JURNAL MIKROBIOLOGI II
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana saja,
hamper disetiap tempat. Bahkan benda benda, air minuman, makanan sehari-hari
yang kita anggap sudah steril dan bersih. Setelah diteliti lagi ternyata masih
banya terdapat mikroorganisme didalamnya. Keadaan mikroorganisme ini tentu saja
ada yang membahayakan dan juga tidak.
Penyelidikan
suatu spesies mikroorganisme selalu didasarkan atas sifat biakan murni dari
spesies mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat memisahkan kegiatan
mikroorganisme yang satu dengan yang lain atau yang memelihara mikroorganisme
secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium yang steril.
(Muhiddin,2007)
Media tumbuh bagi mikroba memiliki
keraaman dalam hal tipe nutrisi tergantung pada
mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrient bias berasal dari alamiah
maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media yang digunakan disterikan
sebelum dipakai. Tingkat keasaman (PH) dalam suatu mediu perlu disesuaikan dan ditentukan dalam nilai
optimum bagi pertumbuhan mikroba (Putri,2010).
Sterilisasi
dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapapun. Tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan
keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan dalam setempat (insitu) oleh
panas kalor, gas-gas seperti Formaldehide, etilnoksida, atau betaprolakton oleh
beberapa macam-macam larutan kimia. Mikroorganisme juga dapat di singkirkan
secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto,2006)
Medium
ialah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (Zat makanan) yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba termasuk bakteri pathogen makanan. Selain itu
menumbuhkan mikroba medium dapat
digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah mikroba (Khaeruni dan Satrah,2014)
Medium harus mengandung nutrient yang
merupakan subtansi dengan berat molekul yang rendah dan mudah larut dalam air.
Nutrient ini adalah degradasi dari nutrient dengan molekul yang kompleks.
Nutrient dalam medium harus memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang meliputi air,
karbon, energi, mineral dan tumbuh (Label,2008).
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari percobaan ini antara lain :
1. Bagaimana
cara melakukan sterilisasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan
mikrobiologi dalam metode yang tepat?
2. Bagaimana
cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme?
3. Bagaimana
cara melakukan teknik kerja aseptic?
1.3
Tujuan
Percobaan
Setelah
mengikuti percobaan ini, mahasiswa Program Studi Sarjana (S-1) Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia memiliki ketrampilan untuk :
1. Melakukan
sterilisasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi
dengan metode yang tepat.
2. Membuat
media pertumbuhan mikroorganisme
3. Melakukan
teknik kerja aseptic
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Steril
adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun
dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung
yang kuat)
Sterilisasi
dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat pada/di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan biocidal
agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme (Dwidjoseputro.1978)
Sediaan farmasi yang perlu
disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan
sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth., cuci mata / Collyrium
dan salep mata / Oculenta.
Mikroorganisme
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium.
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme
tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme
yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang
sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon
organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium
yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan
kompleks lainnya (Pratiwi Sylvia T.2008)
Kelangsungan
hidup dan pertumbuhan mikroorganisme tergantung pada nutrisi yang tersedia dan
lingkungan pertumbuhan yang menguntungkan. Di dalam laboratorium,persiapan gizi
yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme disebut media (tunggal,
sedang) (Prescott, 2002). Media dapat digolongkan berdasarkan bentuk, susunan
kimianya, dan fungsinya. Berdasarkan bentuknya terdiri dari media padat, media
semi padat, dan media cair. Bahan makanan yang dbutuhkan mikroorganisme dibagi
menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen. (Pratiwi Sylvia
T.2008)
Ada
beberapa Jenis- jenis medium yaitu :
a.
Medium
cair
Medium
cair yang biasanya digunakan adalah kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Dalam
1 liter air-murni ditambahkan 3gram kaldu daging lembu dan 5 g pepton. Pepton
ialah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada
putih telur.kemudian pHnya ditentukan 6,8-7, jadi sedikit asam atau netral, keadaan
yang demkian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Lalu kemudian disaring dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer di sumbat dengan kapas dan dimasukkan kedalam
autoklaf untuk disterilisasi.
b.
Medium
kental (padat)
Medium
dari kaldu dicampur dengan sedikit agar-agar. Setelah medium di sterilisasi dan
didinginkan maka diperoleh medium yang padat. Dapat pula digunakan gelatin
sebagai pengental. Agar-agar mencair pada suhu 95oC sedangkan gelatin pada sudu
23oC dengan demikian gelatin perlu disimpan pada temperatur yang lebih dingin.
Agar-agar ialah sebagai pengental dan bukan makanan bagi bakteri dan gelatin
dapat diencerkan oleh enzim-enzim bakteri.
c.
Medium
yang diperkaya
Kebanyakn
bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti yang disebut di atas. Tetapi
bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycobacterium tuberculosis,
Diplococus pneumoniae, dan Nesseria gonorrhoae memerlukan zat makanan tambahan
berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi.
d.
Medium
yang kering
Untuk
menyiapkan medium kering, diambil beberapa gram serbuk kering tersebut untuk
dilarutkan dalam seian liter air dan kemudian larutan disterilkan. Penentuan pH
tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan
serbuk.
e.
Medium
yang sintetik
Medium
sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu yang mengandung zat
karbon dan nitrogen. Bakteri autotrof dapat hidup dalam medium ini. Bakteri
saprofit dapat juga di piara dalam medium ini asalkan kepada medium ini
ditambahkan natrium sitrat dan natrium amonium fosfat, yang pertama merupakan
sumber nitrogen. Medium ini buatan Koser dan medium ini berguna untuk
membedakan Aerobacter aerogenes dari Escherichia coli yang pertama dapat hidup
dalam medium ini, sedangkan yang ke kedua tidak (Irianto koes.2006)
Cara - Cara Sterilisasi Menurut
FI.ed.IV.
1.
Sterilisasi
uap
Adalah proses
sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15 menit
pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang
disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak
dilakukan.
Alat :Disebut
otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat
dengan tutup yang berat, mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air
beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara, klep pengaman.
Cara bekerja :Otoklaf
dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran udara
pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar
dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung
pipa karet dalam air.Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan
dimasukkan sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup
dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep
pengaman supaya tekanan stabil.Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan
dingin hingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini
lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih
tinggi.
2.
Sterilisasi
panas kering
Sterilisasi
cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang
dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana
sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi
pada suhu tidak kurang dari 250o .
Alat
:Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer
dan lubang tempat keluar masuknya udara,
dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.
Bahan
/ alat yang dapat disterilkan dengan
cara kering . Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur,
erlemeyer, botol-botol, corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak
lemak, vaselin).
3.
Sterilisasi
gas
Bahan
aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas
inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar,
bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.Pemilihan untuk menggunakan
sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang
akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau
panas kering.Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang
didesain seperti pada otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu
keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah
terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling
dalam dari produk yang disterilkan.
4.
Sterilisasi
dengan radiasi ion
Ada
2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio
aktif, misalnya Cobalt 60.Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat
jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga
dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan
dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad
(Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat
diterima penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan
bentuk sediaan akhir.Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan
terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang keamanan etilen oksida.
Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang
dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit
5.
Sterilisasi
dengan penyaringan
Sterilisasi
larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya
dapat dipisahkan secara fisika.Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu
matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak
permeable. Efektivitas penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada
ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme
pengayakan.Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus
dihindari penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa digunakan.Ukuran
porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm – 0,45 mm tergantung
pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini adalah
selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik,
polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran
logam.Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam
wadah steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik (Depkes RI. 1979.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta)
Keuntungan cara ini :
o
Digunakan untuk bahan obat yang tidak
tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
o
Dapat dilakukan dengan cepat, terutama
untuk pembuatan kecil-kecilan.
o
Semua mikroba hidup atau mati dapat
disaring dari larutan, virus jumlahnya dikurangi.
o
Penyaring dapat bersifat adsorpsi,
sebagian besar virus dapat diadsorpsi
Kerugian cara ini :
o
Masih diperlukan zat bakterisida.
o
Hanya dapat digunakan untuk pembawa
berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa minyak.
o
Beberapa jenis penyaring dapat
mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya kecil.
o
Beberapa penyaring sukar dicuci :
porselin, Keiselguhr.
o
Beberapa penyaring bersifat alkalis
(Seitz filter) dan penyaring dari asbes melepaskan asbes ke dalam larutan.
o
Filtrat yang diperoleh belum bebas dari
virus.
Cara-cara menyaring :
a.
Dengan tekanan positip : larutan dalam
penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar.
b.
Dengan tekanan negatip : larutan dalam
penyaring diisap (penampung di vakumkan).
Udara
yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2)
yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang
dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
a.
Dengan menyedot air bersih berlawanan
dengan cara penyaringan atau larutan HCl panas lalu dibilas.
b.
Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur ,
karena pH 8,5)
Penyaring
bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau
secara kimiawi aseptik (Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta)
BAB
III
METODE
PERCOBAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
1.
Labu Erlenmeyer
2.
Tabung reaksi
3.
Mat pipet
4.
Cawan petri
5.
Gelas ukur
6.
Gelas beaker
7.
Kapas
8.
Tali pengikat
9.
Kain kasa
10. Pinset
11. Jarum
ose
12. Batang
pengaduk
13. Oven
14. Autoclaf
3.1.2
Bahan
1.
Nutrient agar (NA)
2.
Potato dextrose Agar (PDA)
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1
Sterilisasi
Alat
1.
Tabung reaksi, erlenmeyar dan cawan
petri dibungkus kertas perkamen lalu diikat dengan tali pengikat
2.
Sterilisasi dengan autoclave 1210C,20
menit
3.
Keringkan alat-alat didalam oven
3.2.2
Pembuatan
media
3.2.2.1 Nutrient Agar (NA)
1.
Timbang NA sebanyak 7 gram mengunakan
neraca/timbangan
2.
Larutkan NA kedlam 250 ml aquadest
3.
Larutkan agar kedalam 250 ml aquadest
sambil terus diaduk sampai homogen dan panaskan diatas hot plate stirrer
4.
Setelah mendidih, tunggu beberapa saat
sampai larutan menjadi dingin
5.
Kemudian dinginkan media dilemari
pendingin
6.
Tuangkan secara aseptis dalam laminar
flow untuk membuat media tegak maupun miring.
3.2.2.2 Potato Dextrose Agar (PDA)
1.
Timbang PDA sebanyak 9 gram menggunakan neraca/timbangan
2.
Larutkan PDA kedalam 250 ml aquadest kedalam
Erlenmeyer 250 ml
3.
Larutkan agar kedalam 250 ml aquadest
sabil terus diaduk sampai homogen dan panaskan diatas hot plate stirrer
4.
Setelah mendidih, tunggu beberapa saat
sampai larutan menjadi dingin
5.
Kemudian dinginkan media ke lemari
pendingin
6. Tuangkan
secara aseptis dalam laminar flow untuk membuat media tegak ataupun miring
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh antara lain :
1.
Metode sterilisasi yang digunakan adalah
sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven pada suhu 1800C
2.
Media NA yang dibuat berwarna kuning tua
pekat
3. Media
PDA yang terbentuk berwarna kuning keruh
4.2 Pembahasan
Sterilisasi dan penyiapan media adalah
salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian tentang
mikroorganisme.Sebab kedua factor ini adalah kunci utama kesuksesan dalam tahap
pengamatan. Kita ketahui dalam alam semesta ini banayak sekali bertebaran
mikroorganisme, mereka hamper terdapat disemua tempat, tidak heran jika kita
terkontaminasi dengan mikroorganisme meskipun kita menganggap itu udah steril.
Pada praktikum kali ini kita menggunakan
berbagai macam persiapan media adalah media NA dan PDA. Masing-masing media ini
akan disterilkan kemudian ditambahkan mikroba didalamnya.
Nutrient agar adalah medium umum untuk uji
air dan produk dairy. NA juga digunakan
untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam arti mikroorganisme heterotrof, serta digunakan dalam prosedur
bakteorologi seperti uji biasa dalam air, sewage, produk pangan, untuk membawa
stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri untuk mengisolasi
organism dalam kultur murni, didalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber
karbohidrat sehingga baik digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang
tidak dapat tumbuh dengan baik. Media ini merupakan media sederhana yag dibuat
dari 0,3% ekstrak daging sapi, 0,5% pepton, 5 gr NaCL, 1 liter air destilat,
dan 15 gr/liter agar.
PDA
(Potato Dextrose Agar) merupakan media komplek dan media diferisiansi untuk
pertumbuhan jamur dan yeast sehigga sering digunakan sebagai uji untuk
menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan
sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan dihitung. Selain itu PDA
(Potato Dextrose Agar ) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi
dari kapang serta khamir pada bahan makanan dan bahan yang lainnya. PDA
mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak
kentang dan 2% glukosa sehigga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi
kurang baik untuk bakteri.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Sterilisasi adalah penghilangan
mikroorganisme untuk menjaga kemurnian suatu kerja mikrobiologi agar diperoleh
hasil yang sesuai
2.
Medium yang dibuat yaitu medium Nutrient
Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA)
3.
Media untuk pertumbuhan mikroorganisme
haruslah steril. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kontaminasi dan
menggangu prtumbuhan mikroorganisme didalamnya sehingga akan menurunkan
kualitas hasil dari percobaan. Mikroba kontaminasi akan mendominasi media dan
menyerap nutrisi yang ada pada media sehingga mikroba biakan akan mati
5.2 Saran
Saran saya dalam
praktikum ini adalah agar para praktikan lebih memperhatikan arah dari asisten
sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda