jawabnya. Oleh kerana itu ,
tidak boleh menjual barang yang masih ditangan penjual.
(d) Syarat Lujum
Syarat ini hanya
ada satu, yaitu akad jual beli harus terlepas atau terbebas dari khiyar (
pilihan ) yang berkaitan dengan kedua pihak yang akad dan akan menyebabkan
batalnya akad.[8]
1.3. Bai’ yang Berkaitan
dengan Harga dan Barang setelah Akad
Bai’.
Penjual mempunyai
hak untuk ber tasharuf terhadap harga
barang yang dijual sebelum menyerahkan barang tersebut. Jika barang yang dijual
itu sebuah barang yang tidak bergerak . pembeli dapat langsung menjual barang yang
tidak bergerak itu kepada pihak lain sebelum penyerahan barang tersebut . namun
, hal itu tidak berlaku bagi barang yang bergerak. Penambahan dan pengurangan
harga, serta jumlah barang yang dijual setelah akad, dapat diselesaikan sesuai
dengan kesepekatan para pihak[9].
1.4. Bai’ kesepekatan penjual dan pembeli:
Berikut ini ada
beberpa ketentuan kesepakatan antara penjual dan pembeli :
1. penjual dan pembeli wajib menyepakati nilai objek jual beli yang
diwujudkan dalam harga.
2. penjual wajib menyerahkan objek jual beli sesuai dengan harga yang
disepakati.
3. pembeli wajib menyerahkan uang atau benda yang setara nilainya
dengan objek jual beli.
4. jual beli terjadi dan mengikat ketika objek jual beli diterima
pembeli, sekalipun tidak dinyatakan secara langsung.[10]
5. penjual boleh menawarkan penjualan barang dengan harga borongan,
dan persetujuan pembeli atas tawaran itu mengharuskanya untuk membeli untuk membeli
keseluruhan barang yang telah disepakati.
6. penjual di bolehkan menawarkan beberapa jenis barang dagangan
secara terpisah dengan harga yang berbeda.
1.4. Bai’ dengan syarat khusus.
Bai’ ini adalah syarat khusus yang dikaitkan dengan akad jual beli
dipandang sah dan mengikat jika menguntungkan pihak-pihak. Apabila jual beli
bersyarat hanya menguntungkan satu pihak sahaja sahaja maka jual beli itu sah
tapi syaratnya terbatal.[11]
1.5 Bai’ yang Dilakukan oleh Orang yang Sedang Menderita Sakit
Keras.
Berikut ini adalah
ketentuan mengenal Bai’ yang dilakukan oleh orang yang sedang menderita sakit
yaitu :
1.jika orang yang sedang menderita sakit keras menjual suatu barang
kepada salah seorang ahli waris nya, keabsahan jual beli itu bergantung pada
izin ahli warinya yang lain.
2. jika ahli waris memberi izin setelah orang yang sakit keras itu
meninggal , penjualan itu dapat dilaksanakan dan sah.
3. jika seseorang yang sedang menderita sakit keras menjual suatu
barang kepada pihak lain yang tidak termasuk ahli warisnya dengan harga yang
yang sesuai dengan nilai barang tersebut ,jual beli itu sah.
4. jika barang yang dijual lebih dari sepertiga hartanya ,ahli
waris dapat membatalkan penjualan tersebut.
5. jika jumlah kekayaan seseorang yang sakit kurang dari jumlah
utangnya , dan menjual seluruh kekayaan dengan harga yang lebih rendah ,
kemudian orang itu meninggal , para pemberi pinjaman dapat meminta untuk
menyesuaikan harga jual beli barang tersebut sesuai dengan harga yang
sebenarnya .
6. jika pembeli tidak mau melakukan penesuaian harga barang , para
pembeli pinjaman dapat mengajukan pemohonan ke pengadilan untuk membatalkan
penjualan tersebut.[12]
1.6. Berakhrnya Akad Bai’
Ketentuan
berakhirnya akad bai’adalah sebagai
berikut:
1.penjual dan pembeli dapat mengakhiri akad jual beli.
2. mengakhiri akad jual beli
dilaksanakan dengan kesepakatan para pihak.
3.selesainya akad jual beli harus dilakukan dalam satu rangkaian
kegitan forum.
1.7. Serah Terima Barang
Berikut ini adalah
ketentuan mengenai serah terima barang :
1. setelah akad dipersutujui, pembeli wajib menyerahkan uang
seharga barang kepada penjual , dan
penjual terikat untuk menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli.
2. pembeli berhak atas berharga atas barang.
3. penjual berhak atas uang
4. tata cara penyerahan bergantung pada sifat , jenis dan kondisi barang yang dijual tersebut
5. tatacara penyerahan wajib memperhatikan kebiasaan dan kepatutan
dalam masyrakat.
6. jika pembeli berada pada pelataran atau di tanah yang akan
dijual , atau jika pembeli dari jarak dekat bias melihat sebidang tanah atau
tempat tersebut , setiap izin yang diberikan oleh penjual untuk menerima
penyerahan barang dianggap sebagai penyerahan barang tersebut.
7. dalam pembayaran tunai , penjual berhak menahan barang sampai
pembeli membayar keseleruhan harga yang disepakati.[13]
1.8 Bai’ Salam.
Bai’ salam atau
disingkatkan salam adalah juga sesuatu jasa pembiyaan yang didasarkan kepada
transaksi jual beli barang. Bai’ salam merupakan bentuk kuno dari forward
contract dimana harga barang dibayar di muka ketika kontrak dibuat sedangkan
penyerahan barang dilakukan kemudian. Untuk istilah bai’salam digunakan salaf
yang dipakai secara saling menggantikan. Selain salaf digunakan juga istilah
taslif yang secara harfiah keduanya bereti pembayaran di muka.[14]
Dengan itu salam
dari segi istilah syarak pula ialah menjual sesuatu barang yang tidak dilihat
dengan ditentukan sifat-sifatnya dan barang itu adalah tanggungjawab penjual.
Rukun jual beli
salam: rukun jual beli salam disisi hanafiyah ialah ijab dan qabul, ijab qabul disis hanafiyah
malikiyah dan hanbali boleh dilakukan dengan lafaz salam,salaf , bai’.
Sementara Syafi’e tidak sah akad jual salam itu kecuali dengan lafaz salam dan
salaf sahaja.
Dengan itu rukun
jual beli salam mengikut jumhur ulama adalah seperti berikut:
1.penjual
2.pembeli salam 3.barang jualan salam 4.wang atau harga 5.sighat (ijab dan
qabul)[15]
1.9 Bai’ Istisna’
Istishna’
merupakan jasa pembiyaan dengan mengambil bentuk transaksi jual –beli.
Istishna’ berarti minta dibuatkan /dipesan. Akad yang mengandung tuntutan agar
tukang/ahli membuatkan suatu pesanan dengan ciri-ciri khusus. Dengan itu
istishna’adalah jual beli antara pemesan dan dan penerima pesanan, dimana
spesifikasi dan harga barang disepakati di awal sedangkan pembayaran dilakukan
seacara bertahap sesuai kesepakatan.[16]
Fatwa tentang jual
beli Istishna’: Fatwa DSN-MUI No.06/DSN-MUI/VI/2000 tentang jual beli istishna’
memberkan ketentuan sebagai berikut:
Pertama :
ketentuan tentang pembayaran
1.Alat bayar harus
diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang ,barang atau manfaat.
2.Pembayaran
dilakukan sesuai dengan kesepakatan .
3.pembayaran tidak
boleh dalam bentuk pembebasan utang.
Kedua : Ketentuan
Tentang Barang
1.Harus jelas
ciri-ciri nya dan dapat diakui sebagai utang.
2.Harus dapat
dijelaskan spesifiknya
3. Waktu dan
tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
4.Penyerahan
dilakukan kemudian
5.Pembeli tidak
boleh menjual barang tersebut sebelum menerimanya.
6.Tidak boleh
menukar barang , kecuali dengan barang sejenis sesuai dengan kesepakatan.
7.Dalam hal ini
terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan pemesan boleh memiliki hak khiyar (hak
memlih) untuk melanjutkan atau membatlkan akad[17]
Ketiga: Ketentuan
Lain
1.Dalam hal
pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan hukumya mengikat
2.semua ketentuan
dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli
istishna’.
3. Jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibanynya atau jika terjadinya perselisihan dianatar
kedua belah pihak , maka penyelasaianya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
1.10 Bai’ Wafa’
Ialah orang yang
butuh, menjual sesuatu barang dengan janji, bila pembayaran nya telah dipenuhi
(dibayar kembali), barang dikembalikan lagi. Hukum jual beli semacam gadai,
menurut pendapat yang paling rajah.[18]
1.11 Bai’ Murabahah
Murabahah
merupakan produk finansial yang berbasis bai’ atau jual beli . murabahah adalah
produk pembiyaan yang paling banyak digunakan oleh perbankan syariah di dalam
kegiatan usaha. Menurut pengetahuan Ashraf Usmani, pada dewasa ini murabhah
menduduki porsi 66% dari semua transaksi investasi bank-bank syariah (Islamic
bank) di dunia .
Merubahah juga
merupakan produk pembiyaan perbankan syariah yang dilakukan dengan mengambil
bentuk transaksi jual beli (bai’ atau sale). Namun murabahah bukan transaksi
jual beli biasa anatara satu pembeli dan satu penjual saja sebagaimana yang
kita kenal di dalam dunia bisnis
perdagangan di luar perbankan syariah. Pada perjanjian murabahah , bank
membiyai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabnya dengan
membeli terlebih dahulu barang itu dari pemasuk barang dan setelah kepemilikan
barang itu secara yuridis berada ditangan bank, kemudian bank tersebut
menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan suatu margin atau keuntungan di
mana nasabah harus diberitahu oleh bank beberapa harga beli bank dari pemasok
dan menyepakati berapa besar keuntungan yang ditambahkan ke atas harga harga
beli bank tersebut. Dengan kata lain penjualan barang oleh bank kepada pihak
nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit.[19]
1.12.Jual beli yang Dilarang di Dalam Islam
1. Membeli barang
dengan harga yang lebih mahal dengan harga pasaran biasa sedangkan dia bukanlah
benar-benar mahukan barang itu. Hanya bertujuan supaya orang lain tidak dapt
membeli barang itu. Sebab pengaharamn ini adalah menyakitkanorang lain.
2. Menyekat
Pedagang-pedagang dari desa
dipertengahan jalan: yaitu pembeli menyekat pedagang yang datang dari desa
dipertengahn jalan sebelum mereka sampai ke kota dan tidakn tahu harga dipasar.
Lalu dibeli barang-barang itu dengan harga yang murah.lalu perbuatan seperti
ini menyebabkan kerugian terhadap pendagang-pendagang yang datang dari desa.
3. Membeli barang
keperluan untuk disorok: yaitu membeli barang keperluan ramai untuk disorok
sedangkan masyarakat memrlukanya. Dilakukan begitu untuk dijual dengan harga
yang lebih tinggi d an mendapat keuntungan dengan berlipat kali ganda.[20]
1.13. Aplikasi jual beli di lembaga
keuangan Islam.
Antara salah satu
sistem jual beli yang digunakan dalam lembaga keuangan islam adalah sistem
mudhrabah yaitu sistime ini adalah satu perjanjian yang dilakukan antara
pemodal (bank) dan pengusaha dimana pemodal bersetuju membiayai projek yang
sedang atau akan diusahakan oleh pengusaha
secara berkongsian untung mengikut nisbah pembahagian yang terlebih
dahulu dipersetujui bersama. Konsep ini dikenali dalam penulis barat sebagai (profit
and loss sharing-PLS) dalam kontek operasi bank. Dan ianya bermaksud pembiyaan
sepenuhnya tanpa campur tangan pemodal dalam pengurusan perniagaan.[21]
2.0 KESIMPULAN
Bai’ atau pun jual beli bermaksud suatu transaksi atau pun suatu
penukaran berdasarkan cara-cara tertentu yang telah ditetapkan oleh hukum
syara’. Jual beli ini juga sangat penting di dalam kehidupan seharian kerana
ianya sering dipakai atau sering diaplikasikan kepada penjual pembeli maupun
bank yang berdasarkan konsep kuangan islam. Jual beli di dalam rangka syariah
ini membentuk satu ekonomi yang adil tanpa adanya riba’atau ketidakseimbangan
di dalam perniagaan atau suatu transaksi semasa jual beli berlaku.
[1]
Abdul Razak Muhammad,FEKAH,Pustaka Hj Abd Majid(Kuala Lumpur,1997),h3
[2]
Rachmat Syafei’,MA,Fikih Muamalah,Pustaka Setia
Bandung(Bandung,2001),h73
[3]
Ibid,h74
[4] Ibid,75
[6]
Rachmat Syafei’,MA,Fikih Muamalah,Pustaka Setia Bandung(Bandung:2 001),h76
[7]
Rachmat Syafei’,MA,Fikih Muamalah,Pustaka Setia
Bandung(Bandung,2001),h77
[10]
Ibid,137
[13]
Ahmad Ifham Sholihin,Buku Pintar Ekonomi Syariah,Granmedia Pustaka
Utama(Jakarta :2010)h138
[14]
Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah,Kencana Prenada Media Group(
Jakarta :2014),h251
[15]
Abdul Razak Muhammad,FEKAH,Pustaka Hj Abd Majid(Kuala Lumpur,1997),h44
[16]
Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah,Kencana Prenada Media Group(
Jakarta :2014),h257
[17]
Ibid,258
[19]
Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah,Kencana Prenada Media Group(
Jakarta :2014),h190
[21]
Ibid,84
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda