MAKALAH MENGENAI Puskesmas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas sebagai institusi pemberi pelayanan harus mampu merespon tuntutan
yang berkembang agar mampu bersaing dengan institusi pemberi pelayanan yang
lain. Untuk memenangkan persaingan puskesmas harus mampu memberikan kepuasan
kepada pasien, misalnya dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan harganya
lebih murah dari pada pesaingnya (Supranto, 2001).
Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di
pelosok tanah air, untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas
diperkuat dengan Puskesmas pembantu serta puskesmas keliling, kecuali itu untuk
daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan
fasilitas rawat inap. Peningkatan jumlah puskesmas ditandai dengan peningkatan
rasio puskesmas dari 3,46 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,65 per
100.000 penduduk pada tahun 2007 (Depkes RI, 2008).
Keperawatan
sering disebut juga ujung tombak dari pelayanan yang ada di rumah sakit maupun puskesmas
rawat inap sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat selama 24 jam berada
di dekat klien, sehingga perawat memegang peranan yang cukup dominan dalam
rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan atau pasien. Pelayanan keperawatan
bersifat komprehensif, mencakup pelayanan bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual. Dalam kepuasan hal terpenting adalah persepsi pelanggan, bukan
hal-hal yang aktual seperti dipikirkan produsen atau pemberi jasa, sehingga
masyarakat sering menilai baik buruknya pelayanan di instalasi rawat inap
tergantung bagaimana kinerja dari perawat (Nursalam, 2002).
Perawat
sebagai salah satu profesi di rumah sakit yang memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, organisasi tempat para
perawat bekerja senantiasa mengusahakan peningkatan kualitas profesionalisme
mereka. Tugas pokok seorang perawat adalah merawat pasien untuk mempercepat
proses penyembuhan. Perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan tenaga
kesehatan yang paling banyak jumlahnya dan paling banyak berintraksi dengan
klien, pelayanan keperawatan menjadi salah satu tolak ukur pelayanan kesehatan
di rumah sakit, karena perawat yang melaksanakan tugas perawatan terhadap klien
secara langsung (Rudyanto, 2010).
Perawat
mepakan profesi yang difokuskan pada perawatan individu keluarga dan masyarakat
sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang
optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati (Aripuddin, 2014). Salah satu
hal yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam
membantu memenuhi kebutuhan kesehatan, maupun dengan tenaga kesehatan lain
dalam rangka membantu mengatasi masalah klien adalah dengan berkomunikasi.
Dengan berkomunikasi perawat dapat mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan
prosedur tindakan keperawatan (Mundakir, 2013).
Hubungan
saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan
disebut sebagai komunikasi teraupetik perawat yang merupakan komunikasi
profesional. Komunikasi teraupetik ini sendiri memegang peranan penting dalam
membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapi. Karena bertujuan untuk terapi
maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi (Suryani 2005).
Kepuasan
pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian kepuasan
pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan.
Dapat dibuktikan bahwa pasien atau masyarakat mengalami kepuasan terhadap
layanan kesehatan yang diselenggarakan cendrung mematuhi nasihat, setia, atau
taat terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati (Pohan, 2006). Pasien
bisa dikatakan puas jika apa yang ia terima lebih besar dari pada apa yang ia
harapkan ( Cahyono, 2008).
Tingkat kepuasan pasien
tergantung pada mutu pelayanan yang diberikan Puskesmas kepada pasien
(Supranto, 2001). Ada tiga tingkat kepuasan, bila penampilan kurang dari
harapan pasien tidak dipuaskan. Bila penampilan sebanding dengan harapan,
pasien puas. Apabila penampilan melebihi harapan, pasien amat puas atau senang
(Wijono, 2002). Perawat sebagai petugas yang selalu berhubungan dengan pasien
harus memiliki banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan
interpersonal yaitu keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien.
Komunikasi merupakan proses
kompleks yang melibatkan perilaku yang memungkinkan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan dunia sekitarnya (Potter dan Perry, 2005). Perawat yang
memiliki keterampilan berkomunikasi secara teraupetik(menyembuhkan) tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percayadengan klien, mencegah terjadinya
masalah ilegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan
meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit.
Komunikasi dalam keperawatan
disebut dengan komunikasi teraupetik, komunikasi teraupetik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien (Indrawati, 2003) Komunikasi teraupetik merupakan komunikasi yang
mempunyai efek penyembuhan. Karena komunikasi teraupetik merupakan salah satu
cara untuk memmberikan informasi yang akurat dan membina hubungan saling
percaya terhadap klien, sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan yang
diterimanya. Apabila perawat dalam berintraksi dengan klien tidak memperhatikan
sikap dan teknik dalam komunikasi teraupetik dengan benar dan tidak berusaha
untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi
teraupetik, maka hubungan yang baik antara perawat dengan klien pun akan sulit
terbina (Anggraini, 2009).
