PSIKOLOGI KUANTITATIF
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Banyak
kasus mengenai ribuan anak diindonesia yang mengalami putus sekolah karena tidak adanya motivasi
belajar dalam diri anak. Motivasi belajar yang tidak dimiliki oleh anak
membuatnya malas untuk berangkat kesekolah, dan pada akhirnya sianak mengalami putus
sekolah. Selain itu rendahnya motivasi belajar anak juga membuat sianak
memiliki semangat belajar yang rendah sehingga hasil belajar yang ditunjukan
oleh sianak tidak maksimal. (1071ya.blogspot.co.id/2011/04/3-fenomena-pendidikan-di-indonesia.html?m=1).
Berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti pada sebuah Tk, terlihat bahwa beberapa anak
Tk diindikasikan memiliki motivasi belajar yang rendah, dimana anak menunjukkan
ciri-ciri motivasi belajar yang rendah seperti anak bersikap acuh terhadap
guru, selalu menyendiri, dan tidak memiliki disiplin diri. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Brown (1981) yang menyatakan bahwa cirri-ciri anak
yang memiliki motivasi belajar rendah adalah: 1)tidak tertarik kepada guru, 2)
tidak tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, 3) tidak ingin bergabung
dengan kelompok kelas, 4) tidak ingin identitasnya diakui oleh orang lain, 5)
tidak mampu mengontrol kebiasaan dan moralnya.
Berdasarkan
fenomena diatas menunjukkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu hal penting
dalam peroses belajar anak. Motivasi belajar merupakan suatu peroses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensiatas, konsistensi, serta arahan umum dari tingkah laku manusia yang
merupakan konsep yang rumit, menurut Slameto (dalam Scubania dkk, 2014).
Sedangkan menurut Makmun (dalam Scubania dkk,
2014) motivasi belajar adalah suatu kekuatan (power), atau tenaga (forces),
atau daya (energi). Atau suatu
keadaan yang kompleks ( acomplex state
), dan kesiapsedian (preparatory set)
dalam diri individu (organisme) untuk
bergerak ( to move, motion, motive)
kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tudak disadari.
Motivasi
belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Banyak faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, menurut Purwanto (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah: 1) faktor internal, meliputi faktor
jasmaniah, seperti : kesehatan dan cacat tubuh. psikologis,seperti:
intelegensi, dan minat. 2) faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, seperti
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah.
Faktor sekolah seperti: metode mengajar dan kurikulum, relasi guru dan siswa,
dll. Faktor masyarakat seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,
dan teman bergaul.
Seperti
yang telah diuraikan diatas bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah media massa yang merupakan faktor ekternal dalam motivasi
belajar. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber kepada penerima dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan tv, menurut Cangara (2002)
Film
merupakan salah satu media massa, menurut Cangara (2002), sehingga film
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Film adalah
media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan
kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu tempat tertentu (Effendy, 1986).
Pada penelitian ini film yang dijadikan variabel dalam mempengaruhi motivasi
belajar anak adalah film Upin Ipin.
Film upin ipin adalah
film yang dikembangkan oleh orang malaysia yang bahasanya menggunakan bahasa
melayu. Memang dulunya merupakan satu rumpun dengan Bahasa Indonesia, namun
kini Bahasa Melayu berbeda dengan Bahsa Indonesia karena ketidak bakuannya dan
intonasi dalam pelafalannya.Keunikan dalam Bahasa pengantar upin ipin inilah
yang menjadikan daya tarik bagi anak-anak untuk menontonnya.
Anak-anak hampir setiap
hari menonton film kartun upin ipin, Dengan bahasanya yang unik menjadikan film
upin ipin di gemari oleh anak-anak.Saat ini hampir semua anak sering atau
bahkan tidak mau melewatkan film kartun upin ipin.Tingkat keseringan menonton
upin ipin yang timbul dalam diri anak-anak, menjadikan mereka ikut menirukan kegiatan
sehari-hari upin ipin dalam keseharian mereka.
Masa
anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan yang ekstra.
Pada penelitian ini usia anak-anak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah usia 5-6 tahun. Dimana pada masa anak-anak ini menurut Vygotsky’s (
dalam Santrock, 2012) menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan
pemahamannya. Dalam teori Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menyatakan bahwa
anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial. Perkembangan kognitif
anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh lingkungan, dan
pemikiran mereka dibentuk oleh konteks cultural dimana mereka tinggal.
Sejalan
dengan yang disampaikan oleh Vygotsky’s bahwa perkembangan kognitif dan
pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan dan konteks cultural mereka.
Sehingga pada penelitian ini, motivasi belajar anak yang merupakan dorongan
yang berasal dari pemikiran mereka dipengaruhi oleh film Upin Ipin sebagai
perangkat yang disediakan oleh lingkungan mereka. Dimana pada saat anak
menonton film upin ipin yang menayangkan adegan dimana saat Upin Ipin sedang
melakukan aktivitas belajar dengan teman-temannya didalam lingkungan sekolah,
membuat sianak membangun pikirannya dalam hal kegiatan sekolah, sehingga sianak
memiliki dorongan dalam dirinya untuk berangkat kesekolah dan melakukan
kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiranti
(2015) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan film animasi terhadap
motivasi belajar anak kelompok TK B.
Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian dalam judul “ PENGARUH FILM KARTUN UPIN IPIN TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR ANAK”
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian,
maka peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh film kartun upin & ipin
terhadap motivasi belajar anak?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh film
kartun upin & ipin terhadap motivasi belajar anak .
D.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis penelitian ini diharapkan memberikan atau perkembangan ilmu dalam
psikologi, psikologi perkembangan dan psikologi sosial
2. Manfaat
Praktis
Secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua agar
lebih memperhatikan tontonan anak sebagaimana dapat mempengaruhi motivasi
belajar anak secara positif.
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
BAB
I Pendahuluan
Pada
bab ini akan dijelaskan mengenai latarbelakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini akan
membahas tentang teori motivasi belajar, pengaruh
film kartun upin & ipin, dan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Pada bab ini
akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunkan. Disini akan
dijabarkan mengeni definisi operasional penelitian, variabel penelitian, subjek
peneltian, metode pengumpulan data dan instrument alat ukur yang digunakan.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan
dijelasakan mengenai gambaran umum subjek
penelitian, uji hipotesis, dan hasil tambahan (t-test).
BAB V Penutup
Pada bab ini
akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang
bersifat praktis maupun metodologis yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar,
lemahkanya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu akan menjadi rendah.
Oleh karena itu motivasi belajar
pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat
meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu, bila
siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dam betapa besarnya
ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa harus untuk
menuntut ilmu.
Selain itu, bagaimana seorang guru
mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu, bila seseorang merasa
membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri,
sehingga semangat siswa untuk menuntut ilmu sangat tinggi dan hal ini akan
sangat memudahkan proses belajar.
Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah,
2008: 148) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan
reaksi untuk mencapai tujuan.Perubahan energi dalam diri seseorang itu dapat
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.Oleh karena seseorang
mempunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang
kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan.
Woodworth dan Marques (Sunarto,
2008), mendefinisikan motivasi sebagai satu set motif atau kesiapan yang
menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat tersebut senada dengan yang
disampaikan oleh Chung dan Meggison (Suhaimin), yang mendefinisikan motivasi
sebagai prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat
usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.Motivasi
berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan.
Menurut Dalyono (2009: 57),
motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Sumiati (2007: 236), mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang
muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku.Dorongan itu pada umumnya
diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan.Sehingga motivasi dapat memberikan
semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat
memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan
yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia akan timbul jika ada rangsangan, baik
karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu.
Teori motivasi juga dikembangkan
oleh Herzberg (dalam Sudrajat, 2008) dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari
motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari
dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik, yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong
sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan
yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang
lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain
status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya,
hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa pengertian
diatas, maka pengertian motivasi belajar pada penelitian ini adalah dorongan dari
dalam diri individu untuk melakukan perubahan energi dalam pencapain suatu keberhasilan
seseorang.
2.
Tahapan
Motivasi Belajar
Menurut bandura (1977), seorang
behavioris moderat penemu teori social learning / observational learning, setiap
proses belajar (yang dalam hal ini terutama dalam belajar sosial dengan
menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi :
1.
Tahap
perhatian (attentional phase)
2.
Tahap
penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
3.
Tahap
reproduksi (reproduction phase)
4.
Tahap
motivasi (motivation phase)
Tahap-tahap
di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan
berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai
hasil/perolehan belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory,
Albert Bandura sebagaimana dikutip oleh Pressly & McCormic
(1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut kurang lebih seperti yang
dipaparkan dibawah ini.
Tahap perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/ para peserta didik pada
umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih
menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain
yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian peserta didik,
guru dapat mengekspresikan suara dengan ontonasi khas seperti menyajikan pokok
materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketikamenyajikan contoh perilaku
tertentu.
Tahap penyimpanan dalam ingatan.Pada tahap berikutnya, informasi
berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses, dan disimpan
dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan
menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan
apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas
serta contoh perbuatan yang akurat.
Tahap reproduksi.Pada tahap reproduksi, segala
bayangan/ citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi
informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori pada
peserta didik itu diproduksi kembali.Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan
para peseta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi
apa-apa yang telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post-test.
Tahap motivasi. Tahap terakhir dalam proses
terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan
yang dapat berfungsi sebagai reinforcement, ‘penguatan’ bersemayamnya
segala informasi dalam memori para peserta didik yang berkinerja memuaskan.
Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukan kinerja yang memuaskan perlu
diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan
model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya
ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau
perilaku tersebut.
3.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004), motivasi belajar dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain :
-
Budaya
Setiap
kelompok etnik mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar.Ibu-ibu
kebangsaan Jepang lebih menekankan usaha (effort) daripada kemampuan (ability),
dibandingkan dengan ibu-ibu kebangsaan Amerika yang mengutamakan penampilan
sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua akan mempengaruhi
keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menanamkan
energi si anak.
-
Keluarga
Faktor keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi
belajar seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap
sejumlah professional muda (28 tahun sampai 35 tahun) yang berhasil dalam
karirnya dalam berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurology, pianis,
maupun olah ragawan, menunjukan ciri-ciri yang sama yaitu adanya keterlibatan
orang tua mereka. Mereka menunjukan adanya keterlibatan langsung orang tua
dalam belajar anak, mereka melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama
di dalam mengarahkan tujuan mereka.
-
Sekolah
Peran
guru dalam memotivasi anak juga tidak diragukan. Dibawah ini beberapa kualitas
guru yang efektif dalam memotivasi anak, yaitu :
1.
Guru selaku manajer yang baik.
2.
Guru mengharapkan siswanya untuk menjadi murid yang sukses.
3.
Guru memberikan bahan pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya.
4.
Guru memberikan umpan balik bagi muridnya.
5.
Guru memberikan tes yang adil.
6.
Guru menjelaskan kriteria perilaku penilaiannya. Guru mau merangsang nalar
anak.
7.
Guru membantu anak untuk menyadari pertumbuhan kompetensi dan penguasaan murid.
8.
Guru mampu bersikap empati. Guru menilai pengetahuan di atas nilai.
Sedangkan menurut menurut
Purwanto (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah: 1) faktor internal, meliputi faktor jasmaniah, seperti :
kesehatan dan cacat tubuh. psikologis,seperti: intelegensi, dan minat. 2)
faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah. Faktor sekolah seperti: metode
mengajar dan kurikulum, relasi guru dan siswa, dll. Faktor masyarakat seperti:
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, dan teman bergaul.
Berdasarkan beberapa faktor diatas,
maka pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah faktor internal, eksternal,keluarga dll.
4.
Nilai,
Tujuan dan Sasaran Film
Nilai
sebuah film adalah memberikan pengaruh kepada penonton atau penerima pesan,
yang bisa terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), dan perilaku (behaviour). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi
dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan persepsi
misalnya, ketika perang teluk meletus media barat memojokkan Presiden Irak
Saddam Husain sebagai diktator, sehingga orang cenderung berpihak pada Amerika.
Akan
tetapi ketika Televisi CNN berhasil menampilkan Saddam Husain dalam keadaan
segar bugar dengan rasa simpatik menyapa satu per satu orang Amerika yang
ditawan, maka orang melihat saddam Husain sebagai pribadi yang baik.Sementara
itu, perubahan pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap
sesuatu objek karena adanya informasi yang lebih baru, misalnya pendapat
seorang ahli tentang situasi perekonomian suatu negara atau adanya temuan baru di bidang
teknologi komunikasi yang lebih canggih. Antara perubahan persepsi dan
perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat, sebab persepsi yang
dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisasi menjadi pendapat.
Adapun
yang dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri
seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang
dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar
dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan atau
ideologi, orang bisa berubah sikap 18 karena melihat bahwa apa yang tadinya
dipercaya tidak benar.
Oleh
karena itu ia berubah sikap untuk mengganti dengan kepercayaan lain. Sementara
itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam
bentuk tindakan. Misalnya seorang pengemudi yang sering melaju dengan kecepatan
90-100 km per jam mengurangi kecepatannya menjadi 60-80 km per jam, sesudah ia
menyaksikan kecelakaan lalu lintas di dalam tayangan televisi. Antara perubahan
sikap dan perilaku juga terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku
biasanya didahului oleh perubahan sikap. Namun dalam hal tertentu, bisa juga
perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku.
Salah satu
faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pengaruh, ialah umpan balik
(feedback).Sebenarnya umpan balik adalah pengaruh yang langsung diterima oleh sumber
dari penerima, umpan balik bisa berupa data, pendapat, komentar atau
saran.Namun perlu diketahui bahwa umpan balik memiliki konsekuensi yang dapat
mematahkan kreativitas komunikator jika hal itu bertendensi negatif, sebaliknya
bisa juga mendorong komunikator untuk lebih maju dan lebih baik, jika umpan
balik bersifat positif.
Oleh
karena itu dalam memberi umpan balik kepada komunikator, penerima perlu mawas
diri dengan penuh kebijakan sehingga bisa tetap menjadi mitra yang baik dalam
hubungan antar manusia.
5.
Pengaruh
Film Kartun Upin Ipin terhadap Motivasi Belajar Anak.
Masa
anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan yang ekstra. Dimana
pada masa anak-anak ini menurut Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012) menekankan
bahwa anak-anak secara aktif membangun
pengetahuan dan pemahamannya. Dalam teori Vygotsky’s ( dalam Santrock, 2012)
menyatakan bahwa anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial.
Perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh
lingkungan, dan pemikiran mereka dibentuk oleh konteks cultural dimana mereka
tinggal.
Hal ini juga termasuk mengenai motivasi belajar anak.
Dimana motivasi belajar anak adalah suatu peroses yang menentukan tingkatan kegiatan,
intensiatas, konsistensi, serta arahan umum dari tingkah laku manusia yang
merupakan konsep yang rumit.
Sejalan
dengan yang disampaikan oleh Vygotsky’s bahwa perkembangan kognitif dan
pemikiran anak-anak dipengaruhi oleh perangkat yang disediakan lingkungan dan
konteks cultural mereka. Sehingga pada penelitian ini, motivasi belajar anak
yang merupakan dorongan yang berasal dari pemikiran mereka dipengaruhi oleh
film Upin Ipin sebagai perangkat yang disediakan oleh lingkungan mereka. Dimana
pada saat anak menonton film upin ipin yang menayangkan adegan dimana saat Upin
Ipin sedang melakukan aktivitas belajar dengan teman-temannya didalam
lingkungan sekolah, membuat sianak membangun pikirannya dalam hal kegiatan sekolah,
sehingga sianak memiliki dorongan dalam dirinya untuk berangkat kesekolah dan
melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wiranti (2015) dengan hasil bahwa terdapat pengaruh penggunaan film
animasi terhadap motivasi belajar anak kelompok TK B.
6.
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian
yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis penelitian ini :
“Ada
pengaruh positif terhadap film kartun upin & ipin dengan motivasi belajar
pada anak, yang dimana anak tersebut meniru atau mempraktekan tingkah laku atau
pun perbuatan yang dilakukan oleh film kartun upin & ipin sehingga anak
tersebut mendapatkan motivasi belajar yang baik”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
III.1 Identifikasi
variable penelitian
Variable-variabel
yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
Berikut :
1.
Variabel independen :
Film kartun upin & ipin
2.
Variabel dependen :
Motivasi belajar
III.2
Definisi operasional
III.3.1
Film kartun upin & ipin
Film
kartun upin & ipin merupakan tentang kehidupan kampung yang pada umumnya
yang masih kental terhadap rasa persaudaraan, tolong menolong, tenggang rasa,
serta saling menghormati yang tinggi.
III.3.2 Motivasi belajar
motivasi
belajar adalah dorongan dari dalam diri
individu untuk melakukan perubahan energi dalam pencapain suatu keberhasilan
seseorang
III.3 Populasi,sampel, dan teknik pengambilan
sampel
III.3.1
Populasi
Menurut prasetyo (2006) menyatakaan
populasi adalah keseluruhan
Gejala atau satuan yang ingin
diteliti. Azwar (2004) mengemukakan tentang populasi adalah sebagai kelompok
subjek yang dikenai generalisasi hasil penelitian ini adalah seluruh siswa yang
berada di TK.Alwasiah yang berjumlah 30 orang.
III.3.2 Sampel dan metode pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Arikunto(2006), sampel adalah wakil dari
populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan subjek yang dilibatkan secara
langsung dalam penelitian. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa apabila subjek
kurang dari 100-150,maka lebih baik diambil semua. Karena populasi pada
penelitian ini kurang dari 100, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh
total populasi, yaitu sebanyak 30 orang anak TK.
III.4 Validitas dan reliabilitas alat ukur
III.4.1 Validitas alat ukur
Validitas alat ukur melihat apakah
alat ukur melihat apakah alat ukur yang digunakan dapat menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Alat ukur dikatakan mempunyai validitas
tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang relavan dengan tujuan
pengukuran. Sebaliknya, alat ukur yang tidak menghasilkan data yang sesuai
dengan tujuan pengukurannya dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki tingkat
validitas rendah (Azwar, 2012). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu, quisioner motivasi belajar.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda