KEANEKARAGAMAN HEWAN
I.
JUDUL : KEANEKARAGAMAN
HEWAN
II.
TUJUAN :
Mengetahui keanekaragaman fauna tanah pada suatu ekosistem dengan metode fitfalltrap
III.
TINJAUAN TEORITIS
Keanekaragaman
jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi
bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya. Suatu
komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas
tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir
sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika
hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah
(Umar, 2013).
Tanah merupakan
suatu sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat menerima tambahan
bahan dari luar atau kehilangan bahan-bahan yang telah dimiliki tanah. Sebagai
sistem terbuka, tanah merupakan bagian dari ekosistem dimana komponen-komponen
ekosistem tanah, vegetasi dan hewan saling memberi dan menerima bahan-bahan
yang diperlukan. Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari
gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua
lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat
tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah makrofauna
tanah. Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan
sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan melalui akar-akarnya. Tumbuhan menyerap
air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, seng dan mineral esensi lainnya melalui
akar-akar tumbuhan. Dengan semua itu, tumbuhan mengubah karbon dioksida (masuk
melalui stomata daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan
vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung pada
suhu dan air dimana tanah merupakan penentu utama dalam produktivitas bumi( Ningsih, H. 2009 ).
Fauna
tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik hidup pada permukaan tanah
maupun yang terdapat di dalam tanah. Beberapa fauna tanah seperti herbivora, ia
memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari
tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, hewan-hewan
tersebut memberi masukkan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun ada pula
sebagai kehidupan fauna lain. Kelompok hewan tanah sangat banyak dan
beraneka ragam mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, hingga vertebrata. Hewan tanah dapat pula dikelompokkan atas dasar
ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan kegiatan
makannya Berdasarkan ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas
mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20
sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron sampai dengan
1 sentimeter, dan makrofauna lebih dari 1 sentimeter ukurannya (Odum, E.
1993).
Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh
keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang
ada, dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut.
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species
richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam
hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa
komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang
jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan
jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan (Campbell, 2004).
Makrofauna
tanah merupakan kelompok hewan- hewan besar penghuni tanah yang merupakan
bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna
tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas
lingkungan yang baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh
kelompok mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran
makrofauna lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan mati,
pengangkutan materi organik dari permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah
dan proses pembentukan tanah(Henry. 2007).
Makrofauna tanah mempunyai peran
yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaan
dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu
sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan
organik, distribusi hara, peningkatan aeresi tanah dan sebagainnya. Tetapi pada
sisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya.
Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah tergantung pada faktor
lingkungan yang mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator
maupun keadaan lingkungan fisika-kimia. Cacing tanah merupakan fauna
tanah yang bermanfaat karena dapat merubah bahan organik kasar menjadi humus.
Cacing tanah memakan bahan organik segar dipermukaan tanah, masuk sambil
menyeret sisa-sisa tanaman ke liangnya, kemudian mengeluarkan kotorannya di
permukaan tanah. Adanya fauna tanah bahan organik kasar yang ada di dalam tanah
dapat menjadi humus. Fauna tanah dapat memperbaiki tata udara tanah dan
mengubah kesuburan tanah serta struktur tanah (Soegianto,
1988).
IV.
ALAT DAN BAHAN
ALAT
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Cup
popice
|
4
buah
|
2
|
Pinset
|
1
buah
|
3
|
Cangkul
|
1
buah
|
4
|
Botol sampel
|
4 buah
|
5
|
Kertas label
|
secukupnya
|
BAHAN
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Detergen
|
Secukupnya
|
2
|
Air
|
secukupnya
|
V.
PROSEDUR KERJA
No
|
Prosedur Kerja
|
1
|
Membuat
4 lubang dimana dengan jarak 1 m setiap lubang
|
2
|
Mengisi
cup popice dengan air deterjen
|
3
|
Memasukka
cup popice kedalam lubang kemudian ditutupi dengan serasah-serasah
|
4
|
Kemudian
biarkan selama 3 hari
|
5
|
Mengambil
hewan yang terperangkap di dalam cup popice
|
6
|
Kemudian
mengidentifikasi dan menyatat hewan apa yang ditemukan
|
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
|
Jenis Hewan
|
Jumlah Hewan/ sampel
|
Jumlah total
|
Rata-rata
|
pi
|
lnpi
|
Pi.lnpi
|
|||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|||||
1
|
Kecoa
tanah
|
2
|
3
|
1
|
-
|
6
|
1,5
|
0,75
|
-0,28
|
-0,21
|
2
|
Ulat
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
0,25
|
0,125
|
-2,07
|
-0,25
|
3
|
Nyamuk
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
0,25
|
0,125
|
-2,07
|
-0,25
|
Total
|
8
|
2
|
1
|
-4,42
|
-0,71
|
Ø Kecoa tanah
Pi = = = 0,75
Ø Ulat
Pi = = = 0,125
Ø Nyamuk
Pi = = = 0,125
Ø Kecoa tanah
H” =
=
- (-0,21)
= 0,21
Ø Ulat
H” =
=
- (-0,25)
= 0,25
Ø Nyamuk
Ø H” =
=
- (-0,25)
= 0,25
PEMBAHASAN
:
Dari percobaan yang telah dilakukan dan setelah
melalui proses pengamatan dan perhitungan, maka diperoleh hasil Indeks
Keanekaragaman Shanon-Wienner ( H+ ) pada setiap spesies berbeda
dimana spesies laba-laba kecil 0,348 ; siput kecil 0,369 ; semut
hitam 0,345.
Indeks Keanekaragaman
kriteria yang digunakan untuk meninterpretasikan
keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu :
- H’ < 1,5 : keanekaragaman rendah ( pencemaran berat )
- H’ 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang ( pencemaran sedang )
- H’ > 3,5 : keanekaragaman tinggi ( tanpa pencemaran )
Berdasarkan hasil yang diperoleh
bahwa untuk ketiga jenis hewan yang didapat memiliki H+ < 1,5. Hal ini berarti bahwa keanekaragaman hewan pada tempat tersebut
masih rendah atau terjadi pencemaran yang berat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut masih kurang stabil, artinya
lingkungan tempat pengambilan sampel sudah terpengaruh oleh hal-hal yang bisa
membuat populasi serangga di tempat itu berkurang, pencemaran yang terjadi di
sekitar kampus sudah memberi pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang
berada disekitar daerah kampus. Lingkungan tempat pengambilan sampel menjadi
habitat yang tidak cocok untuk serangga-serangga tersebut, sehingga jumlah
spesies serangga yang ada cenderung dalam jumlah yang banyak ada pula
sedikit.
Populasi merupakan kelompok individu
dari spesies yang sama yang secara morfologis dan biokimia relatif sama yang
menempati suatu tempat pada waktu tertentu. Populasi tersebut akan membentuk
suatu komunitas, dimana komunitas adalah suatu kumpulan berbagai macam
organisme (hewan, tumbuhan, dan mikroba) yang hidup bersama dengan saling
berhubungan dan berinteraksi di dalam suatu daerah.
Kelimpahan hewan dinyatakan sebagai jumlah
suatu jenis yang terperangkap pada suatu perangkap disebut kelimpahan absolut.
Sedangkan kelimpahan relatif merupakan proporsi individu suatu jenis dengan
individu total keseluruhan jenis. Keanekaragaman digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi ingkungan suatu ekosistem. Keanekaragaman suatu
komunitas dapat dinyatakan dengan kekayaan spesies ( species richness ) atau
indeks keanekaragaman. Kekayaan spesies dinyatakan sebagai banyaknya spesies
pada suatu komunitas tanpa mempertimbangkan besarnya ukuran populasi pada suatu
spesies.
Kekayaan Jenis (Species Richness)
Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam suatu komunitas yang
dipelajari. Untuk menentukannya perlu dilakukan suatu kajian intensif untuk
dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai jumlah spesies yang ada. Semakin
banyak jenis spesies yang ada di suatu daerah, semakin tinggi tingkat
kekayaannya.
Maguran
(1988) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan
kemerataan Evenness yaitu :
- < 3,5 = kekayaan jenis rendah
- 3,5 – 5 = kekayaan jenis sedang
- > 5 = kekayaan jenis tinggi
Dengan keadaan lingkungan yang
relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya
serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu
saat nanti populasi dari serangga akan berkurang begitu pula dengan
keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran
lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut
serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehingga tingkat kompetisi antara
serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi.
Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hewan
Kelimpahan dan keanekaragaman hewan
di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut yakni faktor udara,
tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak,
dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan
komunitas bersangkutan.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah
yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian
suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah.
Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat
tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam
satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada
keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah.
Temperatur sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial
tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di bawah 10ºC, laju
optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30ºC.
Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperatur sekitar 30ºC. Pada suhu diatas
30ºC lebih banyak unsur K-tertukar dibebaskan pada temperatur rendah.
Pengukuran pH tanah juga sangat di perlukan dalam
melakukan penelitian mengenai makro fauna tanah. Keadaan iklim daerah dan
berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme
yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi
mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap
keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung
di dalam tanah, kadar kelembaban tanah serta kondisi-kondisi serasi.
A.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman diantaranya
faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu
ketinggian, lintang, letak, dan pH.
2. Semakin banyak
jenis spesies yang ada di suatu daerah, maka akan semakin tinggi tingkat
kekayaannya atau indeks keanekaragamannya
3.
Kurangnya kestabilan ekosistem di lingkungan belakang Laboratorium
Matematika mengakibatkan jumlah spesies yang di peroleh pun cukup sedikit.
4.
Keanekaragaman hewan pada tempat yang dilakukan dengan menggunakan metode
fitfall-trap tersebut memiliki H+ < 1,5 yang berarti bahwa keanekaragaman hewan
pada tempat tersebut masih rendah atau terjadi pencemaran yang berat.
5.
Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam suatu komunitas untuk
menentukan perlu dilakukannya suatu kajian intensif untuk dapat memperoleh
informasi yang tepat mengenai jumlah spesies yang ada dalam suatu tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Henry. 2007. Praktek Unggulan Program Pembangunan
Berkelanjutan Untuk Industri Pertambangan.
Department of Industry tourist and Resources. Australi.
Ningsih, H. 2009.
Struktur komunitas pohon pada tipe lahan Yang dominan di desa lubuk beringin, Kabupaten bungo. jambi.
Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM
Soegianto.1988 . Ekologi
Hutan Indonesia. Bandung : IPB
Umar, R. 2009. Penuntun
Praktikum Ekologi Umum. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Medan, 09 November 2016
DOSEN / ASISTEN PRAKTIKAN
( TIM
ASISTEN LABORATORIUM ) )
NIM :
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda