Sabtu, 08 Juli 2017

MAKALAH SEJARAH PEMUKIMAN




BAB I
PENDAHULUAN


          A. Latar Belakang

 Sejarah pertumbuhan pemukiman banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan keadaan alam sekitar. Perkembangan pemukiman di kota akan lebih mudah dimengerti dengan menguraikan terlebih dahulu perkembangan perkotaan di Indonesia sebagai dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Lain halnya dengan pertumbuhan pemukiman di desa ataupun di pedalaman yang terpencil, perkembngan pemukiman di daerah tersebut sangat sulit di mengerti dan tidak pesat perkembangannya, atau bisa dikatakan stagnan dan tidak berubah karena faktor faktor yg mendukung pertumbuhan pemukiman tidak menunjang di daerah tersebut.
     Untuk itu lah seseorang perlu mempelajari sejarah sejarah pertumbuhan pemukiman baik di desa maupun di kota dari masa ke masa untuk perlu kita ketahui.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana sejarah perkembangn  pemukiman di dunia ?
2.Bagaimana pemukiman sebelum masuknya pengaruh eropa?
3.bagaimana pemukiman pada masa pemerintahan hindia timur sampai berdaulat?
4.bagaimana pemukiman setelah masuknya pengaruh eropa?
5. bagaimana kondisi fisik wilayah geografis Indonesia dengan aktivitas penduduknya?
6. apa hubungan kondisi fisik dengan aktivitas ekonomi penduduk?

C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini yaitu Untuk menyelesaikan tugas makalah kajian ekosistem mengenai sejarah pemukiman.



BAB II
PEMBAHASAN
           
 A. Sejarah Perkembangan Pemukiman Di Dunia

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perkehidupan dan penghidupan.
Permukiman adalah satuan kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
A. Masa Prasejarah
Sejarah pemukiman dimulai dari elemen inti yang paling kecil yaitu rumah. Pada masa prasejarah rumah merupakan :
1. tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya (binatang, manusia, alam dan cuaca).
2. tempat menetap sementara dan selalu berpindah pindah (nomaden) berdasarkan migarsi hewan 3. buruan dan panen bahan makanan (manusia mengumpulkan bahan makanan dari alam.
4. bentuk hunian masih berupa goad dan pohon.
5. perkembangan selanjutnya manusia mulai membuat hunian sendiri dengan memanfaatkan kulit hewan dan kayu yang diberi rangka yang mudah dibongkar pasang.
6.selain itu rumah dibuat dengan menggali tanah dan atap dari kulit hewan.
7. pola hidup dari pengumpul bahan makanan berkembang menjadi petani dan peternak.

B. Masa Yunani Dan Romawi
Pada masa yunani, rumah tetap  menghadap ke dalam, tetapi bagian dalam tersebut dimodifikasi dengan penambahan kolom kolom yang mengelilingi taman dan adanya altar sebagai tempat pemujaan. Terdapat pemisahan antara ruang public untuk pria dan wanita (masa itu wanita dianggap sebagai warga Negara kelas dua).
Pada masa romawi, rumah tetap diorientasikan ke dalam dengan penambahan jendela yang lebih banyak dan dibuat lebih rumit. Pintu masuk dibuat lebih menonjol dengan penambahan hiasan. Bangsa romawi mengenal rumah bertingkat untuk memenuhi pertumbuhan penghuninya.

C.    Masa Abad Pertengahan (Medieval)
 Pada masa medieval, perdagangan hasil pertanian menciptakan kota kota kecil yang memiliki banteng.  Bentuk baru dari rumah adalah berbentuk 2 lantai dimana lantai 1 merupakan tempat untuk usaha dan di lantai atasnya untuk tempat tinggal. Orientasi rumah menghadap ke jalan, bukan lagi ke bagian dalam. Pertumbuhan kota membuat masyarakat membangun rumah yang saling berdempetan. Rumah sangat bergantung pada cahaya dan sirkulasi udara dari muka dan dari belakang rumah. Pada akhir masa pertengahan (abad 19) tercipta prototype rumah yang dipakai oleh keluarga tunggal yaitu rumah deret.

D.    Masa Renaissance
 Kaum bangsawan mulai membuat rumah dengan satu fungsi yang menjadi karakter rumah di masa modern, dengan terpisahnya tempat kerja dengan rumah. Tampilan rumah pada masa itu adalah jendela kaca yang besar dan pemakaian fasade yang seragam berbentuk hiasan garis garis lurus, jendela dan pintu.

E.     Masa Industrialisasi
1.  Ekonomi berdasarkan manufaktur dan pergerakan yang dinamis.
2. Pemisahan rumah dan tempat kerja merata pada semua lapisan masyarakat.
3. Pertumbuhan daerah bisnis di tengah kota mebuat daerah perumahan tergeser ke arah luar kota, sehingga menyebabkan terjadinya variasi tempat tinggal.
4. Perkembangan teknologi membawa pengaruh pesat pada bentuk dan lokasi rumah.

F.     Masa Modern
  Perumahan di masa modern merupakan produk dari perkembangan pemukiman pada masa sebelumnya. Adanya keseragaman bentuk rumah (rumah bermassa tunggal, rumah deret, apartemen). Adanya beberapa orientasi baik ke jalan maupun ke taman dalam.  Fungsi rumah bervariasi baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

B. Pemukiman Sebelum Masuknya Pengaruh Eropa.

Kota kota di Indonesia tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh kebudayaan hindu bhudda,  di susul kemudian oleh kebudayaan islam. Kota kota tersebut umumnya merupakan pusat pusat kerajaan dan perdagangan. Kebanyakan pola tata ruang kota kota di kerajaan di jawa mengikuti suatu pola dasar dengan memperhatikan empat arah mata angin yaitu utara, selatan, barat, timur dan tengah dengan suatu anggapan bahwa suatu kota merupakan sebuah organisme yang hidup seperti manusia.
Konsep tata ruang kota yang berada dibawah pengaruh kebudayaan hindhu masih dapat dilihat pada pola pola perkampungan dan kota kota di bali.

C. Pemukiman Setelah Masuknya Pengaruh Eropa.
            Kota kota dan pemukiman setelah masuknya pengaruh eropa dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu
1. Kota Pantai
Merupakan pusat utama kegitan masyarakat kota tersebut, semisal kegiatan perdagangan, penyebaran agama dan kebudayaan serta tempat berkumpul dan bertemunya berbagai suku bangsa dari berbagai neagara.
2. Kota pedalaman
Merupakan pusat pemerintahan kerajaan dan pengembangan tradisi serta banyak di tunjang oleh pusat pusat hasil pertanian daerah.
    
D. Pemukiman Pada Masa Pemerintahan Hindia Timur S/D Berdaulat

Pada awal perang kemerdekaan, setelah jepang dikatakan kalah oleh sekutu pada tahun 1945, banyak kota kota besar yang dibakar dan ditinggalkan oleh penduduknya mengunsi ke kota kota kecil. Pembangunan pada awal pengakuan kedaulatan tidak banyak dilakukan.
Untuk merehabilitasi  kerusakan kerusakan yang terjadi akibat perang, Belanda mengeluarkan Stads Vormings Ordonansi pada tahun 1948 dan Stads Vormings Verorderning sebagai peraturan pelaksanaannya. Belanda mulai mempersiapakan pembangunan kota baru di kebayoran sebelah selatan Jakarta, untuk tempat tinggal para pegawai dan menampung pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat dibangun karena adanya penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Pembangunan kota ini baru dilakukan pemerintah Indonesia pada awal tahun lima puluhan.

E.    Pemukiman Pada Masa Kemerdekaan

1. Terjadinya pemberontakan di beberapa daerah di Jawa, Sulawesi,      Sumatra dan Maluku 
2. Perumahan yang teratur dibangun oleh Pemerintah bagi para pegawai negeri yang terus bertambah atau oleh perusahaan perusahaan besar untuk karyawannya.
3. Penduduk asli kota yang memiliki tanah yang luas membangun rumah rumah petak kontrakan untuk pendatang baru.
4. Selain kebayoran baru, banyak lagi kota kota baru lainnya yang dibangun, baik dari lokasi maupun dari perluasan kota kecil yang sudah ada sebelumnya.
5. Pada awal tahun 1970an pihak swasta mulai membangun perumahan yang direncanakan dengan baik , namun baru terbatas kepada bangunan bangunan mewah (PONDOK INDAH).
6. Rumah susun sebagai solusi kebutuhan perumahan daerah perkotaan yang lahannya terbatas jumlahnya masih sedikit (semula dibangun pemerintah untuk pegawai), awal 1980an baru muncul rusun sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
7. Rusun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan tinggi dibangun oleh swasta di awal tahun 1990 an.
F. kondisi fisik wilayah geografis Indonesia dengan aktivitas penduduknya
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan, maupun dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan aktifitas dengan manusianya. Masi ingatkah kalian pada kondisi social suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Satu ciri utama kajian geografis adalah mengakaji saling hubungan antara unsur fisik dan unsure social di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tergantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada kegiatan manusia untuk megelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya. Hal iini merupakan jenis aktifitas ekonomi penduduk dalam mengolah alam sebagai hasil daripada geografi.
Berikut adalah bentuk – bentuk muka bumi sebagai akjian daripada geografi:
1. Bentuk-Bentuk Dataran
Ternyata di Indonesia ini memiliki bentang alam atau bentuk permukaan bumi yang ada di daratan berbeda-beda. Ada yang disebut dataran tinggi, ada yang disebut dataran rendah, dan ada yang disebut pantai.
Dataran yang dikenal di Indonesia antara lain :
Dataran tinggi: Bandung, Sukabumi, Gya dan Alas.
Dataran rendah : Karawang, Sidoarjo.
Dataran pantai : Pantai utara pulau jawa, Pantai timur sumatera, Kalimantan Barat.
a. Wilayah dataran tinggi
Dataran tinggi adalah bentuk muka bumi yang relatif datar yang letaknya di daerah yang tinggi yaitu memiliki ketinggian antara 700-800 meter di atas permukaan laut
b. Wilayah pegunungan
Pegunungan merupakan deretan atau rangkaian gunung yang tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Pegunungan memiliki ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
c. Wilayah dataran rendah
Dataran rendah adalah bentuk permukaan bumi yang relative datar dan letaknya di daerah yang rendah memiliki ketinggian dari 600 m di atas permukaan laut.
d. Wilayah dataran pantai
Dataran pantai adalah daerah yang letaknya ditepi laut di mana sejauh air pasang masih bisa mencapai daratan.

G. Hubungan Kondisi Fisik Dengan Aktifitas Ekonomi Penduduk
Ternyata lingkungan fisik tempat hidup manusia di permukaan bumi berbeda-beda. Ada wilayah yang bergunung dan berbukit, tanahnya kurang subur, iklimnya tidak nyaman. Kondisi yang demikian akan menyulitkan penduduknya, baik dibidang ekonomi, maupun transportasi. Sebaliknya ada pula wilayah permukaan bumi yang tropografinya landai, iklimnya nyaman, curah hujannya cukup, tanahnya subur. Bagi daerah yang subur tropografinya landai cukup sumber air iklimnya nyaman, menjadi pusat akumulasi penduduk untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktifitas ekonomi penduduk dalam memenuhi hidupnya cenderung dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, walaupun tidak sepenuhnya mutlak. Kosentrasi penduduk cenderung terjadi pada daerah-daerah yang topografi datar, tanahnya subur, dekat sumber air dan iklimya sejuk. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia maupun mengurangi pengaruh lingkungan alamnya, karena ada faktor-faktor endogen dalam diri manusia yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai kesulitan. Hubungan aktifitas penduduk yang berkaitan dengan kondisi fisik dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Aktivitas Ekonomi penduduk di wilayah dataran tinggi
Aktifitas penduduk karena daerah ini beriklim sejuk. Di dataran tinggi kegiatan ekonomi penduduk cenderung dibidang pertanian lahan kering. Ladang pertanian yang dibudidayakan adalah hortikultura antara lain, sayur-sayuran, buah-buahan dan taman hias.
Gambar pertanian di dataran tinggi:
2. Aktivitas Ekonomi penduduk di wilayah pegunungan
Disamping dimafaakan sebagai areal hutan, wilayah pegunungan banyak dibudidayakan perkebunan, seperti kina, karet dan the. Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan sebagian ada yang bekerja sebagai buruh perkebunan.
3. Aktivitas Ekonomi penduduk di wilayah dataran rendah
Dataran rendah merupakan dataran tempat untuk kosentrasiPenduduk, karena itu daerah dataran redah sangat cocok untuk pemukiman penduduk dengan pola kosentris. Aktivitas penduduk terdiri atas berbagai jenis, mulai dari pertanian, perikanan, tambak.
Dibidang pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dikembangkan karena tersedianya air yang cukup, di samping iklimnya yang menunjang untuk pertumbuhan tanaman dataran rendah. Disamping itu bidang industri dan jasa di dataran rendah dapat berkembang secara optimal, hal ini bisa terjadi karena ditunjang oleh sarana dan prasarana berupa transportasi jalan raya dan jalan kereta api, pusat pertokoan dan perdagangan serta pendidikan.
gambar disamping adalah gambar
aktifias ekonomi dataran rendah
4. Aktivitas Ekonomi penduduk wilayah pantai
Penduduk yang bertempat tinggal di pantai tidak selalu bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini tergantung pada kondisi pantainya curam dan terjal tetentu saja akan mencari jalan lain, misalnya sebagi petani, atau pencari sarang burung walet seperti misalnya di pantai Karangbolog Gombong. Karena pada pantai yang tebingnya terjal menyulitkan dipakaii sebagai pelabuhan ikan.
Tetapi jika pantainya landai justru mata pencahariannya sebagai nelayang penangkap ikan, karena pantai yang landai, gelombang laut tidak terlalu besar, baik dijadikan dermaga tempat berlabuhnya kapal-kapal motor para nelayan.
3. Hubungan Kondisi Geografis Dengan Transportasi
Kegiatan transportasi memiliki hubungan erat dengan kondisi fisik suatu daerah dan kegiatan ekonomi suatu daerah. Pada daerah dataran tinggi ongkos transportasi relatif mahal karena medan yang berbukit, tanjakkan, dan banyak berbelok-belok, berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar. Tidak jarang pada daerah berbukit dan bergunug seperti di Irian Jaya transportasi untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lain tidak lewat daratan, tetapi lebih banyak menggunakan pesawat terbang. Berbeda dengan di dataran rendah, sarana jalan yang datar dan tidak ada tanjakan, ongkos transportasi relative murah, dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi penduduk.
Indonesia memilki wilayah yang beragam yang terdiri dari berbagai pulau yang menjadi kendala yang perlu disikapi dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana transportasinya. Jenis sarana transportasi yang ada di Indonesia masih ada yang bersifat dominan dan berbeda-beda.
a. Di Pulau Jawa
Sarana transportasi sungai di Jawa dewasa ini sudah tidak banyak digunakan karena, sungai di Jawa relative pendek-pendek. Disamping itu di Jawa sudah dikembangkan transportasi darat, karena prasarana angkutan sudah maju disbanding pulau-pulau lain, seperti jalan raya, jalan tol, jalan kereta api. Demikian pula sarana transportasi udara di pulau Jawa sudah berkembang sebagai alternative dari transportasi darat.
b. Di Pulau Sumatera
Di wilayah timur Sumatera yang berawa-rawa dan memiliki banyak sungai-sungai panjang dikembangkan alat angkutan air berupa perahu dan sampan. Untuk transportasi antar pulau-pulau kecil digunakan speedboad dan jel foil. Jadi alat transportasi yang dominan adalah angkutang sungai. Tetapi kebanyakan daerah sumatera adalah daratan sehingga semua jenis transportasi ada di Sumatera.
Gambar di atas merupakan salah satu dari jenis transportasi yang ada di pulau Sumatera selain traonsportasi darat dan udara.
c. Di Pulau Kalimantan
Kondisi geografis di pulau Kalimantan memilki banyak sungai-sungai besar dan panjang-panjang. Pembangunan jalan raya antar propinsi belum berkembang. Oleh karena itu sesuai dengan kondisi fisiknya maka prasarana transportasi yang berkembang di sana adalah sungai, alat transportasi yang dominan perahu dan sampan.
d. Di Sulawesi, Maluku dan Papua
Transportasi yang dikembangkan di Sulawesi sesuai kondisi fisiknya demikian juga yang ada di Maluku dan Papua. Dominan menggunakan pelayaran pantai dan feri.
Aktivitas transportasi merupakan salah satu dari aktifitas ekonomi yang harus memperhatikan kondisi fisik suatui wilayah dan transportasi menjadi sumber pembangunan suatu daerah, karena dengan adanya transportasi maka akan terjadi aktivitas ekonomi yang bagus. Manusia dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tidak bisa dilepaskan dari jasa transportasi untuk pengangkutan barang dan orang. Disamping itu, karena pengetahuan dan keterampilan manusia tidak selalu sama pada tiap daerah, maka diperlukan transportasi untuk memindahkan seseorang dari satu tempat ke tempat yang kain dalam rangka transfer of knowledge.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Jadi kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa sejarah pertumbuhan pemukiman sangat penting untuk kita ketahui, karena di dalamnya kita dapat mengetahui dan mendapat informasi tentang pemukiman pemukiman baik di desa maupun di kota pada zaman dahulu hingga zaman serba canggih seperti sekarang.

Saran

Penulis menyarankan agar pembaca bisa memahami isi makalah dan dengan membaca makalah ini pembaca bisa mengetahui apa manfaat mempelajari sejarah tentang pemukiman.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda