Jumat, 14 Juli 2017

pengelolaan kelas yang baik dalam efektivitas pembelajaran



Bab I
PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengelolaan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional sangat bergantung pada kemampuan mengelola kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan itik awal keberhasilan pengajaran. Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah proses belajar dan semangat pencapaian prestasi belajar yang tinggi, amat tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi di antara guru dan para anak didiknya di dalam kelas. Karena itu manajemen atau pengelolaan atas kelas merupakan hal utama dalam menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu.
Pengelolaan kelas di dasarkan kepada keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dengan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi  proses belajar mengajar. Yang termasuk kedalam hal ini misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Efektifitas  dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Pembelajaran diartikan sebagai suatu ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.
B.             Rumusan  Maslah
1.       Apa itu pengelolaan kelas  khususnya dalam efektivitas pembelajaran siswa
2.       Bagaimana cara mengatur pengelolaan kelas yang baik dalam efektivitas pembelajaran ?
 Bab II
Pembahasan
A.            Konsep Pengelolaan Kelas
1.              Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat dideskripsikan sebagai proses mengorganisasi dan mengkoordinasi kemauan murid-murid untuk menyelesaikan tujuan pendidikannya. Proses ini membutuhkan seleksi dan penggunaan alat-alat yang cocok dengan problem pengelolaan dan situasi kelas yang terjadi pada waktu tertentu. Pengelolaan kelas menciptakan pola aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi. Guru-guru akan menciptakan kondisi dan mempertahankannya sehinga individu-individu dapat memanfaatkan rasionalnya, bakat kreatifnya terhadap tugas-tugas pendidikan yang menantang. Hal ini merupakan organisasi kelas yang efektif, yang mencakup seleksi metode yang sesuai dengan situasinya.
Pengelolaan ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas sedangkan Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Jadi pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pembelajaran atau pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Suharsimi Arikunto (1988 : 67) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu :
a)              Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik  yang  diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. 
b)              Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosial dalam kelas yang positif.
c)              Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Pengelolaan Kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Menurut Usman pengertian pengelolaan kelas itu adalah, “Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar". Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas adalah “Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran”.
Dengan demikian pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motif dan motivasi guru untuk melakukan pengelolaan kelas, sedangkan dengan gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.
2.              Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Usman pengelolaan kelas  mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :
1.              Tujuan umum  pengelolaan kelas  adalah menyediakan dan menggunakan  fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2.              Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik  dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam - macam kegiatan belajar peserta didik sehingga  subjek didik terhindar dari permasalahan  mengganggu seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal didalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang  digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.Tujuan pengelolaan kelas yaitu menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar PBM (Proses Belajar Mengajar) dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan sasarannya. Artinya upaya yang dilakukan oleh guru, agar peserta didik-peserta didik yang kemampuannya tidak semuanya sama, dapat mengikuti dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru. Kepemimpinan situasional dengan gaya kepemimpinan situasionalnya yang dimiliki guru merupakan solusi untuk keberhasilan pengelolaan kelas yang efektif. Guru akan selalu mempelajari kondisi  peserta didik  di kelas tempat guru tersebut mengajar, dan menentukan apa yang harus dilakukan oleh guru, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai.
3.              Pentingnya Pengelolaan Kelas
Sesungguhnya keberhasilan pengajaran tidaklah dapat dipisahkan dari keseriusan usaha dan semangat guru mengelola kelasnya. Kegagalan guru mengembangkan potensi dirinya dalam pengajaran bukanlah karena mereka tidak menguasai mata pelajaran tetapi mereka itu tidak mengerti siapa murid-muridnya dan apa kelas itu sesungguhnya. 
Berkembang kompetensi-kompetensi sosialnya yang positif dan produktif, seperti kemampuan bekerjasama, kesadaran kompetisi, menghargai karya orang lain, toleran, kekeluargaan, dan perkembangan aspek budaya lainnya. Dalam hubungan ini prinsip yang relevan untuk suatu pengelolaan kelas adalah seorang guru setiap harinya harusnya memberi dan menyediakan kesempatan untuk anak dalam bekerja/belajar secara kelompok. Bagi seorang guru memberi kebebasan kepada anak dan kelas sepatutnya merupakan lingkungan yang dapat dieksplorasi anak secara efektif.
Tipe-tipe anak di dalam kelas, sebagai berikut :
a.              Successful students
Anak bertipe ini berorientasi pada tugas dan sukses secara akademik dan bersifat kooperatif. Mereka itu selalu berpartisipasi aktif dalam pengajaran, selalu ingin melengkapi dan mengoreksi tugas-tugasnya serta kreatif dalam merespon masalah-masalah disiplin.
b.              Social students
Anak dengan tipe ini lebih berorientasi secara sosial dari pada berorientasi tugas. Mereka memiliki kemampuan untuk mencapai suatu prestasi dengan cara berteman daripada mengerjakan tugasnya. Mereka cenderung lebih banyak teman dan menjadi populer di kalangan teman-temannya.
c.              Dependent students
Anak tipe demikian memandang guru sebagai pihak yang suka memberi dukungan dan bantuan. Mereka sering meminta tambahan penjelasan dan pertolongan lebih dari yang lain.
d.              Alienated students.
Anak tipe ini menunjukkan anak yang malas hingga potensial untuk tinggal kelas atau drop-out. Secara ekstrim anak demikian menolak untuk bersekolah dan berbagai hal yang diwajibkan sekolah kepadanya. Beberapa di antara mereka mengembangkan permusuhan dan menciptakan kekacauan melalui agresi dan penyerangan. Mereka kadang menduduki jari kedua tangannya di kelas dan menolak untuk berpartisipasi.
e.              Phantom students.
Tipe anak demikian memiliki latar belakang yang kurang menguntungkan. Merekapun kurang mendapat perhatian keluarganya, sehingga kadang mereka itu pemalu, sering ketakutan, gugup dan berdiam diri. Mereka bekerja namun tidak responsif atau aktif.
Dasar psikologis di atas sengaja disinggung untuk menunjukkan betapa hal itu memiliki implikasi langsung terhadap pentingnya pekerjaan guru dalam mengelola kelasnya.
4.              Komponen Keterampilan dalam Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan dalam pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.              Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).
2.              Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan member reaksi terhadap gangguan dan kekacauan. Yang termasuk ke dalam keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok.Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalahkelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

5.              Masalah-masalah dan Pemecahan Masalah Pengelolaan Kelas.
Masalah pengelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang di hadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
a.              Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
b.              Masalah Kelompok
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Masalah kelompok ini menyangkut unsur adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
1.              Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam  bentuk penampilan.
2.              Penyelesaian masalah secara intuitif. Masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal tetapi berdasarkan firasat atau intuisi.
3.              Penyelesaian masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga ditemukan penyelesaian yang tepat.
4.              Penyelesaian masalah dengan otoritas. Dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.
5.              Penyelesaian masalah secara metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi di dalam dunia empirik diselesaikan dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang bersumber dalam  dunia supranatural atau dunia mistik atau dunia ghaib.
6.              Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam  strategi belajar mengajar di sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah.
B.            Pengelolaan Kelas yang Efektif dalam Pembelajaran  

Setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila : 
1.              Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
2.              Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar.
3.              Dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.
Dalam dunia pendidikan khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bias bertindak seperti seorang juru masak dengan buku resep masakannya. Suatu masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara tertentu pada saat tertentu dan untuk seorang atau sekelompok peserta didik tertentu. Akan tetapi cara tersebut mungkin tak dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sama, pada waktu yang berbeda, terhadap seorang atau sekelompok peserta didik yang lain. Oleh karena itu keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting agar yang dilakukan tepat guna. Dengan mengkaji konsep dasar pengelolaan kelas, mempelajari berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis, akibatnya secara sistematis diharapkan agar  setiap guru akan dapat mengelola proses belajar mengajar secara lebih baik. Kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
1.              Antara Pengelolaan kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Pengajaran (instruction) mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan lain sebagainya), maka pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan ”raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan kelompok yang produktif, dan lain sebagainya). Dengan perkataan lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat  dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif instruksional. Peserta didik yang enggan ambil bagian di dalam kegiatan kelompok karena merasa ditolak oleh kelompok lain (masalah pengelolaan) tidak dapat ditanggulangi dengan membuat kegiatan menjadi lebih menarik (tindakan instruksional), meskipun tentu saja memang tidak dapat dibantah bahwa penarikan diri peserta didik tersebut akan menghalangi tercapainya tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang dimaksud. Sebaliknya hubungan antar pribadi (interpersonal) yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik (suatu petunjuk keberhasilan pengelolaan) tidak dengan sendirinya menjamin bahwa proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Yang jelas, pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya roses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar mengajar yang tepat. Sudah barang tentu yang belakangan ini, terutama yang lebih merupakan pengaturan perangkat lunak (soft ware) telah memasuki kawasan pengajaran.
2.               Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
 Kelas merupakan taman belajar bagi  peserta didik  dan menjadi tempat mereka, bertumbuh  dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional.” (Ahmad 1995:14). Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan.
Menurut Ahmad (1995:14) syarat-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab, (2) cukup cahaya yang meneranginya, (3) sirkulasi udara cukup, (4) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan (4) jumlah peserta didik tidak lebih dari 40 orang.
Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut:
1.              Tata Ruang Kelas
Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sisten klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisisetempat. (Dirjen Dikti, 1996:18).
2.              Menata Perabot Kelas 
Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”. Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru, (c) meja kursi peserta didik, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi, (g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m) gambar-gambar alat peraga.
Dari pendapat Ahmad dapat diuraikansebagai berikut:
A.             Papan Tulis
Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata.Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga peserta didik yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling bawah
B.             Meja kursi Guru
Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru  berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan peserta didik ke papan tulis.
C.            Meja kursi Peserta didik
Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan dengan ukuran badan peserta didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.

D.            Alamari Kelas
Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.
E.             Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.
F.             Papan Absensi
Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir peserta didik di buku khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.
G.            Daftar Piket kelas
Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.
H.            Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.
I.               Gambar-Gambar
Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
J.              Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan
Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk.
K.             Tempat sampah
Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan.



Bab III
PENUTUP

Kesimpulan
1.    Kelas harus dikelola karena tempat transformasi interaksi untuk pematangan kemampuan siswa. Karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang beragam.
2.    Mengelola kelas berarti menyedakan fasilitas untuk mewujudkan kelas yang tertib.

3.    Pengaruh pengelolaan kelas dalam efektifitas pembelajaran dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

4.    Pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan










0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda