CBR CRITICAL BOOK REPORT KEPEMIMPINAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Suatu
organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan. Suatu ungkapan yang mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang
bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan
ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi
yang terpenting.
Sementara itu digambarkan pula bahwa pemimpin itu adalah penggembala, dan setiap pengembala akan ditanyakan tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini membuktikan bahwa seorang pemimpin apapun wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini lebih banyak bekerja dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak berorientasi pada bawahan dan kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri sendiri.
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia.
Sementara itu digambarkan pula bahwa pemimpin itu adalah penggembala, dan setiap pengembala akan ditanyakan tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini membuktikan bahwa seorang pemimpin apapun wujudnya, dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini lebih banyak bekerja dibandingkan berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya dibandingkan berbicara besar tanpa bukti dan lebih banyak berorientasi pada bawahan dan kepentingan umum dibandingkan dari orientasi dan kepentingan diri sendiri.
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Ada yang berpendapat masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia.
Kepemimpinan
dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan
tertentu pada manusia. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk
memimpin, di pihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk
memimpin. Disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan kadangkala, diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
Kepemimpinan kadangkala, diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan
bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya
diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan suatu minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang evolusi pertumbuhan pemikiran manajemen. Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan. Kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Dalam rangka memberikan ulasan tentang hubungan yang integral antara kepemimpinan dan kekuasaan, Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka agar mengerti bagaimana sebenarnya mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka seharusnya juga mengamati posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaannya. Setiap organisasi apapun bentuk dan namanya, adalah suatu system yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah seseorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau diatas suatu organisasi.
Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebagai terjemahan dari power telah menurunkan suatu minat yang menarik untuk senantiasa didiskusikan sepanjang evolusi pertumbuhan pemikiran manajemen. Konsep kekuasaan amat dekat dengan konsep kepemimpinan. Kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Dalam rangka memberikan ulasan tentang hubungan yang integral antara kepemimpinan dan kekuasaan, Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka agar mengerti bagaimana sebenarnya mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka seharusnya juga mengamati posisi mereka dan cara menggunakan kekuasaannya. Setiap organisasi apapun bentuk dan namanya, adalah suatu system yang memungkinkan setiap orang dapat mengembangkan kekuasaannya untuk berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Setiap manajer, atau administrator, atau pemimpin adalah seseorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau diatas suatu organisasi.
B. TUJUAN
PENULISAN
1. Agar
mampu meringkas isi buku
2. Agar
mampu membandingkan buku dengan buku-buku lain
3. Mampu
mengkontruksi buku (cover, layout, dan tata bahasa)
C. MANFAAT
PENULISAN
Dapat
kritis dalam menganalisis informasi, menghargai, pendapat,adaptif terhadap
perubahan, komunikatifdalam penyampaian informasi dan bertanggung jawab.
BAB II
ISI
LEADERSHIP
DAN MANAGEMENT
A. PERBEDAAN
LEADERSHIP DAN MANAGEMENT
Manajemen
adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang-orang lain.
Dengan demikian manajer ialah orang yang senantiasa memikirkan kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen
itu dapat diterapkan pada setiap organisasi, apakah organisasi perusahaan,
pendidikan, rumah sakit, organisasi politik, dan bahkan keluarga. Supaya dapat
mencapai tujuan organisasi harus melewati suatu proses kegiatan kepemimpinan.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.
Seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.
Kepemimpinan dan manajemen seringkali disamakan pengertiannya oleh banyak orang. Walaupun demikian antara keduanya terdapat perbedaan yang penting untuk diketahui. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Kunci perbedaan diantara kedua konsep pemikiran ini terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada seseorang yang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Dengan demikian kepemimpinan bisa saja karena berusaha mencapai tujuan seseorang atau tujuan kelompok, dan itu bisa saja sama atau tidak selaras dengan tujuan organisasi.
Seorang leader atau pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang leader atau pemimpin.
B. PERANAN MANAJER
Menurut
Mintzberg ada 3 peranan utama yang dimainkan oleh setiap manajer dimanapun
letak hierarkinya. Peranan-peranan itu antara lain:
1.Peranan Hubungan
AntarPribadi (Interpersonal Role)
Ada dua
gambaran umum yang dihubungkan dengan peranan ini, yakni hal yang bertalian
dengan status dan otoritas manajer, dan hal-hal yang bertalian dengan
pengembangan hubungan antarpribadi.
Peranan ini
oleh Mintzberg dibagi atas 3 peranan lagi, diantaranya:
a.
Peranan sebagai Figurehead
b.
Peranan sebagai pemimpin (leader)
c.
Peranan sebagai pejabat perantara (liaison
manager)
2. Peranan yang Berhubungan Dengan
Informasi (Informational Role)
Peranan
interpersonal diatas meletakkan manajer pada posisi yang unik dalam hal
mendapatkan informasi. Hubungan-hubungan ke luar membawa padanya mendapatkan
informasi yang special dari lingkungan luarnya.
Sebagai
kelanjutan dari peran interpersonal di atas Mintzberg merancang peranan kedua:
a. Sebagai monitor
a. Sebagai monitor
b. Sebagai disseminator
c. Sebagai jurubicara (spokesman)
3. Peranan Pembuat Keputusan
(Decisional Role)
Peranan ini
membuat manajer harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi
yang dipimpinnya. Proses pembuatan strategi ini secara sederhana dinamakan
sebagai suatu proses yang menjadikan keputusan-keputusan organisasi dibuat
secara signifikan dan berhubungan.
Ada empat
peranan manajer yang dikelompokkan ke dalam pembuatan keputusan, yakni:
a. Peranan sebagai entrepreneur
b. Peranan sebagai penghalau
gangguan (disturbance handler)
c. Peranan sebagai pembagi sumber
(resource allocator)
d. Peranan sebagai negosiator
PENEMUAN-PENEMUAN
KLASIK TENTANG KEPEMIMPINAN
A.
STUDI IOWA
Usaha untuk
mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald
Lippitt dan Ralph K. White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas Iowa.
Dalam penelitian ini klub hobi dari anak-anak umur 10 tahun dibentuk. Setiap
klub diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yakni; otokratis, demokratis,
dan semaunya sendiri (laissez faire).
Pemimpin
yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan
tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Kepemimpinan seperti ini
cenderung memberikan perhatian individual ketika memberikan pujian dan kritik,
tetapi berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan berkawan dibandingkan
dengan bermusuhan secara terbuka.
Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Peminpin ini mencoba untuk bersikap obyektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Peminpin ini mencoba untuk bersikap obyektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
Adapun
pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada
kelompok. Pemimpin semacam ini pada hakikatnya tidak memberikan contoh-contoh
kepemimpinan.
B. PENEMUAN
OHIO
Dalam tahun
1945, Biro Penelitian Bisnis dari Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian
penemuan dalam bidang kepemimpinan. Suatu tim riset interdisipliner mulai dari
ahli psikologi, sosiologi, dan ekonomi mengembangkan dan mempergunakan
Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behaviour Description
Questionnaire,-LBDQ), untuk menganalisa kepemimpinan dalam berbagai tipe
kelompok dan situasi. Penelitian ini dilakukan atas beberapa komandan Angkatan
Udara dan anggota-anggota pasukan pengebom, pejabat-pejabat sipil di Angkatan
Laut, pengawas-pengawas dalam pabrik, admninistrator-administrator perguruan
tinggi, guru, kepala guru, pemilik-pemilik sekolah, pemimpin-pemimpin berbagai
gerakan mahasiswa, dan kelompok-kelompok sipil lainnya.
Studi Ohio memulai dengan pesimis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau defenisi kepemimpinan yang ada. Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja yang terdahulu darinya adalah terlalu banyak beransumsi bahwa “Kepemimpinan” itu selalu diartikan sama dengan “Kepemimpinan yang baik”. Tim peneliti Ohio telah menetapkan mempelajari kepemimpinan dengan tidak memperdulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal tersebut efektif atau tidak efektif.
Studi Ohio memulai dengan pesimis bahwa tidak ada kepuasan atas rumusan atau defenisi kepemimpinan yang ada. Mereka juga mengetahui bahwa hasil kerja yang terdahulu darinya adalah terlalu banyak beransumsi bahwa “Kepemimpinan” itu selalu diartikan sama dengan “Kepemimpinan yang baik”. Tim peneliti Ohio telah menetapkan mempelajari kepemimpinan dengan tidak memperdulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal tersebut efektif atau tidak efektif.
Staf
peneliti dari Ohio ini merumuskan kepemimpinan itu sebagai suatu perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kearah
pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku
atas dua dimensi, yakni; struktur pembuatan inisiatif (initiating structure),
dan perhatian (consideration).
C. STUDI KEPEMIMPINAN MICHIGAN
Pada saat
yang hamper bersamaan dengan Universitas Ohio, kantor riset dari Angkatan Laut
mengadakan kontrak kerja sama dengan Pusat Riset Survey Universitas Michigan
untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan dari kerja sama penelitian ini antara
lain untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas kelompok, dan kepuasan
anggota kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan
ini maka tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, New Jersey, pada
perusahaan asuransi Prudential.
Pada umumnya, orientasi pengawasan karyawan telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan secara tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan Prudential telah banyak dikutip untuk membuktikan teori-teori hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya di bidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit, dan organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari Institut Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil riset tahunannya yang berjudul New Pattern of Management.
Pada umumnya, orientasi pengawasan karyawan telah memberikan patokan untuk pendekatan hubungan kemanusiaan secara tradisional bagi kepemimpinan. Hasil-hasil dari penemuan Prudential telah banyak dikutip untuk membuktikan teori-teori hubungan kemanusiaan. Penemuan ini kemudian banyak diikuti oleh ratusan penemuan-penemuan berikutnya di bidang yang luas pada pemerintahan, industri, rumah sakit, dan organisasi lainnya. Sebagai bukti pada tahun 1961, Rensis Likert, direktur dari Institut Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Michigan, mengeluarkan hasil riset tahunannya yang berjudul New Pattern of Management.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1.
TEORI SIFAT
Teori awal
tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman yunani kuno dan zaman
roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat.
Teori the great man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin
ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat
sebagai pemimpin. Teori great man barangkali dapat memberikan arti lebih
realities terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi. Adalah suatu kenyataan yang dapat
diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi
dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian maka
perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai
oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau
dibuat.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpina organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak. Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil. Padahal keberhasilan manajer selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpina organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak. Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil. Padahal keberhasilan manajer selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut.
Keith Davis
merumuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi:
1)
Keceerdasan
2)
Kedewasaan dan kekuasaan hubungan
social
3)
Motivasi diri dan dorongan berprestasi.
4)
Sikap-sikap hubungan kemanusiaan
2. TEORI KELOMPOK
Teori
kelompo ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada adanya suatu proses
pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep
sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Penelitian
psikologi social dapat dipergunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan
pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan.
Suatu contoh
penemuan Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan
pekerjaanb secara baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur
pengambilan inisiatif (perilaku tugas). Tetapi jika bawahan dapat melaksanakn
pekerjaan dengan baik, maka pemimpin menaikan penekannanya pada pemberian
perhatian (perilaku tata hubungan). Barrow dalam study laboratoriumnya meneukan
bahwa produktivitas kelompok mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya
kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
produktivitas.
3. TEORI
SITUASIONAL DAN MODEL KONTIJENSI
Pada tahun
1967, Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi untuk
efektivitas kepemimpinan. Konsep model ini dituangkan dalam bukunya a theory of
leadership effectiveness. Fiedle mengembangkan suatu teknik yang unik untuk
mengukur kepemimpinan. Pengukuran ini diciptakan dengan memberikan suatu skor
yng dapat menunjukan dugaan kesamaan diantara keberlawanan (assumed similarity
between opposites, ASO).
Dua pengukuran
yang dipergunakan saling bergantian dan ada hubungannya dengan gaya
kepemimpinan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
1)
Hubungan kemanusiaan atau gaya yang
lunak (lenient) dihubungkan pemimpin yang tidak melihat perbedaan yang besar
diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disukai (ASO) atau
memberika suatu gambaran yang relative menyenangkan kepada teman kerja yang
paling sedikit disenangi (LPC).
2)
Gaya yang berorientasi tugas atau
“hard nosed” dihubungkan dengan pemimpin yang melihat suatu perbedaan besar di
antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disenangi (ASO) dan
memberikan suatu gambaran yang paling tidak menyenangkan pada teman kerja yang
paling sedikit disukai (LPC).
4. MODEL
KEPEMIMPINAN KONTIJENSI DARI FIEDLER
Model ini
berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh fiedler
dalam hubungan dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini :
1)
Hubungan pemimpin anggota.
2)
Derajat dari struktur tugas
3)
Posisi kekuasaan pemimpin yang
dicapai lewat otoritas formal.
Suatu
situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai
derajat yang tinggi, dengan kata lain, situasi akan menyenangkan jika :
Ø Pemimpin
diterima oleh para pengikutnya
Ø Tugas-tugas
dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas
Ø Penggunaan
otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin.
Jikalau yang timbul sebaliknya, maka menurut fiedler akan tercipta suatu situasi yang tidak menyenangkan bagi pemimpin. Fiedler benar-benar yakin bahwa kombinasi anatar situasi yang menyenangkan dengan gaya kepemimpinan akan menentukan efektifitas kerja.
Jikalau yang timbul sebaliknya, maka menurut fiedler akan tercipta suatu situasi yang tidak menyenangkan bagi pemimpin. Fiedler benar-benar yakin bahwa kombinasi anatar situasi yang menyenangkan dengan gaya kepemimpinan akan menentukan efektifitas kerja.
5. TEORI JALAN KECIL-TUJUAN (PATH-GOAL THEORY)
Usaha pengembangan
teori path-goal ini sebenarnya telah dimulai oleh Georgepoulos dan
kawan-kawannya di institute penelitian social universitas Michigan. Dalam
pengembangannya yang modern Martin Evans dan Robert House secara terpisah telah
menulis karangan dengan bentuk yang sama. Secara pokok teori path-goal berusaha
untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi kepuasan, dan
pelaksanaan pekerjaan bawahannya.
Apapun teori
path-goal versi house, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan sebagai
berikut:
1)
Kepemimpinan derectif. Tipe ini sama
dengan model kepemimpinan yang otokratis dari lippit dan white,
2)
Kepemimpinan yang mendukung
(supportive leadership).
3)
Kepemimpinan partisipatif.
4)
Kepemimpinan yang berorientasi pada
prestasi.
Menurut
teori path-goal ini macam-macam gaya kepemimpinan tersebut dapat dapat terjadi
dan dipergunakan senyatanya oleh pemimpin yang sama dalam situasi yang berbeda.
Dua diantara factor-faktor situasional yang telah diidentifikasikan. Untuk
situasi pertama path-goal memberikan penilaian bahwa perilaku pemimpin akan
bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan melihat perilaku tersebut akan
merupakan sumber yang segera bisa memberikan kepuasan atau atau sebagai
instrument bagi kepuasan-kepuasan masa depan. Untuk situasi kedua path-goal
menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi factor motivasi terhadap
para bawahannya jika:
1)
Perilaku tersebut dapat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan bawahannya sehingga memungkinkan tercapainya efektivitas
dalam pelaksanaan kerja.
2)
Perilaku tersebut merupakan
komplimen dari lingkungan para bawahan yang berupa memberikan latihan, dukungan
dan penghargaanyang diperlukan untuk mengefektifitaskan pelaksanaan kerja.
6. PENDEKATAN “SOSIAL LEARNING”
DALAM KEPEMIMPINAN
Penekanan
pendekatan social learning ini dan yang dapat memberikannya dari
pendekatan-pendekatan lainnya, ialah terletak pada peranan perilaku
kepemimpinan , kelangsungan, dan interaksi timbale balik diantara semua
variable-variabel yang ada. Aplikasi dari kepemimpinan ini secara lebih
spesifik ialah bawahan secara aktif ikut terlibat dalam proses kegiatan
organisasi, dan bersama-sama dengan pimpinan memusatkan pada perilakunya
sendiri dan perilaku lainnya, beserta memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan
lingkungan dan kognisi-kognisi yang memperantarakan. Contoh pendekatan ini
secara terperinci sebagai berikut :
1)
Pemimpin menjadi lebih mengetahui
dengan variable-variabel mikro dan makro yang mengendalikan perilakunya.
2)
Pemimpin bekerja bersama-sama dengan
bawahan berusaha menemukan cara-cara yang dapat dipergunakan untuk mengatur
perilaku bawahan.
3)
Pemimpin bersama-sama dengan bawahan berusaha
menemukan cara-cara yang dapat dipergunakan untuk mengatur perilaku individu
guna menghasilkan hasil-hasil yang produktif yang lebih bisa menguatkan bersama
organisasi.
Dengan
pendekatan social learning ini antara pemimpin dan bawahan mempunyai kesempatan
untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang timbul.
GAYA KEPEMIMPINAN
A.
GAYA KEPEMIMPINAN KONTINUN
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik,
menurut Robert Tennenbaum ada dua bidang pengaruh ekstrem pertama, bidang
pengaruh pimpinan kedua, bidang pengaruh kebebesan bawahan. Tujuh model
keputusan pemimpin adalah:
1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan keoada bawahan.
2) Pemimpin menjual keputusan.
3) Pemimpijn memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan yang bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran, dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsi nya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan.
1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan keoada bawahan.
2) Pemimpin menjual keputusan.
3) Pemimpijn memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang pertanyaan-pertanyaan.
4) Pemimpin memberikan keputusan yang bersifat sementara yang kemungkinan dapat diubah.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran, dan membuat keputusan.
6) Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan.
7) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsi nya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan.
B. GAYA
MANAGERIAL GRID
Menurut
Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokan sebagai gaya
yang ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan di tengan-tengah
gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid itu antara lain
sebagai berikut:
1) Manajer
sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan , dan
produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya.
2) Manajer
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksi maupun
orang-orang yang bekerja dengannya.
3) Gaya
kepemimpinan dari manajer ini ialah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya tetapi
pemikirannya mengenai produksi rendah.
4) Kadangkala
manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis.
Manajer seperti ini hanya memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi
pelakasanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya
pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.
5) Manajer
mempunyai sedikit pemikiran medium baik pada produksi maupun pada orang-orang.
C. TIGA
KEPEMIMPINAN DARI REDDIN
Dipopulerkan
oleh W.J REDDIN. Gaya ini menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan efektif dan tidak
efektif. Ada empat gaya dalam gaya yang efektif ini antara lain.
Ø Eksekutif
Ø Eksekutif
Ø Pecinta
pengembangan (developer).
Ø Otokratis
yang baik (benevolent autocrat).
Ø Birokrat.
Gaya
kepemimpinan yang tidak efektif. Ada emapat gaya kepemimpinan yang tergolong
tidak efektif antara lain:
ü Pencinta
kompromi (compromiser).
ü Missionary
ü Otokrat
ü Lari dari
tugas (deserter).
D. EMPAT SISTEM MANAJEMEN DARI LIKERT
Gaya yang
amat menarik ialah pendapar Rensis Likert ini. Dalam serangkaian penelitiannya
Likert telah mengembangkan suatu ide dan pendekatan yang penting untuk memahami
perilaku pemimpin. Menurut Likert bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika
bergaya participant management. Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilan pemimpin
adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi. Likert
merancang 4 sistem kepemimpinan dalam manajemen sebagai berikut :
1)
Manajer dalam hal ini sangat
otokratis mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya. Suka mengeksploitasi
bawahandan bersikap paternalistic.
2)
Dalam system ini pemimpin dinamakan
Otokratis yang baik hati (benevolent authoritative).
3)
Dalam system ini gaya kepemimpinan
lebih dikenal dengan sebutan manajer konsultatif. Manajer dalam hal ini
mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya dalam hal kalau ia
membutuhkan informasi, idea tau pendapat bawahan dan masih menginginkan
melakukan pengendalian atas keputusan-keputusan yang dibuatnya.
4)
Oleh Likert system ini dinamakan
pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif (partisipative group. Dalam hal
ini manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya.
Menurut
Likert, manajer yang termasuk system 4 mempunyai kesermpatan untuk lebih sukses
sebagai pemimpin (leader).
KEPEMIMPINAN
SITUASIONAL
Kepemimpinan
situasional menurut Harley dan Blanchard adalah didasarkan pada saling
berhubungan di antara hal-hal berikut :
1.
Jumlah petunjuk dan pengarahan yang
diberikan oleh pimpinan.
2.
Jumlah dukungan sosioemosional yang
diberikan oleh pimpinan,
3.
Tingkat kesiapan atau kematang para
pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan ugas khusus, fungsi, tujuan tertentu.
Konsepsi ini
telah dikembangkan untuk membantu orang menjalan kepemimpinan dengan tanpa
mementingkan perannya, yang lebih efektif di dalam interaksinya dengan
orang-orang lain setiap harinya.
Konsepsional
melengkapi pimpinan dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan
yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian, walaupun
terdapat banyak variabel-variabel situasional yang lainnya mesalnya:
organisasi, tugas-tugas pekerjaan, pengawasan daan waktu kerja, akan tetapi
penekanan dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pimpinan
dan bawahannya saja. Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional. Karena bukan saja pengikut sebagai
individu bisa menerima atau menolak pimpinbannya, akan tetapi sebagai pengikut
secara kenyataannya dap;at menentukan kekuatan pribadi apa pun yang dipunyai
pemimpin.
A. GAYA DASAR
KEPEMIMPINAN
Dalam
hubungannya dengan perilaku pimpinan ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan
olehnya terhadap bawahan atau pengikutnya, yakni: perilaku mengarahkan dan
perilaku mendukung.
Perilaku
mengarah dapat dirumuskan sejauh mana seseorang pemimpin melibatkan dalam
komunikasi satu arah. Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh mana seseorang
pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah. Kedua norma perilaku
tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan berbeda. Dapat diketahui
empat gaya dasar kepemimpinan.
Tinggi Dukungan dan Rendah
Pengarahan
Tinggi Pengarahan dan Tinggi
Dukungan
Rendah Dukungan dan Rendah
Pengarahan
Tinggi Pengarahan dan Rendah Dukungan
B. PERILAKU
GAYA DASAR KEPEMIMPINAN DALAM PNGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada
hakikatnya perilaku dasar pemimpin yang mendapat tanggapan para pengikutnya,
sewaktu pemimpin tersebut melakukan proses pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan, maka empat gaya dasar yang diuraikan sebelumnya dapat diaplikasikan
dan diidentifikasikan dengan suatu proses pengambilan keputusan tersebut.
C. KEMATANGAN
PARA PENGIKUT
Kematangan
(maturity) dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu
kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam
mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satun unsur
dalam kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat
diperoleh dari pendidikan, latihan atau pengalaman. Adapun kemauan unsur yang
lain dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang.
Dalam
kaitannya dengan tingkat kematangan seseorang dalam suatu organisasi tertentu
perlu diingat bahwa tidak ada seorangpun yang mampu berkembang secara penuh
(fully developed) atau sebaliknya dibawah garis kematangan (under developed).
Dengan kata lain kematangan atau perkembangan bukanlah suatu konsep global,
melainkan sebuah konsep tentang tugas spesifik. Dalam hubungan ini seseorang
cenderung berada pada tingkat yang berbeda-beda yang tergantung atas fungsi,
atau tujuan tertentu yang ditugaskan kepada mereka.
D. GAYA
KEPEMIMPINAN
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses untuk mempengaruhi
kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok didalam usahanya untuk mencapai
tujuan pada suatu situasi tertentu. Dan gaya kepemimpinan adalah suatu pola
perilaku yang konsisten yang kita tunjukan dan sebagai yang diketahui oleh
pihak lain ketika kita berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.
Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari pihak lain untuk
mengenal kita sebagai pemimpin, gaya kepemimpinan kita atau kepribadian
kepimpinan kita. Pola umum yang biasanya terlibat antara perilaku yang
berorientasi pada tugas atau perilaku hubungan atau beberapa kombinasi dari
keduanya.Dua bentuk perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat dari
konsep kepemimpinan situasional.
Perilaku
tugas ialah suaatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan
peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkaan
kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan,
dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Perilaku
hubungan ialah suatu prilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara
hubungan-hubungan antarpribadi diantara dirinya dengan anggota-anggota kelompok
atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur komunikasi,
mendelegasdikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan
untuk menggunakan potensinya.
Orang yang berada dalam usaha pengaruh seseorang, ataun tepatnya seoarng bawahana yang setiap hari bekerja sama dengan pimpinannya mereka ankan memberikan reaksi dan penilaian terhadap pimpinannya sesuai dengan persepsi atas kenyataan yang dilihatnya bukan berdasarkan kemauan pimpinannya. Oleh karena itu bisa saja pemimpin beranggapan bahwa dirinya sangat hangat, berkawan, demokratis, adil / rapi, tapi kalau orang-orang yang berkerja sama dengannya melihat bahwa dia kerasv kepala, otokratis, mencari musuh, suka memihak, atau ceroboh, maka persepsi orang-orang tersebut akan menyatakan seperti yang dilihatnya tersebut.
Orang yang berada dalam usaha pengaruh seseorang, ataun tepatnya seoarng bawahana yang setiap hari bekerja sama dengan pimpinannya mereka ankan memberikan reaksi dan penilaian terhadap pimpinannya sesuai dengan persepsi atas kenyataan yang dilihatnya bukan berdasarkan kemauan pimpinannya. Oleh karena itu bisa saja pemimpin beranggapan bahwa dirinya sangat hangat, berkawan, demokratis, adil / rapi, tapi kalau orang-orang yang berkerja sama dengannya melihat bahwa dia kerasv kepala, otokratis, mencari musuh, suka memihak, atau ceroboh, maka persepsi orang-orang tersebut akan menyatakan seperti yang dilihatnya tersebut.
Setelah
diketahui du aspek pusat perilaku pemimpin yakni perilaku tugas dan hubungan
diatas, maka dapat kita simpulkan gaya kepemimpinan yang baik itu misalnya pada
suatu saat gaya tinggi tugas dan tinggi hubungan di pertimbangkan sebagai yang
terbaik sementara rendah tugas dan rendah hubungan dipertimbangkan sebagai gaya
yang terjelek.
Pemimpin-pemimpin yang brrhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif atau tidak efektif itu sangat tergantung akan gaya perilaku yang disesuaikan dengan situasi tertentu.
Pemimpin-pemimpin yang brrhasil adalah mereka yang bisa menyesuaikan perilaku dirinya sesuai tuntutan dari keunikan lingkungannnya. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif atau tidak efektif itu sangat tergantung akan gaya perilaku yang disesuaikan dengan situasi tertentu.
E. PENYESUAIAN
GAYA
Penyesuaian
gaya ini adalah suatu derajat perilaku pemimpin yang sesuai dengan kehendak
dari suatu lingkungan tertentu. Gaya ini dapat juga dinamakan keluwesan
(flexibility) gaya, karena dengan mudah perilaku pemimpin tersebut menyesuaikan
dengan lingkungan tertentu. Dengan demikian seorang pemimpin yang mempunyai
tingkat gaya (style range) yang sempit dapat efektif sepanjang periode waktu
tertentu asalkan pemimpin tersebut tetap berada pada situasi yang memungkinkan
gayanya mempunyai sukses yang besar. Sebaliknya, seseorang pemimpin yang
mempunyai tingkat gaya yang besar, bisa tidak efektif kalau gaya perilakunya
tidak sesuai dengan tuntutan situasi.
KEKUASAAN
DAN KEPEMIMPINAN
A.
PENGERTIAN KEKUASAAN
Pelopor
utama yang menggunakan istilah kekuasaan adalah sosiolog bernama max weber.dia
merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor
di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan
keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.walter nord merumuskan
kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran,energi dan dana
yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan
laiannya.russel mengartikan kekuasaan itu sebagai suatu produksi dari akibat
yang di inginkan.bierstedt mengatakan bahwa kekuasaan itu kemampuan untuk
mempergunakan kekuatan.
wrong
membatasi kekuasaan hanya pada suatu kontrol atas orang lain yang berhasil.dahl
mengatakan jika orang A mempunyai kekuasaan atas orag B , maka A bisa meminta B
untuk melaksanakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan B terhadap A.rogers
berusaha membuat jelas kekaburan istilah dengan merumuskan kekuasaan sebagai
suatu potensi dari suatu pengaruh,dengan demikian kekuasaan adalah suatu sumber
yang bisa atau tidak bisa untuk dipergunakan.penggunaan kekuasaan selalu
mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan
mengangkat suatu perubahan prilaku yang diinginkan.
Kepemimpinan
seperti yang dirumuskan didepan ialah suatu prosesuntuk mempengaruhi aktivitas-aktivitas
individu atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.
SUMBER DAN
BENTUK KEKUASAAN
Amitai
etziomi membahas bahwa sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan
jabatan(position power)dan kekuasaan pribadi(personal power).menurut etziomi
perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi prilaku.kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan
organisasi,pengaruh pribadi atau keduanya.seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi prilaku orang lain untuk melakukan kerja karena jabatan atau
organisasi yang dijabatnya.adapun seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para
pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi.kadang-kadang orang lain
mempunyai kedua-duanya kekuasaan jabatan dan pribadi.
Meskipun
kekuasaan jabatan dan pribadi merupakan hal yang penting dan bermanfaat untuk
menganalisa kekuasaan,akan tetapi pembagian seperti ini terbatas,sempit dan
tidak mampu mengurai lebih jauh.Sementara itu banyak usaha-usaha berikutnya
yang mencoba merincinya,seperti peabody membaginya atas empat kategori,yakni:
kekuasaan legitimasi(undang-undang,peraturan dan kebijakan),kekuasaan
jabatan,kekuasaan kompetensi(keahlian teknis dan profesional)dan kekuasaan pribadi.
French dan
raven membagi lima sumber kekuasaan yakni :
1. Kekuasaan
paksaan(coercive power),kekuasaan ini berdasarkan atas rasa takut,sumber
kekuasaan diperoleh dari rasa takut.pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini
mempunyai kemampuan untuk mengenakan hukuman,dampratan atau pemecatan.
2. Kekuasaan
legitimasi(legitimate power),kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang
oleh pemimpin.secara normal,semakin tinggi posisi seorang pemimpin,maka semakin
besar kekuasaan legitimasinya.pemimpin yang tinggi legitimasinya mempunyai
kecenderungan untuk mempengruhi orang lain,karena pemimpin tersebut merasakan
bahwa ia mempunyai hak atau wewenang yang diperoleh dari jabatan dalam
organisasinya.
3. Kekuasaan
keahlian(expert power)kekuasaan ini bersumber dari keahlian,kecakapan,atau
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa
hormat dan pengaruhnya terhadap orang lain.seorang pemimpi yang tinggi
kekuasaan keahlian nya ini,keliatannya mempunyai keahlian untuk memberikan
fasilitas terhadap prilaku kerja orang lain.
4. Kekuasaan
penghargaan(reward power),kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk
menyediakan penghargaan atau hadiah bagi orang lain,misalnya gaji,promosi atau
penghargaan jasa.
5. Kekuasaan
referensi(referant power),kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat pribadi dari
seorang pemimpin,seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya ini pada
umumnya disenangi dan dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya.
6. Kekuasaan
informasi(information power) kekuasaan ini bersumber karena adanyaakses
informasi yang dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh
pengikutnya.
7. Kekuasaan hubungan(connection power).kekuasaan
ini bersumber pada hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan orang-orang
penting dan berpengaruh baik diluar atau di dalam organisasi.
Walaupun
ketujuh sumber kekuasaan ini secara potensial tersedia pada setiap pemimpin
sebagai sarana untuk meyakinkan atau mempengaruhi prilaku lain,akan tetapi
penting pula dicatat bahwa terdapat variasi perbedaan dalam kekuasaan yang
dimiliki sebenarnya oleh pemimpin tersebut.Sumber-sumber kekuasaan yang relevan
pada tingkat kematangan dibawah rat ialah kekuasaan yang berasal dari
organisasi atau jabatan pemimpin dalam organisasi tersebut.adapun sumber
kekuasaan yang dipergunakan untuk mempengaruhi orang-orang atau pengikut yang
berada pada timgkat kematanagan rata-rata (M3 ke M4) adalah diterima berasal
dari orang-orang yang dipengaruhi oleh pemimpin tersebut.
KONFLIK DAN KEPEMIMPINAN
Istilah
konflik akan membawa suatu kesan dalam pikiran seseorang bahwa dalam kesan
dalam pikiran seseorang bahwa dalam hal tertentu terdapat suatu
pertikaian.pertentangan antara beberapa orang atau kelompok orang-orang,tidak
adanya kerja sama,perjuangan satu pihak untuk melawan pihak lainnya,atau suatu
proses yang berlawanan (opposition process)
Sebagaimana
disadari bersama bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
berikut :
a) Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan yang bersaing
b) Beraneka
macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan
itu terlahirkan.
c) Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
d) Terdapatnya
baik aspek-aspek yang positif dan negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang
diinginkan
A. KONFLIK
ANTAR PRIBADI
Konflik
antar pribadi terjadi jika dua orang atau lebih berinteraksi satu sama lain
dalam melaksanakan pekerjaan.joe kelly mencatat,bahwa situasi konflik yang
tidak bisa dihindari adalah keadaan-keadaan seperti ini : paling sedikit dua
orang yang mempunyai pandangan-pandangan yang tidak bisa disatukan,orang-orang
yang tidak bisa bertoleransi dari sesuatu yang bermakna ganda,seseorang yang
mengabaikan kenikmatan dari indahnya bayang bayang kelabu,dan seseorang yang
dengan cepatnya suka menarik suatu konklusi.
Johari window,salah satu kerangka yang semakin terkenal untuk menganalisis dinamika interaksi antara diri seseorang dengan orang lain ialah johari window.model ini dapat pula dipergunakan untuk menganalisis konflik antar pribadi.
Johari window,salah satu kerangka yang semakin terkenal untuk menganalisis dinamika interaksi antara diri seseorang dengan orang lain ialah johari window.model ini dapat pula dipergunakan untuk menganalisis konflik antar pribadi.
Berikut
ringkasan empat sel dari johari window :
1. Membuka diri
(open self).dalam bentuk interaksi ini seseorang mengetahui tentang dirinya dan
tentang diri orang lain.dalam hal ini pada umumnya terdapat keterbukaan,kerja
sama dan sedikit alasan untuk menjadi bertahan.bentuk hubungan antar pribadi
seperti ini akan cenderung menyababkan sedikit(kalau ada)konflik antar pribadi.
2. Menutup
diri(hidden self).dalam situasi seperti ini seseorang mengerti dan memahami
dirinya sendiri akan tetapi mengetahui tentang diri orang lain.hasilnya ialah
seseorang tersebut akan tetap tertutup dari orang lain,karena rasa takut
bagaimana kalau orang lain itu beraksi.
3. Membutakan
diri(blind self).dalam situasi ini seseorang mengetahui diri orang lain akan
tetapi tidak mengetahui diri sendiri.orang ini kemungkinan tidak berniat
menyakiti orang lain,dan sebenarnya orang lain dapat pula memberitahukan
kepadanya akan tetapi takut kalau menyinggung perasaannya.
4. Tidak
menemukan diri(undiscovered self).situasi seperti ini merupakan potensi situasi
yang paling eksplosif.seseorang tidak mengetahui dirinya dan diri orang lain.
B. STRATEGI PEMECAHAN KONFLIK ANTAR
PRIBADI
Strategi dasar menurut hasilnya
dapat disebut :
• Sama-sama merugi(lose-lose)
Yaitu bahwa
kedua pihak yang sedang konflik sama-sama merugi atau sama-sama
kehilangan.pendekatan ini dilakukan beberapa bentuk.pertama ialah pendekatan
yang amat populer yakni kompromi atau mengambil jalan tengah dari persoalan
yang dipertengkarkan,kedua memberikan perhatian salah satu dari pihak-pihak
yang konflik,pendekatan ketiga ialah mempergunakan pihak ketiga di luar
pihak-pihak yang konflik,yang terakhir ialah menggunakan peraturan yang ada
untuk memcahkan persoalan yang menjadikan konflik trsebut.
• Kalah menang(winlose)
Yaitu dalam
situasi konflik akan berusaha untuk memaksakan kekuatannya untuk menang,dan
mengalahkan pihak lain.berikut ini adalah ringkas-ringkas ciri-ciri dari
situasi kalah menang ini:
ü Terdapat perbadaan yang jelas
antara kami-mereka di antara pihak-pihak yang konflik
ü Pihak-pihak yang konflik langsung saling mengerahkan energinya untuk menciptakan suatu suasana kemenangan dan kekalahan
ü Pihak-pihak yang konflik langsung saling mengerahkan energinya untuk menciptakan suatu suasana kemenangan dan kekalahan
ü Pihak-pihak yang konflik melihat
persoalan dari pandangannya masing-masing
ü Penekanan yang diutamakan ialah pada pemecahan persoalan,bukannya untuk pencapaian tujuan,cita-cita,atau haluan.
ü Penekanan yang diutamakan ialah pada pemecahan persoalan,bukannya untuk pencapaian tujuan,cita-cita,atau haluan.
üKonflik bersifat pribadi dan
penilaian(personalized and judgmental)
ü Tidak terdapat perbedaan dari
proses kegiatan-kegiatan dari suatu sekuen yang terencana.
ü Pihak-pihak konflik seringkali menggunakan pandangan jalan pintas dari persoalan-persoalan yang ada.
ü Pihak-pihak konflik seringkali menggunakan pandangan jalan pintas dari persoalan-persoalan yang ada.
• Sama-sama beruntung(win-win)
Strategi
pemecahan konflik menang-menang ini barangkali sesuai dengan
keinginan-keinginan manusia dan organisasi.energi dan kreativitas lebih banyak
ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah dibandingan dengan untuk mengalahkan
pihak lain.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelemahan:
Dalam
kepemimpinan atau dalam berorganisasi, manajemen diperlukan sebagai upaya
kegiatan bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien. Maka manajemen perlu
dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsinya atau yang dikenal dengan fungsi
manajemen fungsi tersebut tidak dikemukkan dalam buku ini. Didalam buku
Pengantar Manajemen oleh Ernie Tisnawati
sule & Kurniawan Saefullah,menjelaskan secara rinci fungsional manajemen
itu.diantaranya adalah perencanaan atau planning, pengorganisasian atau
organizing, pengimplementasian atau directing, pengendalian dan pengawasan atau
controling.
Manajemen
dalam kepemimpinan organisasi yang efektif mencakup motivasi kepada
karyawannya. Didalam buku toha miftah Manajemen dalam Kepemimpinan tidak
menuliskan kebutuhan karyawan untuk memotivasi manajernya atau sebaliknya.
Dalam buku Pengantar Bisnis yang di tulis oleh Widiyono dan Mukhaer Pakkanna
dijelaskan mengenai motivasi kepemimpinan dan hubungan industrial. Didalamnya
menjelaskan tentang cara memotivasi, pendorong motivasi, dan juga menjadi
motivator yang baik.menjadi seorang pemimpin dan karyawan sangat membutuhkan
itu.
B.
KEUNGGULAN
Pemimpin yang
otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan tidak
memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Kepemimpinan seperti ini cenderung
memberikan perhatian individual ketika memberikan pujian dan kritik, tetapi
berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan berkawan dibandingkan dengan
bermusuhan secara terbuka.
Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Peminpin ini mencoba untuk bersikap obyektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Peminpin ini mencoba untuk bersikap obyektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
Adapun
pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada
kelompok. Pemimpin semacam ini pada hakikatnya tidak memberikan contoh-contoh
kepemimpinan.
Buku
toha miftah dapat menjelaskan peranan manajemen dan gambarannya sesuai dengan
yang diinginkan pembaca .memaparkan teori-teori kepemimpinan dengan jelas dan
akurat. Buku ini juga memaparkan pendekatan sosial learning dalam kepemimpinan.
Karena Penekanan pendekatan social learning ini dan yang
dapat memberikannya dari pendekatan-pendekatan lainnya, ialah terletak pada
peranan perilaku kepemimpinan , kelangsungan, dan interaksi timbale balik
diantara semua variable-variabel yang ada. Aplikasi dari kepemimpinan ini
secara lebih spesifik ialah bawahan secara aktif ikut terlibat dalam proses
kegiatan organisasi, dan bersama-sama dengan pimpinan memusatkan pada
perilakunya sendiri dan perilaku lainnya, beserta memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan lingkungan dan kognisi-kognisi yang memperantarakan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar merekamau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat ditangkap suatu
pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, maka di sini kegiatan kepemimpinan itu telah dimulai.
Pengaruh dan kekuasaan dariu seseorang pemimpin mulai tampak relevansinya.
Demikian pula peranan pemimpin di dalam mengatasi konflik. Itulah sebabnya buku
ini membicarakan ketiganya.
Membicarakan
kepemimpinan dapat dimulai dari mana saja. Di sini saya memulainya dari sudut
pandangan ilmu perilaku sosial organisasi yang diutarakan oleh para tokoh yang
include. Karena itu seringkali kepemimpinan dipertautkan dengan manajemen.
Dalam
hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal yang biasanya dilakukan
olehnya terhadap pengikut, yakni : perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.
Perilaku mengarahkan hanya dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku
mendukung diartikan dalam komunikasi dua arah.
Oleh karena
fungsi kepemimpinan yang lazim ialah membuat keputusan, dengan gaya
kepemimpinan tersebut akan tampak jika dipraktekkan dalam hal melakukan
pembuatan keputusan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah atau pembuatan
keputusan dipegang bergantian antara pemimpin dan bawahannya, sehingga
penampilan, bobot, dan perilakunya disenangi dan diterima oleh bawahannya.
Bawahan menyukainya dan menganggapnya sebagai sumber informasi, dan tempat
bertanya. Pemimpin sering mendiskusikan masalah bersama-sama bawahan, sehingga
tercapai kesepakatan. Pembuatan keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber
kekuasaan yang ada padanya kekuasaan keahlian dan informasi.
Demikianlah inti pokok pembicaraan kepemimpinan dalam hubungannya dengan kekuasaan. Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan kekuasaan mempunyai relevansi yang sukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi pengaruh dari seorang pemimpin.
Demikianlah inti pokok pembicaraan kepemimpinan dalam hubungannya dengan kekuasaan. Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan kekuasaan mempunyai relevansi yang sukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi pengaruh dari seorang pemimpin.
Konflik
merupakan persoalan yang acapkali timbul dalam organisasi. Ada konflik
organisasi. Masing-masing konflik tersebut mempunyai cara-cara tersendiri
dalampemecahannya. Buku ini secara selintas memperlengkapi pemimpin dalam
mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi yang dipimpinnya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda