Rabu, 11 September 2024

Makalah Katarak Klasifikasi katarak serta Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Cahaya yang masuk akan direfraksikan ke retina, yang akan dilanjutkan ke otak berupa impuls melalui saraf optik agar dapat diproses oleh otak.

Katarak adalah adanya kekeruhan atau peningkatan opasitas pada lensa yang menyebabkan penurunan jumlah atau pembiasan cahaya yang masuk melalui media refraksi sehingga menurunkan kemampuan penglihatan.

Katarak adalah penyakit mata degeneratif yang umumnya terjadi pada lansia. Semakin bertambah usia, lensa mata menjadi keruh dan buram. Jika tidak ditangani dengan tepat dan rutin, katarak akan menyebabkan kebutaan.

Prevalensi katarak diduga berkisar 50% pada individu usia 65-74, meningkat menjadi sekitar 70% bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun.                                                                                                       

 Menurut WHO, angka kebutaan akibat katarak secara global mencapai 51% atau sekitar 20 juta orang.

Katarak merupakan kondisi kekeruhan pada lensa mata karena terbentuknya protein yang mengubah strukturnya.penglihatan orang katarak seperti melihat bayangan buram dan kabut di jendela. Seperti itulah kondisi penderita katarak saat melihat sekitar, menyetir mobil di malam hari, dan membaca.

Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak di dunia adalah katarak 51% glaukoma 8% dan disusul oleh degenerasi makular terkait usia (AMD) 5% WHO memperkirakan bahwa hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia menderita kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Data ini menjadikan katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. (WHO, 2012).

Masalah kebutaan di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat kasusnya sehingga katarak dilihat bukan sahja menjadi masalah kesehatan semata, namun sudah menjadi faktor penting yang berhubungan dengan sosial dan partipasi aktif dari masyarakat. Perkiraan insidensi katarak (kasus baru katarak) adalah sebesar 0.1% dari jumlah populasi, sehingga jumlah kasus baru katarak di Indonesia diperkirakan sebesar 250.000 per tahun. Beban ini makin lama akan semakin besar bila program pemberantasan kebutuan tidak dilakukan secara komprehensif TUK dan terkoordinir secara nasional (Depkes RI, 2014). HANG

WHO memperkirakan sekitar 80% dari gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia dapat dicegah. Katarak dan gangguan refraksi merupakan dua penyebab terbanyak yang dapat ditangani dengan hasil yang baik dan cost- efective di berbagai negara termasuk Indonesia.

 

          Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan paling banyak di dunia adalah katarak 51% glaukoma 8% dan disusul oleh degenerasi makular terkait usia (AMD) 5% WHO memperkirakan bahwa hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia menderita kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Data ini menjadikan katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. (WHO, 2012).

.

BAB II

Tinjauan Pustaka

1.1  Katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata, yang menyebabkan penglihatan seseorang menjadi buram, bahkan sampai tidak melihat. Hal ini disebabkan cahaya yang masuk tidak dapat mencapai retina, akibat terhalang oleh lensa yang keruh. Sebagian besar katarak disebabkan oleh proses penuaan atau usia lanjut.

1.2  Klasifikasi katarak

1.     Katarak Konginetal

Katarak konginetal adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa atau katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,galaktosemia. Adapula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus,aniridia,kolobama.keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior, posterior,katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak kongineta membranasea

2.     Katarak Primer

Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu katarak juvenilis (umur 20 tahun), katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) dan katarak senilis (umur >50 tahun)

Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium

1.       Stadium Insipien

Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum terganggu, dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda

2.     Stadium Imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat dibagian posterior dan baian belakang nukleus lensa. Shadow test positif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi menjadi berubah dan mata menjadi miopia Keadaan ini disebut instrumensensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaukoma.


3.     Stadium Matur

Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruh nya yang masuk pupil dipantulkan kembali. Shadow test negatif. Di pupil tampak lensa seperti mutiara.

4.       Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)

Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nukleus lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nukleus terbayang sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang atasya yaitu kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yag dibawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. (Wijaya, 2013)

Menurut tamsuri, 2011 katarak juga dibagi lagi berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1.     Katarak traumatika

katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular), Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar-xradioaktif, dan benda asing

2.     Katarak toksika

Merupakan katarakyang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.       Katarak Komplikata

Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.Penyebab katarak jenis ini adalah

1)     Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaukoma, ablasio retina yang sudah lama, uveitis, miopia maligna

2)     Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipoparatiroid, sindrom down,dermatitis atopik.

Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan pemium berat Kadang-kadang katarak terjadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak

2.3  Penyebab Katarak

Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata (ilyas, 2003). Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor


a.      Fisik

Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakibatkan katarak baik pada orang yang fisiknya semakin tua atau karena sakit

b.       Kimia

Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan sinar ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarakk

c.       Usia

Dengan bertambahnya seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan katarak Katarak yang didapatkan karena faktor usia tua biasanya berkembang secara perlahan Penglihatan kabur dapat terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat berkembangan kehilangan penglihatan. Hilangnya penglihatan tergantung pada lokasi dan luasnya kekeruhan

d.     Infeksi virus masa pertumbuhan janin

Jika ibu pada masa mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin, misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella

e.       Penyakit

Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.

2.4  Manifestasi Katarak

Manifestasi klinis pasien katarak antara lain:

a.      Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa

b.     Penglihatan akan berkurang secara perlahan

c.      Pada pupil terdapat bercak putih

d.     Bertambah tebal nucleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa

e.      Penglihatan kabur

f.      Rasa nyeri pada mata

Katarak hipermatur akan membulkan penyakit, mata menjadi merah disertai rasa sakit yang kemudian akan berakhir dengan kebutaan. Secara klinis proses ketuaan sudah tampak daam pengurangan kekuatan akomodasi lensa, akibat mulai terjadinya sclerosis lensa yang dimanifikasikan dalam bentuk presbiopi Selain itu gejala berupa keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakan- akan melihat asap dan pupil mata seakan-akan tampak benar-benar putih, sehinga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. Bila dibiarkan akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis. Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis


Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1.  Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut mengalangi objek

2.  Peka terhadap sinar atau cahaya

3.  Dapat melihat dobel pada satu mata

4.  Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca PRE

5.  Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

 

 

2.5  .Penatalaksanaan Katarak

Dengan menggunakan alat Fakoemulsifikasi modern yang digunakan untuk menangani pasien katarak dengan cara menghacurkan katarak. Kemudian diikuti dengan proses penyedotan. Dengan menggunakan alat ini maka pembuangan katarak dapat dilakukan tanpa pembiusan, tanna suntik, tanpa penjahitan, tanpa rasa sakit,serta tanpa perlu menjalani rawat inap.aman bagi penderita diabetes melitus dan hipertensi.


BAB III

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 3 pasien katarak di klinik smec

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik accidental sampling adalah proses pengambilan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan sampel yang kebetulan ditemui dengan peneliti.

Adapun cara menentukan jumlah sampel pada accidental sampling, yaitu dengan rumus slovin sebagai berikut :

Lokasi dan Waktu Penelitian


3.5.  Pertimbagan Etik

Pada ini dari penelitian demi hanya penelitian hasil sampel. kode peneliti akan merahasiakan kenyamanan memberikan Penulis sebagai ganti mencantumkan nama responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh penulis, hanya penulis yang akan disajikan secara keseluruhan.

Analisa Data

Data pada penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi untuk memperjelas hasil penelitian


 

Makalah Katarak di Klinik

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

1.Aini, A. N., & Santik, Y. P. (2018). Kejadian Katarak Senilis Di RSUD Tugurejo.Higeia Journal of Public Health Research And Development, 2(2), 296- 306.

2.Astari, P. (2018). Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi, CDK-

269, 45(10), 748-753.

3.Anisa, F. A. (2018). Lensa Dan Katarak. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

4.Alshamrani, A. Z. (2018). Cataracts Pathophysiology and Management. The Egyptian Journal of Hospital Medicine, 70(1), 151-154.doi:10.12816/0042978

DAFTAR LAMPIRAN DATA KUESIONER VALIDITAS

 

DAFTAR  LAMPIRAN

 

Lampiran 1  KUSIONER PENELITIAN................................................................... 88

Lampiran 2 DATA KUESIONER VALIDITAS DAN RELIABILITAS LOKASI (X1)............................................................................................................................ 91

Lampiran 3 DATA KUESIONER VALIDITAS DAN RELIABILITAS STORE ATMOSPHERE (X2) ................................................................................................. 92

Lampiran 4 DATA KUESIONER VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y).............................................................................. 93

Lampiran 5 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS LOKASI (X1) .......... 94

Lampiran 6 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS  STORE

ATMOSPHERE (X2) ................................................................................................. 96

Lampiran 7 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEPUTUSAN

PEMBELIAN (Y) ....................................................................................................... 98

Lampiran 8 TABULASI DATA ANGKET JAWABAN RESPONDEN

LOKASI (X1)........................................................................................................... 100

Lampiran 9 TABULASI DATA ANGKET JAWABAN RESPONDEN STORE ATMOSPHERE (X2)................................................................................................ 103

Lampiran 10 TABULASI DATA ANGKET JAWABAN RESPONDEN KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)............................................................................ 106

Lampiran 11 HASIL UJI ASUMSI KLASIK ........................................................... 109

Lampiran 12 HASIL UJI ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA................. 111

Lampiran 13 HASIL UJI HIPOTESIS ..................................................................... 112

Lampiran 14 Titik Persentase Distribusi t d.f. = 1 – 200 .......................................... 113

Lampiran 15 Titik Persentase Distribusi F Probabilita = 0.05................................. 117

Lampiran 16 Permohonan Judul Skripsi.................................................................... 120

Lampiran 17 Izin Mengadakan Observasi ................................................................ 121

Lampiran 18 Nota Tugas........................................................................................... 122

Lampiran 19 Penerbitan Surat Pengantar Penelitian................................................. 123

Lampiran 20 Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian......................................... 124

Lampiran 21 Lampiran  ............................................................................................ 125

Lampiran 22 Surat Keterangan Bebas Plagiasi Sidang Skripsi................................. 126

Daftar Riwayat Hidup................................................................................................ 127

Selasa, 10 September 2024

Makalah Aspirasi Masyarakat Dalam Pendidikan


MAKALAH
ASPIRASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Dosen Pengampu


DISUSUN

O
L
E
H




PRODI PENDIDIKAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 


KATA PENGANTAR
                Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kami kesehatan, kekuatan, sehingga kami dapat menyelesaikan “Tugas Rutin” ini tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun sebagai awal pembelajaran dan supaya menambah spirit dalam mencari pengetahuan yang luas, bukan sebuah kesalahan jika kami mengucapkan kata syukur. Kesalahan yang terdapat didalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan kami kiranya dapat dimaklumi.
Demikian, harapan kami semoga hasil Tugas Rutin kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin.



Penulis




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1     Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
1.2     Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3     Tujuan Makalah..................................................................................................... 2
1.4    Manfaat................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1 Pengertian Aspirasi...................................................................................................... 3
2.2 Fungsi Aspirasi............................................................................................................ 6
2.3 Solusi Melalui Aspirasi................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 9
3.2 Saran.......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang Masalah.
Aspirasi merupakan suatu topik bahasan penting, karena aspirasi berkaitan dengan cita-cita, tujuan, rencana, serta dorongan untuk bertindak dan berkarya. Aspirasi dipengaruhi oleh aspek-aspek sosial yang melengkapi individu, dan dalam beberapa hal dapat membawa pengaruh terhadap aspek-aspek sosial di sekitar individu tersebut (T.O Ihromi,1995:315).
Aspirasi tumbuh ditengah-tengah kehidupan masyarakat, sebab aspirasi berkaitan dengan apa yang melatarbelakangi seseorang untuk mencapai suatu tujuan di dalam hidupnya. Dalam hal ini bahwa aspirasi dapat pula kita maknai sebagai suatu ukuran  bagi individu dalam melakukan apa yang ingin atau tidak ingin dilakukan dalam kehidupannya. R.Linton dalam Abu Ahmadi, (1997:88) mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas- batas tertentu.
Masyarakat yang merupakan sekelompok manusia yang telah lama hidup bersama dalamsatu  kesatuansosial,tentu memiliki harapan dan cita-cita didalam hidupnya, tanpa terkecuali harapan dan cita-cita dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses yang menghantarkan manusia kedalam kesempurnaan hidup dan menjadikan manusia mampu mengembangkan kehidupannya, menjadi salah satu hal yang dibutuhkan masyarakat. Sebagai salah satu jembatan yang menghantarkan manusia kedalam kesempurnaan hidup, pendidikan memiliki peran yang penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia. Indikator upaya pembangunan sumber daya manusia salah satunya yaitu melalui peningkatan partisipasi sekolah masyarakat. Masyarakat sebagai pelaku sosial yang tidak terlepas  dari perubahan zaman, dituntut untuk dapat mengikuti perubahan zaman. Salah  satu hal yang dapat menjadikan masyarakat dapat mengikuti perubahan zaman yaitu intelektual masyarakat.
Intelektual masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan juga merupakan ukuran intelektual masyarakat, sebab semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar kesempatan untuk mengembangkan intelektualnya. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi faktor yang berpengaruh besar terhadap intelektual masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa tingkatpendidikan masyarakat Kabupaten Purbalingga masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentase tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyarakat. Adapun persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan masyarakat Kabupaten Purbalingga, sebagai berikut: Pada tahun 2013 masyarakat yang menamatkan tingkat Sekolah Dasar sebanyak33,58%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 20,55%, tingkat Sekolah Menengah Atas12,36% dan tingkat Pendidikan Tinggi 3,58%. Sedangkan pada tahun 2014 masyarakat yang menamatkan 358 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 4 Vol.VI Tahun 2017 tingkat Sekolah Dasar sebanyak 34,53%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 20,24%, tingkat SekolahMenengah Atas 12,63% dan tingkat Pendidikan Tinggi 3,42%. Kemudian pada tahun 2015 masyarakat yang menamatkan tingkat Sekolah Dasar sebanyak 36,97%, tingkat Sekolah Menengah Pertama 19,10%, tingkat Sekolah Menengah Atas 13,29% dan tingkat Pendidikan Tinggi 3,57%.
Data diatas menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh masyarakat diKabupaten Purbalingga, paling tinggi pada tingkat Sekolah Dasar, yaitu kisaran 30% ke atas. Sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama menduduki posisi kedua, yaitu sebanyak 19-20% ke atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir yang  ditamatkan oleh masyarakat di Kabupaten Purbalingga masih relatif rendah.

1.2  Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian aspirasi ?
2.      Mengapa diperlukan fungsi aspirasi ?
3.      Bagaimana upaya meningkatkan solusi melalui aspirasi ?

1.3  Tujuan Makalah.
1.      Untuk mengetahui pengertian aspirasi.
2.      Untuk lebih memahami apa itu fungsi aspirasi.
3.      Untuk lebih mengetahui solusi yang baik melalui aspirasi.

1.4  Manfaat.
Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang aspirasi masyarakat dalam pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aspirasi.
Aspirasi merupakan suatu topik pembahasan yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat, sebab aspirasi berkaitan dengan pandangan, minat dan harapan/cita-cita masyarakat didalam kehidupannya. Masyarakat sebagai suatu kesatuan yang mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya, tidak terlepas dari proses pendidikan didalam kehidupannya. Berbagai harapan dan cita-cita mengenai pendidikan menjadi suatu aspirasi tersendiri bagi masyarakat.
Adapun contoh aspirasi masyarakat kawasan industry bulu mata sebagai berikut:
1.      Ketetapan hati.
Dalam aspirasi masyarakat bahwa pentingnya  pendidikan  sebagai suatu proses untuk membuka wawasan masyarakat, pola pikir, dan upaya peningkatan intelektual masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011:175) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran, dan jas anak-anak. Dalam aspirasi masyarakat pendidikan merupakan suatu hal yang harus diutamakan didalam kehidupan masyarakat ditengah-tengah kencangnya arus globalisasi. Globalisasi sebagai suatu era digital menuntut masyarakat sebagai pelaku sosial memiliki kecerdasan dalam mengikuti perubahan zaman. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat, yang berdampak pada lahirnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk menghantarkan manusia kedalam kesempatan hidup. Sebagai suatu jembatan transformasi, pendidikan memiliki peran yang besar dalam upaya penyempurnaan manusia.

2.      Minat.
Diminatinya pendidikan keterampilan oleh masyarakat kawasan industri bulu mat dikarenakan masyarakat menyadari bahwa untuk bekal masa depan tidak hanya intelektual saja yang dibutuhkan, melainkan juga keterampilan. Keterampilan sebagai bekal masa depan diharapkan mampu menjadi jembatan bagi masyarakat kawasan industri bulu mata untuk mengembangkan potensi dirinya. Lahirnya minat masyarakat terhadap pendidikan keterampilan, tentu tidak terpelas dari lingkungan sosial masyarakat kawasan industri bulu mata, yang mengedepankan keterampilan didalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999:25) yang menyatakan bahwa minat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, lingkungan sepermainan, bakat dan jenis kelamin. Selain itu bahwa pendidikan keterampilan merupakan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat kawasan industri bulu mata, mengingat tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah.
3.      Cita-cita.
Dipermudahnya akses masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan dengan harapan bahwa hak asasi masyarakat dalam mengenyam pendidikan dapat benar-benar diperoleh. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 11, Ayat 1, yang menyatakan “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”. Harapan masyarakat kepada penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik, terutama dalam akses mengenyam pendidikan, menjadi perhatian tersendiri, ditengah-tengah rendahnya partisipasi sekolah masyarakat kawasan industri bulu mata. Harapan ini tentu ditujukan untuk kemajuan SDM dan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini bahwa masyaraka terharap pendidikan mampu mencetak SDM yang berkualitas, agar mampu mencapai tatanan masyarakat yang bermartabat dan berbudaya.

4.      Intelegensi.
Masyarakat berpendapat bahwa masyarakat harus dapat berpendidikan sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dengan pertimbangan zaman semakin maju, sehingga masyarakat harus mampu mengikuti perubahan zaman dan berlaku sesuai dengan aturan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999:25) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan suatu  hal yang penting dalam suatu kelompok. Tingkat pendidikan menjadi suatu hal yang penting didalam sebuah kelompok, menjadi sebuah tuntutan bagi seorang individu yang merupakan pelaku sosial didalam masyarakat. Pemikiran masyarakat mengenai batas minimal tingkat pendidikan yang harus dienyam masyarakat, tidak  hanya semata-mata karena faktor perubahan zaman yang menuntut intelektualitas masyarakat, melainkan juga karena faktor keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa diketahui sebagian besar masyarakat kawasan industri bulu mata adalah masyarakat dengan kondisi perekonomian yang masih berada di kelas bawah. Kondisi ini yang kemudian juga mempengaruhi pemikiran masyarakat mengenai batas minimal tingkat pendidikan yang harus ditempuh masyarakat. Pemikiran masyarakat yang berpandangan bahwa masyarakat kelas bawah cukup hanya memiliki aspirasi tingkat pendidikan sampai pada jenjang pendidikan menengah karena kondisi perekonomian, merupakan suatu kesadaran magis.
Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 11, Ayat 2, yang berbunyi “pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun”. Pada dasarnya keterbatasan ekonomi bukanlah sebuah penghalang bagi masyarakat kelas bawah untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.


5.      Tujuan.
Masyarakat kawasan industri bulu mata berpendapat bahwa, tujuan dari seseorang berpendidikan ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan guna mencapai masa depan yang lebih baik. Bagi masyarakat kawasan industry bulu mata, pendidikan merupakan jembatan untuk mencapai harapan dan cita-cita seseorang di masa depan. Selain itu tujuan seseorang berpendidikan juga agar masyarakat dapat lebih maju, berbudaya, bermartabat dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU  No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokrastis dan bertanggungjawab”.
Tujuan masyarakat ini merupakan sebuah gambaran bahwa pada dasarnya pendidikan memiliki   peranan yang besar dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang sesuai dengan budaya yang hidup ditengah- tengah masyarakat. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki dua muka, yang pertama sebagai jembatan dalam mencapai masa depan masyarakat dan yang kedua sebagai jembatan dalam upaya pembentukan masyarakat yang berbudaya.

6.      Tradisi Budaya.
Tradisi budaya masyarakat beranggapan bahwa setiap individu pasti mampu mencapai apa yang diinginkan. Untuk dapat mencapai 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender, yang menyatakan bahwa “Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut”.
Adanya kesetaraan gender dalam mengakses pendidikan, merupakan gambaran kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi laki- laki  dan perempuan. Sebab pada dasarnya laki-laki dan perempuan sudah semestinya memiliki hak yang sama di dalam dunia pendidikan. Kesetaraan gender dalam mengakses pendidikan bagi masyarakat sudah semestinya hidup, dikarenakan pendidikan merupakan salah satu jembatan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia.

7.      Kondisi Lingkungan.
Bagi masyarakat kelas bawah yang belum memiliki kesadaran pendidikan, menganggap bahwa bekerja jauh lebih menguntungkan daripada bersekolah. Kondisi ini kemudian menurunkan partisipasi bersekolah masyarakat kawasan industri bulu mata. Dengan pandangan yang   demikian, maka masyarakat yang sebagian besar masih tergolong dalam masyarakat kelas bawah, menjadikan industri bulu mata menjadi jembatan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Menurunnya partisipasi sekolah masyarakat kawasan industri bulu mata,juga merupakan dampak ketidakmauan masyarakat kelas bawah untuk melanjutkan pendidikan sampai kejenjang yang tinggi. Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri, mengingat pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan telah memfasilitasi masyarakat kelas bawah untuk mengakses pendidikan. Ketergantungan masyarakat kepada industry bulu mata yang kemudian menurunkan partisipasi sekolah masyarakat, merupakan gambaran masih terbelenggunya masyarakat dalam kesadaran intransitif. Dalam pandangan Paulo Freire (2002: 129) dalam kesadaran ini masyarakat hanya terikat pada kebutuhan jasmani semata dan tenggelam pada kondisi yang menindas. Menjamurnya industri bulu mata dengan diikuti kondisi perekonomian masyarakat kelas bawah, membentuk pemikiran masyarakat bahwa bekerja lebih utama dibandingkan dengan mengenyam pendidikan. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari kemudahan yang diberikan pihak perusahaan kepada masyarakat untuk bergabung menjadi pelaku kerja di industri bulu mata.

8.      Keterkaitan Tingkat Pendidikan dengan Industri Bulu Mata.
Dalam pandangan masyarakat ada keterkaitan antara rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dengantingginya keterlibatan masyarakat di industri bulu mata.103.920 masyarakat terlibat sebagai pelaku kerja di industri bulu mata. Hal ini tentu tidak terlepas dari kelonggaran kebijakan industri bulu mata yang menerima buruh dengan persyaratan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu bahwa tingginya keterlibatan masyarakat di industri bulu mata, dikarenakan lapangan pekerjaan yang memungkinkan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah yaitu di industri bulu mata. Sehingga industri bulu mata menjadi jembatan bagi masyarakat yang berpendidikan rendah untuk menggantungkan hidupnya.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang kemudian meningkatkan keterserapan masyarakat di industri bulu mata, dapat menjadi dampak yang positif maupun negatif. Dalam hal ini bahwa dengan terserapnya masyarakat yang berpendidikan rendah di industri bulu mata, dapat memberikan perubahan perekonomian keluarga masyarakat kelas bawah. Namun dengan terserapnya masyarakat yang berpendidikan rendah di industry bulu mata, menurunkan semangat bersekolah masyarakat. Sebab masyarakat berpandangan bahwa pendidikan yang tinggi tidaklah perlu, karena hanya dengan pendidikan yang rendah sudah dapat bekerja di industri bulu mata.

2.2 Fungsi Aspirasi.
Fungsi aspirasi adalah  sebagai berikut :
1.      Untuk meraih pendidikan agar kita mendapatkan masa depan yang cemerlang dan dapat membantu masyarakat yang tidak bisa bersekolah lebih lanjut.
2.      Untuk mengasah kemampuan dalam bermasyarakat.
3.      Untuk membuka pemikiran anak-anak yang pengangguran.
4.      Untuk mempelajari rintangan-rintangan apapun yang berhubungan dengan masyarakat.
2.3 Solusi Melalui Aspirasi.
Dalam memberi solusi melalui aspirasi, kita memerlukan upaya meningkatkan dalam Kebijakan Pendidikan. Pembuatan dan pelaksanaan kebijakasanaan haruslah senantiasa berusaha agar kebijaksanaan yang digulirkan melibatkan sebagai mungkin partisispasi masyarakat, terutama dala hal pelaksanaanya. Inilah perlunya upaya dalam solusi melalui aspirasi. Beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam aspirasi :
1.      Menawarkan sanksi atas masyarakat yang tidak mau berpartisipasi. Sanksi demikian dapat berupa hukuman, denda, dan kerugian-kerugian yang harus diderita oleh si pelanggar.
2.      Menawarkan hadiah kepada mereka yang mau berpartisipasi. Hadiah yang demikian berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau derajat partisipasinya.
3.      Melakukan persuasi kepada masyarakat dalam kebijakan yang dilaksanakan, justru akan menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4.      Menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi memalui serangkaian kegiatan.
5.      Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut serta dalam kebijaksanaan, agar masyarakat kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang diimplementasikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dikemukakan oleh Yusufhadi Miarso (2004:709) bertujuan untuk :
1.      Terbentuknya kesadaran masyarakat tentang adanya tanggung jawab bersama dalam pendidikan.
2.      Terselenggaranya kerja sama yang saling menguntungkan (memberikan dan menerima) antara semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan.
3.      Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan seperti dana, fasilitas, dan peraturan-peraturan termasuk perundang-ungangan.
4.      Meningkatkan kinerja sekolah yang berarti pula meningkatnya produktivitas, kesempatan memperoleh pendidikan, keserasian proses pendidikan,keserasian dan hasil pendidikan sesuai dengan kondisi anak didik dan lingkungan, serta komitmen dari para pelaksana pendidikan.
Begitu penting peran serta masyarakat ini, maka UU No.20 Tahun 2003 begitu banyak mengemukakan hal tersebut, yaitu sebagai berikut :
*      Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan, logika, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (Bab III, pasal 4 ayat 6).
*      Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. (Bab IV, pasal 6 ayat 2).
*      Orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikandan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. (Bab IV, pasal 6ayat 7).
*  Masyarakat berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. (Bab IV, pasal 6 ayat 9).
*  Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (Bab XV, pasal 54 ayat 1).
*    Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksanaan, dan penggunaan hasil pendidikan. (Bab XV, pasal 54 ayat 2).
*  Ketentuan peran serta masyarakat sebagai dimaksud poin 6 dan 7 diatur dengan peraturan pemerntah. (Bab XV, pasal 54 ayat 3).
      Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat (Baba xv Bagian II pasal 55 ayat 1-5).


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Aspirasi merupakan suatu topik pembahasan yang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat, sebab aspirasi berkaitan dengan pandangan, minat dan harapan/cita-cita masyarakat didalam kehidupannya.
Fungsi aspirasi adalah  sebagai berikut : Untuk meraih pendidikan agar kita mendapatkan masa depan yang cemerlang dan dapat membantu masyarakat yang tidak bisa bersekolah lebih lanjut, Untuk mengasah kemampuan dalam bermasyarakat, Untuk membuka pemikiran anak-anak yang pengangguran dan lain-lain.
Dalam memberi solusi melalui aspirasi, kita memerlukan upaya meningkatkan dalam Kebijakan Pendidikan. Pembuatan dan pelaksanaan kebijakasanaan haruslah senantiasa berusaha agar kebijaksanaan yang digulirkan melibatkan sebagai mungkin partisispasi masyarakat, terutama dala hal pelaksanaanya. Inilah perlunya upaya dalam solusi melalui aspirasi.

3.2 Saran.
Saran yang dapat disampaikan yaitu: banyaknya masyarakat di kawasan industri masyarakat yang putus sekolah karena penawaran kerja yang tidak mementingkan pendidikan. Akan tetapi pendidikan juga perlu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Untuk itu maka peran pendidikan masyarakat harus mampu mengaspirasi pendidikan di kawasan masyarakat industri.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Siswoyo. (2001). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Hurlock E.B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Alih bahasa: Isti Widayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga (Edisi ke-5).
Paulo Freire. (2002). Politik Pendidikan (Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan). Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pendidikan. Diakses dari http//www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf pada Kamis, 12 Agustus 2016, pukul 15.53 WIB.
Imron, Ali. Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Sam M. Chan dan Tutit. Sam. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Siti Irene Astuti Dwiningrum. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2011.