Komunikasi teraupetik
diterapkan oleh perawat dalam berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa
ssaling percaya, dan apabila tidak diterapkan akan mengganggu hubungan
teraupetik yang berdanpak pada ketidakpuasan pasien. Pasien akan merasa puas
ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan
harapannya (Pohan, 2007)
Komunikasi teraupetik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di
puskesmas, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus-menerus (Kariyo,
1998). Seorang perawat professional selalu berusaha untuk berperilaku
teraupetik, yang berarti bahwa setiap intraksi yang dilakukannya memberikan
danpak teraupetik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.
Tahapan interaksi komunikasi
teraupetik yakni tahap pra interraksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap
terminasi (Stuart & sunden, 1989). Penggunaan komunikasi teraupetik yang
efektif dengan memperhatikan pengetahuan, sikap, dan cara yang digunakan oleh
perawat sangat besar pengaruhnya terhadap usaha mengatasi berbagai massalah
psikologis klien.
Komunikasi teraupetik klien
akan mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama
dipuskesmas maupun di Rumah sakit, sehingga perasaan dan pikiran yang
menimbulkan masalah psikologis klien dapatb teratasi, seperti kecemasan,
ketakutan, Menurut nurjannah (2001), mampu teraupetik berarti seorang perawat
yang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi
yang memfasilitasi penyembuhan klien.
Puskesmas penanggalan Kota
Subulussalam adalah suatu puskesmas yang terletak di daerah yang jauh dari
rumah sakit, dimana pelayanan kesehatannya sangat dibutuhkan khususnya
masyarakat di daerah tersebut maupun daerah sekitar. Data kunjungan pasien di
ruang rawat inap puskesmas penanggalan Kota Subulussalam dalam tiga tahun
terakhir tercatat tahun 2014 jumlah 1065,
APS, APS 104, rujuk 77, Tahun 2015 jumlahnya 1028, APS 108, rujuk 128. Tahun
2016 jumlahnya 614, APS 71, rujuk 99 (Rekam Medik Puskesmas Penanggalan, 2016).
Puskesmas penanggalan Kota
Subulussalam adalah puskesmas yang memiliki ruang rawat inap. Karena letaknya
jauh dari Rumah Sakit rujukan maka Puskesmas Penanggalan ini dilengkapi dengan
ruang rawat inap. Dengan adanya puskesmas rawat inap ini, bertujuan agar
masyarakatnya dapat lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berada di
puskesmas.
Wawancara terhadap 15 orang
pasien yang diwawancarai di puskesmas penanggalan Kota Subulussalam mengenai
kepuasan pasien terhadap komunikasi teraupetik perawat, 7 orang menyatakan puas
terhadap komunikasi teraupetik perawat, 6 orang menyatakan kurang puas dengan
komunikasi teraupetik perawat, dan 2 orang menyatakan tidak puas dengan
komunikasi teraupetik perawat. Pasien mengatakan mereka lebih tenang dan merasa
lebih dekat pada perawat-perawat yang menggunakan komunikasi dengan baik,
bersikap ramah. Pasien yang tidak puas mengatakan ketidakpuasannya disebabkan
oleh masih adanya perawat yang kurang ramah, judes, kurang perhatian, dan tidak
komunikatif.
Berdasarkan masalah yang terjadi diatas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai hubungan Komunikasi Teraupetik Perawat dengan
kepuasan Pasien di Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Hubungan
Komunikasi Teraupetik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulussalam ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan komunikasi
teraupetik perawat dengan kepuasan pasien di Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi
komunikasi teraupetik perawat di puskesmas penanggalan Kota Subulussalam.
b. Mengidentifikasi
kepuasan klien di puskesmas penanggalan Kota Subulussalam.
c. .Mengetahui hubungan komunikasi teraupetik
perawat dengan kepuasan klien di puskesmas
penanggalan Kota Subulussalam.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Peneliti
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi
peneliti dan profesi perawat, dalam memberikan tindakan perawatan kepada pasien
melalui komunikasi teraupetik sesuai dengan standart operasional kepuasan
klien.
1.4.2. Puskesmas
Penanggalan
Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan keperawatan terutama untuk pendidikan kesehatan berupa
komunikasi teraupetik berhubungan dengan kepuasan klien di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulussalam.
1.4.3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai referensi dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
ilmu keperwatan serta mengembangkan wawasan serta sebagai tambahan informasi
dalam komunikasi teraupetik dengan kepuasan klien..
1.4.4. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data tambahan bagi peneliti berikutnya yang terkait dengan komunikasi
teraupetik perawat kepada klien di puskesmas, guna meningkatkan kepuasan klien
dalam menerima perawatan dan pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulussalam.
1 Komentar:
bab selanjutnya dimana ya kak?
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda