Kamis, 06 Juli 2017

KEANEKARAGAMAN HEWAN



       I.            JUDUL          : KEANEKARAGAMAN HEWAN

    II.            TUJUAN       : Mengetahui keanekaragaman fauna tanah pada suatu ekosistem                               dengan metode fitfalltrap
    III.       TINJAUAN TEORITIS
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah (Umar, 2013).
Tanah merupakan suatu sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat menerima tambahan bahan dari luar atau kehilangan bahan-bahan yang telah dimiliki tanah. Sebagai sistem terbuka, tanah merupakan bagian dari ekosistem dimana komponen-komponen ekosistem tanah, vegetasi dan hewan saling memberi dan menerima bahan-bahan yang diperlukan. Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah makrofauna tanah.  Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan melalui akar-akarnya. Tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, seng dan mineral esensi lainnya melalui akar-akar tumbuhan. Dengan semua itu, tumbuhan mengubah karbon dioksida (masuk melalui stomata daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung pada suhu dan air dimana tanah merupakan penentu utama dalam produktivitas bumi( Ningsih, H. 2009 ).
 Fauna tanah merupakan hewan yang hidup di tanah, baik hidup pada permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Beberapa fauna tanah seperti herbivora, ia memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, hewan-hewan tersebut memberi masukkan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun ada pula sebagai kehidupan fauna lain.  Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beraneka ragam mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga vertebrata. Hewan tanah dapat pula dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan kegiatan makannya Berdasarkan ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron  sampai dengan 1 sentimeter, dan makrofauna lebih dari 1 sentimeter ukurannya (Odum, E. 1993).
      Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa komunutas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan (Campbell, 2004).

Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan- hewan besar penghuni tanah yang merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam dekomposisi bahan organik, makrofauna tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas lingkungan yang baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna lainnya adalah dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan mati, pengangkutan materi organik dari permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah(Henry. 2007).
            Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada ekosistem binaan, keberadaan dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan bagi sistem budidaya. Pada satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aeresi tanah dan sebagainnya. Tetapi pada sisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik berupa sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisika-kimia.  Cacing tanah merupakan fauna tanah yang bermanfaat karena dapat merubah bahan organik kasar menjadi humus. Cacing tanah memakan bahan organik segar dipermukaan tanah, masuk sambil menyeret sisa-sisa tanaman ke liangnya, kemudian mengeluarkan kotorannya di permukaan tanah. Adanya fauna tanah bahan organik kasar yang ada di dalam tanah dapat menjadi humus. Fauna tanah dapat memperbaiki tata udara tanah dan mengubah kesuburan tanah serta struktur tanah (Soegianto, 1988).
 IV.            ALAT  DAN BAHAN

ALAT
No
Nama Alat
Jumlah
1
Cup popice
4 buah
2
Pinset
1 buah
3
Cangkul
1 buah
4
Botol sampel
4 buah
5
Kertas label
secukupnya

BAHAN
No
Nama Bahan
Jumlah
1
Detergen
Secukupnya
2
Air
secukupnya


    V.            PROSEDUR KERJA
No
Prosedur Kerja
1
Membuat 4 lubang dimana dengan jarak 1 m setiap lubang
2
Mengisi cup popice dengan air deterjen
3
Memasukka cup popice kedalam lubang kemudian ditutupi dengan serasah-serasah
4
Kemudian biarkan selama 3 hari
5
Mengambil hewan yang terperangkap di dalam cup popice
6
Kemudian mengidentifikasi dan menyatat hewan apa yang ditemukan




















 VI.            HASIL DAN PEMBAHASAN
No
Jenis Hewan
Jumlah Hewan/ sampel
Jumlah total
Rata-rata
pi
lnpi
Pi.lnpi

1
2
3
4

1
Kecoa tanah
2
3
1
-
6
1,5
0,75
-0,28
-0,21
2
Ulat
1
-
-
-
1
0,25
0,125
-2,07
-0,25
3
Nyamuk
-
-
-
1
1
0,25
0,125
-2,07
-0,25
Total
8
2
1
-4,42
-0,71

Ø  Kecoa tanah
Pi =   =  = 0,75

Ø  Ulat
Pi =   =  = 0,125

Ø  Nyamuk
Pi =   =  = 0,125

Ø  Kecoa tanah
H” =
= - (-0,21)
      = 0,21
Ø  Ulat
H” =
= - (-0,25)
      = 0,25

Ø  Nyamuk
Ø  H” =
= - (-0,25)
      = 0,25

PEMBAHASAN :
Dari percobaan yang telah dilakukan dan setelah melalui proses pengamatan dan  perhitungan, maka diperoleh hasil Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner ( H+ ) pada setiap spesies berbeda dimana spesies laba-laba kecil 0,348 ; siput kecil 0,369 ; semut hitam 0,345.

Indeks Keanekaragaman
kriteria yang digunakan untuk meninterpretasikan keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu :
  • H’ < 1,5    : keanekaragaman rendah ( pencemaran berat )
  • H’ 1,5-3,5 : keanekaragaman sedang ( pencemaran sedang )
  • H’ > 3,5    : keanekaragaman tinggi ( tanpa pencemaran )

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa untuk ketiga jenis hewan yang didapat memiliki H+ < 1,5. Hal ini berarti bahwa keanekaragaman hewan pada tempat tersebut masih rendah atau terjadi pencemaran yang berat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut masih kurang stabil, artinya lingkungan tempat pengambilan sampel sudah terpengaruh oleh hal-hal yang bisa membuat populasi serangga di tempat itu berkurang, pencemaran yang terjadi di sekitar kampus sudah memberi pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar daerah kampus. Lingkungan tempat pengambilan sampel menjadi habitat yang tidak cocok untuk serangga-serangga tersebut, sehingga jumlah spesies  serangga yang ada cenderung dalam jumlah yang banyak ada pula sedikit.

Populasi merupakan kelompok individu dari spesies yang sama yang secara morfologis dan biokimia relatif sama yang menempati suatu tempat pada waktu tertentu. Populasi tersebut akan membentuk suatu komunitas, dimana komunitas adalah suatu kumpulan berbagai macam organisme (hewan, tumbuhan, dan mikroba) yang hidup bersama dengan saling berhubungan dan berinteraksi di dalam suatu daerah.

 Kelimpahan hewan dinyatakan sebagai jumlah suatu jenis yang terperangkap pada suatu perangkap disebut kelimpahan absolut. Sedangkan kelimpahan relatif merupakan proporsi individu suatu jenis dengan individu total keseluruhan jenis. Keanekaragaman digunakan untuk mengidentifikasi kondisi ingkungan suatu ekosistem. Keanekaragaman suatu komunitas dapat dinyatakan dengan kekayaan spesies ( species richness ) atau indeks keanekaragaman. Kekayaan spesies dinyatakan sebagai banyaknya spesies pada suatu komunitas tanpa mempertimbangkan besarnya ukuran populasi pada suatu spesies.

           
                Kekayaan Jenis (Species Richness)
            Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam suatu komunitas yang dipelajari. Untuk menentukannya perlu dilakukan suatu kajian intensif untuk dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai jumlah spesies yang ada. Semakin banyak jenis spesies yang ada di suatu daerah, semakin tinggi tingkat kekayaannya.
            Maguran (1988) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan kemerataan Evenness yaitu :
  • < 3,5     = kekayaan jenis rendah
  •  3,5 – 5  = kekayaan jenis sedang
  • > 5        = kekayaan jenis tinggi
Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan berkurang begitu pula dengan keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya pencemaran lingkungan, aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehingga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi.

Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hewan

Kelimpahan dan keanekaragaman hewan di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut yakni faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas bersangkutan.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah.
Temperatur sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada temperatur di bawah 10ºC, laju optimum aktifitas biota tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30ºC. Nitrifikasi berlangsung optimum pada temperatur sekitar 30ºC. Pada suhu diatas 30ºC lebih banyak unsur K-tertukar dibebaskan pada temperatur rendah.
Pengukuran pH tanah juga sangat di perlukan dalam melakukan penelitian mengenai makro fauna tanah. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban tanah serta kondisi-kondisi serasi.

A.    KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman diantaranya faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH.
2.      Semakin banyak jenis spesies yang ada di suatu daerah, maka akan semakin tinggi tingkat kekayaannya atau indeks keanekaragamannya
3.      Kurangnya kestabilan ekosistem di lingkungan belakang Laboratorium Matematika mengakibatkan jumlah spesies yang di peroleh pun cukup sedikit.
4.      Keanekaragaman hewan pada tempat yang dilakukan dengan menggunakan metode fitfall-trap tersebut memiliki H+ < 1,5 yang berarti bahwa keanekaragaman hewan pada tempat tersebut masih rendah atau terjadi pencemaran yang berat.
5.      Kekayaan jenis menunjukkan jumlah spesies dalam suatu komunitas untuk menentukan perlu dilakukannya suatu kajian intensif untuk dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai jumlah spesies yang ada dalam suatu tempat.






DAFTAR PUSTAKA


Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Henry. 2007. Praktek Unggulan Program Pembangunan Berkelanjutan Untuk Industri      Pertambangan. Department of Industry tourist and Resources. Australi.
Ningsih, H. 2009. Struktur komunitas pohon pada tipe lahan Yang dominan di desa lubuk            beringin, Kabupaten bungo. jambi.
Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM
Soegianto.1988 . Ekologi Hutan Indonesia.  Bandung : IPB
Umar, R. 2009. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar : Universitas Hasanuddin.


                                                                                              Medan, 09 November 2016
                                                              
            DOSEN / ASISTEN                                                   PRAKTIKAN


( TIM ASISTEN LABORATORIUM )                                 )
                                                                                                NIM :

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda