Selasa, 04 Juli 2017

PSIKOLOGI KUANTITATIF



BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG MASALAH
          Banyak kasus mengenai ribuan anak diindonesia yang mengalami  putus sekolah karena tidak adanya motivasi belajar dalam diri anak. Motivasi belajar yang tidak dimiliki oleh anak membuatnya malas untuk berangkat kesekolah, dan pada akhirnya sianak mengalami putus sekolah. Selain itu rendahnya motivasi belajar anak juga membuat sianak memiliki semangat belajar yang rendah sehingga hasil belajar yang ditunjukan oleh sianak tidak maksimal. (1071ya.blogspot.co.id/2011/04/3-fenomena-pendidikan-di-indonesia.html?m=1).
          Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada sebuah Tk, terlihat bahwa beberapa anak Tk diindikasikan memiliki motivasi belajar yang rendah, dimana anak menunjukkan ciri-ciri motivasi belajar yang rendah seperti anak bersikap acuh terhadap guru, selalu menyendiri, dan tidak memiliki disiplin diri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Brown (1981) yang menyatakan bahwa cirri-ciri anak yang memiliki motivasi belajar rendah adalah: 1)tidak tertarik kepada guru, 2) tidak tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, 3) tidak ingin bergabung dengan kelompok kelas, 4) tidak ingin identitasnya diakui oleh orang lain, 5) tidak mampu mengontrol kebiasaan dan moralnya.
          Berdasarkan fenomena diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu hal penting dalam peroses belajar anak. Motivasi belajar merupakan suatu  peroses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensiatas, konsistensi, serta arahan umum dari tingkah laku manusia yang merupakan konsep yang rumit, menurut Slameto (dalam Scubania dkk, 2014). Sedangkan menurut Makmun (dalam Scubania dkk,  2014) motivasi belajar adalah suatu kekuatan (power), atau tenaga (forces), atau daya (energi). Atau suatu keadaan yang kompleks ( acomplex state ), dan kesiapsedian (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak ( to move, motion, motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tudak disadari.
          Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, menurut Purwanto (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: 1) faktor internal, meliputi faktor jasmaniah, seperti : kesehatan dan cacat tubuh. psikologis,seperti: intelegensi, dan minat. 2) faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah. Faktor sekolah seperti: metode mengajar dan kurikulum, relasi guru dan siswa, dll. Faktor masyarakat seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, dan teman bergaul.
          Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah media massa yang merupakan faktor ekternal dalam motivasi belajar. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada penerima dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan tv, menurut Cangara (2002)
          Film merupakan salah satu media massa, menurut Cangara (2002), sehingga film merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat tertentu (Effendy, 1986). Pada penelitian ini film yang dijadikan variabel dalam mempengaruhi motivasi belajar anak adalah film Upin Ipin.
Film upin ipin adalah film yang dikembangkan oleh orang malaysia yang bahasanya menggunakan bahasa melayu. Memang dulunya merupakan satu rumpun dengan Bahasa Indonesia, namun kini Bahasa Melayu berbeda dengan Bahsa Indonesia karena ketidak bakuannya dan intonasi dalam pelafalannya.Keunikan dalam Bahasa pengantar upin ipin inilah yang menjadikan daya tarik bagi anak-anak untuk menontonnya.
Anak-anak hampir setiap hari menonton film kartun upin ipin, Dengan bahasanya yang unik menjadikan film upin ipin di gemari oleh anak-anak.Saat ini hampir semua anak sering atau bahkan tidak mau melewatkan film kartun upin ipin.Tingkat keseringan menonton upin ipin yang timbul dalam diri anak-anak, menjadikan mereka ikut menirukan kegiatan sehari-hari upin ipin dalam keseharian mereka.
Masa anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan yang ekstra. Pada penelitian ini usia anak-anak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah usia 5-6 tahun. Dimana pada masa anak-anak ini menurut Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menekankan bahwa anak-anak  secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Dalam teori Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menyatakan bahwa anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial. Perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan, dan pemikiran mereka dibentuk oleh konteks cultural dimana mereka tinggal.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Vygotsky’s bahwa perkembangan kognitif dan pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan dan konteks cultural mereka. Sehingga pada penelitian ini, motivasi belajar anak yang merupakan dorongan yang berasal dari pemikiran mereka dipengaruhi oleh film Upin Ipin sebagai perangkat yang disediakan oleh lingkungan mereka. Dimana pada saat anak menonton film upin ipin yang menayangkan adegan dimana saat Upin Ipin sedang melakukan aktivitas belajar dengan teman-temannya didalam lingkungan sekolah, membuat sianak membangun pikirannya dalam hal kegiatan sekolah, sehingga sianak memiliki dorongan dalam dirinya untuk berangkat kesekolah dan melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiranti (2015) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan film animasi terhadap motivasi belajar anak kelompok TK B.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dalam judul “ PENGARUH FILM KARTUN UPIN IPIN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK”

B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh film kartun upin & ipin terhadap motivasi belajar anak?

C.   TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh film kartun upin & ipin terhadap motivasi belajar anak .

D.   MANFAAT PENELITIAN
1.     Manfaat Teoritis
     Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan atau perkembangan ilmu dalam psikologi, psikologi perkembangan dan psikologi sosial
2.     Manfaat Praktis
     Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan tontonan anak sebagaimana dapat mempengaruhi motivasi belajar anak secara positif.

E.   SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I                        Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latarbelakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II                 Landasan Teori
                             Pada bab ini akan membahas tentang teori motivasi belajar,       pengaruh film kartun upin & ipin, dan hipotesis penelitian.


BAB III                Metode Penelitian
     Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunkan. Disini akan dijabarkan mengeni definisi operasional penelitian, variabel penelitian, subjek peneltian, metode pengumpulan data dan instrument alat ukur yang digunakan.

BAB IV                Analisa Data dan Pembahasan
                             Pada bab ini akan dijelasakan mengenai gambaran umum           subjek penelitian, uji hipotesis, dan hasil tambahan (t-test).

BAB V                 Penutup
     Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang bersifat praktis maupun metodologis yang berhubungan dengan penelitian ini.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Motivasi Belajar
1.     Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar, lemahkanya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu akan menjadi rendah.
Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu, bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dam betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa harus untuk menuntut ilmu.
Selain itu, bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu, bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri, sehingga semangat siswa untuk menuntut ilmu sangat tinggi dan hal ini akan sangat memudahkan proses belajar.
Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah, 2008: 148) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.Perubahan energi dalam diri seseorang itu dapat berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.Oleh karena seseorang mempunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan.
Woodworth dan Marques (Sunarto, 2008), mendefinisikan motivasi sebagai satu set motif atau kesiapan yang menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Chung dan Meggison (Suhaimin), yang mendefinisikan motivasi sebagai prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan.
Menurut  Dalyono (2009: 57), motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Sumiati (2007: 236), mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku.Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan.Sehingga motivasi dapat memberikan semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia akan timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu.
Teori motivasi juga dikembangkan oleh Herzberg (dalam Sudrajat, 2008) dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka pengertian motivasi belajar pada penelitian ini adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan perubahan energi dalam pencapain suatu keberhasilan seseorang.

2.     Tahapan Motivasi Belajar
Menurut bandura (1977), seorang behavioris moderat penemu teori social learning / observational learning, setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama dalam belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :
1.                 Tahap perhatian (attentional phase)
2.                 Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
3.                 Tahap reproduksi (reproduction phase)
4.                 Tahap motivasi (motivation phase)
Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/perolehan belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory, Albert Bandura sebagaimana dikutip oleh Pressly  & McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut kurang lebih seperti yang dipaparkan dibawah ini.

Tahap perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/ para peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan ontonasi khas seperti menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketikamenyajikan contoh perilaku tertentu.

Tahap penyimpanan dalam ingatan.Pada tahap berikutnya, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses, dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.

Tahap reproduksi.Pada tahap reproduksi, segala bayangan/ citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori pada peserta didik itu diproduksi kembali.Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peseta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post-test.


Tahap motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement, ‘penguatan’ bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik yang berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau perilaku tersebut.

3.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004), motivasi belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
-         Budaya
Setiap kelompok etnik mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar.Ibu-ibu kebangsaan Jepang lebih menekankan usaha (effort) daripada kemampuan (ability), dibandingkan dengan ibu-ibu kebangsaan Amerika yang mengutamakan penampilan sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua akan mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menanamkan energi si anak.
-         Keluarga
Faktor keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi belajar seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah professional muda (28 tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam karirnya dalam berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurology, pianis, maupun olah ragawan, menunjukan ciri-ciri yang sama yaitu adanya keterlibatan orang tua mereka. Mereka menunjukan adanya keterlibatan langsung orang tua dalam belajar anak, mereka melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan tujuan mereka.
-         Sekolah
Peran guru dalam memotivasi anak juga tidak diragukan. Dibawah ini beberapa kualitas guru yang efektif dalam memotivasi anak, yaitu :
1. Guru selaku manajer yang baik.
2. Guru mengharapkan siswanya untuk menjadi murid yang sukses.
3. Guru memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya.
4. Guru memberikan umpan balik bagi muridnya.
5. Guru memberikan tes yang adil.
6. Guru menjelaskan kriteria perilaku penilaiannya. Guru mau merangsang nalar anak.
7. Guru membantu anak untuk menyadari pertumbuhan kompetensi dan penguasaan murid.
8. Guru mampu bersikap empati. Guru menilai pengetahuan di atas nilai.
Sedangkan menurut menurut Purwanto (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah: 1) faktor internal, meliputi faktor jasmaniah, seperti : kesehatan dan cacat tubuh. psikologis,seperti: intelegensi, dan minat. 2) faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah. Faktor sekolah seperti: metode mengajar dan kurikulum, relasi guru dan siswa, dll. Faktor masyarakat seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, dan teman bergaul.
          Berdasarkan beberapa faktor diatas, maka pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor internal, eksternal,keluarga dll.
4.     Nilai, Tujuan dan Sasaran Film
Nilai sebuah film adalah memberikan pengaruh kepada penonton atau penerima pesan, yang bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behaviour). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan persepsi misalnya, ketika perang teluk meletus media barat memojokkan Presiden Irak Saddam Husain sebagai diktator, sehingga orang cenderung berpihak pada Amerika.

Akan tetapi ketika Televisi CNN berhasil menampilkan Saddam Husain dalam keadaan segar bugar dengan rasa simpatik menyapa satu per satu orang Amerika yang ditawan, maka orang melihat saddam Husain sebagai pribadi yang baik.Sementara itu, perubahan pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap sesuatu objek karena adanya informasi yang lebih baru, misalnya pendapat seorang ahli tentang situasi perekonomian  suatu negara atau adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi yang lebih canggih. Antara perubahan persepsi dan perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat, sebab persepsi yang dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisasi menjadi pendapat.

Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan atau ideologi, orang bisa berubah sikap 18 karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya tidak benar.

Oleh karena itu ia berubah sikap untuk mengganti dengan kepercayaan lain. Sementara itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Misalnya seorang pengemudi yang sering melaju dengan kecepatan 90-100 km per jam mengurangi kecepatannya menjadi 60-80 km per jam, sesudah ia menyaksikan kecelakaan lalu lintas di dalam tayangan televisi. Antara perubahan sikap dan perilaku juga terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Namun dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku.

Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pengaruh, ialah umpan balik (feedback).Sebenarnya umpan balik adalah pengaruh yang langsung diterima oleh sumber dari penerima, umpan balik bisa berupa data, pendapat, komentar atau saran.Namun perlu diketahui bahwa umpan balik memiliki konsekuensi yang dapat mematahkan kreativitas komunikator jika hal itu bertendensi negatif, sebaliknya bisa juga mendorong komunikator untuk lebih maju dan lebih baik, jika umpan balik bersifat positif.

Oleh karena itu dalam memberi umpan balik kepada komunikator, penerima perlu mawas diri dengan penuh kebijakan sehingga bisa tetap menjadi mitra yang baik dalam hubungan antar manusia.

5.     Pengaruh Film Kartun Upin Ipin terhadap Motivasi Belajar Anak.
Masa anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan yang ekstra. Dimana pada masa anak-anak ini menurut Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menekankan bahwa anak-anak  secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Dalam teori Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menyatakan bahwa anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial. Perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan, dan pemikiran mereka dibentuk oleh konteks cultural dimana mereka tinggal.
Hal ini juga termasuk mengenai motivasi belajar anak. Dimana motivasi belajar anak adalah suatu  peroses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensiatas, konsistensi, serta arahan umum dari tingkah laku manusia yang merupakan konsep yang rumit.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Vygotsky’s bahwa perkembangan kognitif dan pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh perangkat yang disediakan lingkungan dan konteks cultural mereka. Sehingga pada penelitian ini, motivasi belajar anak yang merupakan dorongan yang berasal dari pemikiran mereka dipengaruhi oleh film Upin Ipin sebagai perangkat yang disediakan oleh lingkungan mereka. Dimana pada saat anak menonton film upin ipin yang menayangkan adegan dimana saat Upin Ipin sedang melakukan aktivitas belajar dengan teman-temannya didalam lingkungan sekolah, membuat sianak membangun  pikirannya dalam hal kegiatan sekolah, sehingga sianak memiliki dorongan dalam dirinya untuk berangkat kesekolah dan melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiranti (2015) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan film animasi terhadap motivasi belajar anak kelompok TK B.

6.     Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis penelitian ini :
“Ada pengaruh positif terhadap film kartun upin & ipin dengan motivasi belajar pada anak, yang dimana anak tersebut meniru atau mempraktekan tingkah laku atau pun perbuatan yang dilakukan oleh film kartun upin & ipin sehingga anak tersebut mendapatkan motivasi belajar yang baik”.
















BAB III
METODE PENELITIAN

III.1  Identifikasi variable penelitian
          Variable-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
Berikut :
1.     Variabel independen           : Film kartun upin & ipin
2.     Variabel dependen    : Motivasi belajar

III.2  Definisi operasional
          III.3.1 Film kartun upin & ipin
                   Film kartun upin & ipin merupakan tentang kehidupan kampung yang pada umumnya yang masih kental terhadap rasa persaudaraan, tolong menolong, tenggang rasa, serta saling menghormati yang tinggi.

III.3.2 Motivasi belajar
          motivasi belajar  adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan perubahan energi dalam pencapain suatu keberhasilan seseorang

III.3  Populasi,sampel, dan teknik pengambilan sampel
III.3.1 Populasi                                                    
            Menurut prasetyo (2006) menyatakaan populasi adalah keseluruhan
Gejala atau satuan yang ingin diteliti. Azwar (2004) mengemukakan tentang populasi adalah sebagai kelompok subjek yang dikenai generalisasi hasil penelitian ini adalah seluruh siswa yang berada di TK.Alwasiah yang berjumlah 30 orang.

III.3.2  Sampel dan metode pengambilan sampel
              Sampel adalah sebagian atau wakil  dari populasi yang diteliti. Menurut      Arikunto(2006), sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan subjek yang dilibatkan secara langsung dalam penelitian. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa apabila subjek kurang dari 100-150,maka lebih baik diambil semua. Karena populasi pada penelitian ini kurang dari 100, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh total populasi, yaitu sebanyak 30 orang anak TK.

III.4  Validitas dan reliabilitas alat ukur
           III.4.1 Validitas alat ukur
           Validitas alat ukur melihat apakah alat ukur melihat apakah alat ukur yang digunakan dapat menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang relavan dengan tujuan pengukuran. Sebaliknya, alat ukur yang tidak menghasilkan data yang sesuai dengan tujuan pengukurannya dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki tingkat validitas rendah (Azwar, 2012). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, quisioner motivasi belajar.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda