AKUNNTANSI MANAJEMEN
Biaya Mutu
(The Cost Of Quality) dan Akuntansi untuk Kehilangan Dalam Proses Produksi
(Accounting For Production Losses)
Biaya Mutu
Menurut Carter & Ursy (2004), Sampai batas
tertentu, biaya mutu seringkali disalah artikan. Biaya mutu tidak hanya terdiri
atas biaya untuk mencapai mutu, tetapi juga biaya yang terjadi karena kurangnya
mutu. Untuk memahami dan mwminimalkan biaya mutu, jenis biaya mutu harus
diidentifikasi dan dibedakan.
Jenis-jenis
Biaya Mutu
Baiaya mutu dapat dikelompokan ke dalam tiga
klasifikasi besar :
1.Biaya Pencegahan atau preventif adalah biaya yang terjadi untuk
mencegah terjadinya kegagalan produk. Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendesain produk dan system
produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara
sistem-sistem tersebut.
2.Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk
mendeteksi kegagalan produk. Terdiri
atas biaya inspeksi dan pengujian bahan baku, inspeksi produk selama dan
setelah proses produksi, serta biaya untuk memperoleh informasi dari pelanggan
mengenai kepuasan mereka atas produk tersebut.
3.Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat
produk gagal; kegagalan
tersebut dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Biaya kegagalan internal
adalah biaya yang terjadi selama proses produksi. Dan
biaya eksternal adalah
biaya yang terjadi setelah produk dijual.
Manajemen
Mutu Total
Untuk dapat bertahan di lingkungan
bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan
harus menyediakan produk bermutu dengan harga yang
wajar. Untuk menghilangkan mutu yang buruk, produsen mengadopsi filosofi
manajemen mutu total.
Manajemen mutu total (total quality management-TQM) adalah pendekatan tingkat perusahaan
atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu di semua proses
dan aktifitas. Karena produk dan proses produksi suatu perusahaan berbeda
dengan perusahaan lain, pendekatan TQM-nya berbeda jauh. Namun,
karakteristik-karakteristik berikut bersifat umum untuk semuanya.
1.Tujuan perusahaan atas semua aktivitas bisnisnya
adalah untuk melayani
pelanggan.
2.Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam
perbaikan mutu.
3.Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan
mutu.
4.Perusahaan memiliki system untuk mengidentifikasi
masalah mutu,
mengembangkan solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan
mutu.
5.Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan
pelatihan terus-
menerus serta pengakuan atas pencapaian.
Mengukur dan
Melaporkan Biaya Mutu
Biaya mutu bagi kebanyakan
perusahaaan cukup tinggi. Mengukur dan melaporkan biaya mutu yang cukup tinggi
akan menarik perhatian manajemen puncak. Pada saat yang sama, biaya itu akan
memberikan insentif besar bagi perbaikan. Pelaporan biaya mutu juga memberikan
arahan dengan mengindikasikan kesempatan-kesempatan untuk perbaikan yang
substansial. Kebanyakan dari biaya kegagalan berbagai macam produk dapat diukur
dan dilaporkan setiap periode. Biaya kegagalan dapat disebabkan karena bagian-bagian
bermutu rendah dari pemasok, mesin yang usang, desain produk yang buruk, atau
factor-faktor lain di luar kendali manajer pusat biaya. Meskipun demikian,
laporan terinci memberikan cara untuk mengindentifikasi masalh mutu yang harus
diperhatikan oleh tim mutu yang terdiri atas karyawan dari area-area yang
terpengaruh.
Akuntansi
untuk Kerugian dalam Proses Produksi (Production Losses) dalam Sistem
Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan
Kerugian produksi di sistem
perhitungan biaya berdasarkan pesanan termasuk biaya bahan baku sisa, biaya
barang cact, dan biaya pengerjaan kembali atas barang cacat. Kebanyakan dari
kerugian ini diakibatkan oleh kurangnya mutu dan sebaiknya dihilangkan jika
memungkinkan. Salah satu cara untuk menarik perhatian pada kebutuhan untuk
mengurangi jenis kegagalan mutu semacam ini adalah dengan menentukan biayanya
dan kemudian melaporkannya kepada manajemen puncak. Biaya yang besar menandakan
kesempatan untuk memperbaiki mutu secara substansial, yang harus diartikan
sebagai kesempatan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Akuntansi
untuk Bahan Baku Sisa (Scrap)
Bahan baku sisa terdiri atas :
1.serbuk atau sisa-sisa yang tertinggal setelah bahan
baku diproses
2.bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun
diretur ke pemasok
3.bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan karyawan
atau kegagalan mesin
Jumlah yang diakumulasikan di penjualan bahan baku
sisa dapat ditutup bke ikhtisar Laba Rugi dan ditampilkan di Laporan Laba Rugi
sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan Lain-lain.
Akuntansi untuk penjualan tersebut adalah:
Kas (atau Piutang Usaha) Rp. 60
Penjualan
Bahan Baku Sisa (atau Pendapatan Lain-lain)
Rp. 60
Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Harga
Pokok Penjualan,
sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke
Pendapatan Penjualan untuk periode
tersebut. Ayat jurnalnya adalah :
Kas (atau Piutang Usaha) Rp. 700
Harga Pokok
Penjualan Rp.700
Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke
Pengendali Overhead Pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead untuk periode
tersebut. Ayat jurnalnya adalah :
Kas (atau Piutang Usaha) Rp. 700
Pengendali
Overhead Pabrik Rp. 700
Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke
pesanan individual, jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa
dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke
pesanan tersebut. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan
nilai bahan baku sisa, ayat jurnalnya adalah :
Kas (atau Piutang Usaha) Rp. 700
Barang
dalam Proses Rp. 700
Akuntansi
untuk Biaya Barang Cacat (Spoiled Goods)
Barang cacat tidak dapat dibetulkan,
baik karena secara teknis tidak mungkin atau karena tidak ekonomis untuk
membetulkannya. Produk plastik yang dibuat daricetakan yang penyok atau
tergores, atau dicetak dengan warna yang salah, tidak dapat dibetulkan. Di sisi
lain, produk yang permukaannya dicat tetapi terdapat gelembung, masih dapat
diperbaiki dengan mengamplas dan mencatnya kembali. Pengamplasan dan pengecatan
kembali tidak akan ekonomis apabila selisih antara pendapatan yang dapat
diperoleh daripenjualan produk tersebut dengan harga normal dengan harga
penjualan produk tersebut dengan harga diskon karena cacat, lebih kecil dari
tambahan biaya untuk melakukan pengamplasan dan pengecatan kembali. Barang
cacat dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan atau karena kegagalan internal.
Perlakuan akuntansi untuk barang cacat bergantung pada jenis penyebabnya.
-
Barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan
Jika barang cacat terjadi karena tindakan tertentu
yang dilakukan oleh pelanggan, maka hal tersebut tidak boleh dianggap sebagai
biaya mutu. Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Plastico Inc.
memproduksi
1.000 kursi plastik dengan desain khusus untuk Pizza
King Inc.berdasarkan pesanan No. 876. Setelah 100 kursi diproduksi, pelanggan
mengubah spesifikasi desain, 100 kursi ini tidak dapat digunakan oleh pelanggan
dan tidak dapat diperbaiki sehingga tidak dapat diterima oleh pelanggan.
Meskipun demikian, Plastico dapat menjual 100 kursi ini sebagai barang bekas
dengan harga $10 per unit atau totalnya $1.000. Tambahan 100
kursi diproduksi untuk memenuhi pesanan pelanggan,
sehingga totalnya sebesar 1.100 kursi. Total biaya yang dibebankan ke Pesanan
No. 876 adalah:
Bahan baku $22.000
Tenaga kerja 5.500
Overhead pabrik 11.000
Total biaya pesanan 38.500
Ayat jurnal untuk mencatat
penyelesaian pesanan tersebut dan pengiriman ke pelanggan adalah sebagai berikut:
Persediaan Barang Cacat 1.000
Harga Pokok Penjualan 37.500
Barang dalam Proses 38.500
Plastico biasanya menjual hasil
produksinya dengan harga 150% dari biaya. Oleh karena itu, Pesanan No. 876
ditagihkan ke Pizza King Inc. sebesar $56.250.
Ayat jurnal untuk mencatat penagihan Pesanan No.876 adalah :
Piutang Usaha (atau kas) 56.250
Penjualan 56.250
Saat barang cacat kemudian dijual,
ayat jurnalnya adalah :
Kas (atau Piutang Usaha) 1.000
Persediaan Barang Cacat 1.000
-
Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal
Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal
sperti kecerobohan karyawan atau usangnya mesin, biaya yang tidak tertutup dari
penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke Pengendali Overhead Pabrik dan
dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Apabila barang cacat dapat
diprediksi tetapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang telah ditentukan
sebelumnya harus disesuaikan dengan memasukan biaya
barang cacat ke dalam overhead total. Untuk
mengilustrasikan perlakuan akuntansi saat barang cacat terjadi akibat kegagalan
internal, asumsikan fakta yang sama dari ilustrasi Plastico sebelumnya, kecuali
bahwa 100 unit kursi cacat yang disebabkan adanya cacat di cetakan plastik.
Dalam kasus
ini biaya produksi setiap kursi adalah $35. oleh
karena itu,total biayabarang cacat adalah sebesar $3.500. Karena kursi rusak
dapat dijual seharga $1.000, biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang
cacat adalah sebesar $2.500 ($35 per unit-$10 nilai sisa x 100
kursi). Biaya dari 1.000 kursi bagus yang dikirimkan
ke Pizza King adalah $35.000, dan harga jual untuk pesanan tersebut adalah
$52.000 ($35.000 biaya pesanan x 150%).
Ayat jurnal untuk mencatat penyelesaian dan pengiriman
pesanan adalah :
Persediaan Barang Cacat 1.000
Pengendali Overhead Pabrik 2.500
Harga Pokok Penjualan 35.000
Barang dalam Proses 8.500
Piutang Usaha
52.500
Penjualan 52.500
Akuntansi
untuk Biaya Pengerjaan Kembali (Rework)
Rework adalah proses untuk
membetulkan barang cacat. Seperti barang cacat, pengerjaan kembali dapat disebabkan tindakan pelanggan
atau kegagalan internal. Perlakuan akuntansinya bergantung pada jenis
penyebabnya. Pengerjaan kembali yang disebabkan oleh pelanggan.
Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Heavy Load
Fabricators Inc.
memproduksi 200 trailer dengan desain khusus
berdasarkan Pesanan No. 901 untuk memenuhi
permintaan desain pelanggan, Haul It Rentals Corp. Biaya yang dibebankan
ke Pesanan No. 901 adalah :
Bahan Baku $100.000
Tenaga Kerja ($10 per jam x 2.000 jam) 20.000
Overhead dibebankan ($40 per jam tenaga kerja
langsung) 80.000
Total Biaya yang dibebankan ke pesanan No. 901 $200.000
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda