Selasa, 04 Juli 2017

JURNAL MIKROBIOLOGI II



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana saja, hamper disetiap tempat. Bahkan benda benda, air minuman, makanan sehari-hari yang kita anggap sudah steril dan bersih. Setelah diteliti lagi ternyata masih banya terdapat mikroorganisme didalamnya. Keadaan mikroorganisme ini tentu saja ada yang membahayakan dan juga tidak.
     Penyelidikan suatu spesies mikroorganisme selalu didasarkan atas sifat biakan murni dari spesies mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat memisahkan kegiatan mikroorganisme yang satu dengan yang lain atau yang memelihara mikroorganisme secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium yang steril. (Muhiddin,2007)
Media tumbuh bagi mikroba memiliki keraaman dalam hal tipe nutrisi tergantung pada  mikroba yang mengimbanginya. Sumber nutrient bias berasal dari alamiah maupun buatan seperti campuran zat-zat kimiawi. Media yang digunakan disterikan sebelum dipakai. Tingkat keasaman (PH) dalam suatu mediu  perlu disesuaikan dan ditentukan dalam nilai optimum bagi pertumbuhan mikroba (Putri,2010).
     Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapapun. Tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan dalam setempat (insitu) oleh panas kalor, gas-gas seperti Formaldehide, etilnoksida, atau betaprolakton oleh beberapa macam-macam larutan kimia. Mikroorganisme juga dapat di singkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Irianto,2006)
     Medium ialah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (Zat makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termasuk bakteri pathogen makanan. Selain itu menumbuhkan mikroba  medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba (Khaeruni dan Satrah,2014)
Medium harus mengandung nutrient yang merupakan subtansi dengan berat molekul yang rendah dan mudah larut dalam air. Nutrient ini adalah degradasi dari nutrient dengan molekul yang kompleks. Nutrient dalam medium harus memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan tumbuh (Label,2008).
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini antara lain :
1.      Bagaimana cara melakukan sterilisasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi dalam metode yang tepat?
2.      Bagaimana cara membuat media pertumbuhan mikroorganisme?
3.      Bagaimana cara melakukan teknik kerja aseptic?
1.3    Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini, mahasiswa Program Studi Sarjana (S-1) Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia memiliki ketrampilan untuk :
1.      Melakukan sterilisasi peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi dengan metode yang tepat.
2.      Membuat media pertumbuhan mikroorganisme
3.      Melakukan teknik kerja aseptic












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat pada/di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Dwidjoseputro.1978)
              Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth., cuci mata / Collyrium dan salep mata / Oculenta.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Pratiwi Sylvia T.2008)
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme tergantung pada nutrisi yang tersedia dan lingkungan pertumbuhan yang menguntungkan. Di dalam laboratorium,persiapan gizi yang  digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme disebut  media (tunggal, sedang) (Prescott, 2002). Media dapat digolongkan berdasarkan bentuk, susunan kimianya, dan fungsinya. Berdasarkan bentuknya terdiri dari media padat, media semi padat, dan media cair. Bahan makanan yang dbutuhkan mikroorganisme dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen. (Pratiwi Sylvia T.2008)
            Ada beberapa Jenis- jenis medium yaitu :
a.      Medium cair
Medium cair yang biasanya digunakan adalah kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Dalam 1 liter air-murni ditambahkan 3gram kaldu daging lembu dan 5 g pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur.kemudian pHnya ditentukan 6,8-7, jadi sedikit asam atau netral, keadaan yang demkian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Lalu kemudian disaring dan dimasukkan kedalam erlenmeyer di sumbat dengan kapas dan dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi.
b.      Medium kental (padat)
Medium dari kaldu dicampur dengan sedikit agar-agar. Setelah medium di sterilisasi dan didinginkan maka diperoleh medium yang padat. Dapat pula digunakan gelatin sebagai pengental. Agar-agar mencair pada suhu 95oC sedangkan gelatin pada sudu 23oC dengan demikian gelatin perlu disimpan pada temperatur yang lebih dingin. Agar-agar ialah sebagai pengental dan bukan makanan bagi bakteri dan gelatin dapat diencerkan oleh enzim-enzim bakteri.
c.       Medium yang diperkaya
Kebanyakn bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti yang disebut di atas. Tetapi bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycobacterium tuberculosis, Diplococus pneumoniae, dan Nesseria gonorrhoae memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung fibrinogen lagi.
d.      Medium yang kering
Untuk menyiapkan medium kering, diambil beberapa gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam seian liter air dan kemudian larutan disterilkan. Penentuan pH tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk.


e.       Medium yang sintetik
Medium sintetik berupa ramuan-ramuan zat anorganik yang tertentu yang mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri autotrof dapat hidup dalam medium ini. Bakteri saprofit dapat juga di piara dalam medium ini asalkan kepada medium ini ditambahkan natrium sitrat dan natrium amonium fosfat, yang pertama merupakan sumber nitrogen. Medium ini buatan Koser dan medium ini berguna untuk membedakan Aerobacter aerogenes dari Escherichia coli yang pertama dapat hidup dalam medium ini, sedangkan yang ke kedua tidak (Irianto koes.2006)
Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.
1.        Sterilisasi uap
Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.
Alat :Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat  dengan tutup yang berat, mempunyai lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara, klep pengaman.
Cara bekerja :Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran udara pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar dari bagian bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung pipa karet dalam air.Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.
2.        Sterilisasi panas kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250o .
Alat :Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan lubang tempat  keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.
Bahan / alat yang dapat  disterilkan dengan cara kering . Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong), bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
3.        Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau panas kering.Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.
4.        Sterilisasi dengan radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Digunakan isotop radio aktif, misalnya Cobalt 60.Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit


5.        Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisika.Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas penyaring media atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan.Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus dihindari penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif  lain yang mungkin bisa digunakan.Ukuran porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 mm – 0,45 mm tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptik (Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta)



Keuntungan cara ini :
o   Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
o   Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.
o   Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya dikurangi.
o   Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi
Kerugian cara ini :
o   Masih diperlukan zat bakterisida.
o   Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa minyak.
o   Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya kecil.
o   Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.
o   Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes melepaskan asbes ke dalam larutan.
o   Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

Cara-cara menyaring :
a.       Dengan tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih besar dari udara luar.
b.      Dengan tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).
Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2) yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
a.       Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl panas lalu dibilas.
b.      Memasak dalam larutan Na-karbonat  2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena  pH 8,5)
Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau secara kimiawi aseptik (Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta)







BAB III
METODE PERCOBAN
3.1    Alat dan Bahan
3.1.1        Alat
1.      Labu Erlenmeyer
2.      Tabung reaksi
3.      Mat pipet
4.      Cawan petri
5.      Gelas ukur
6.      Gelas beaker
7.      Kapas
8.      Tali pengikat
9.      Kain kasa
10.  Pinset
11.  Jarum ose
12.  Batang pengaduk
13.  Oven
14.  Autoclaf
3.1.2        Bahan
1.      Nutrient agar (NA)
2.      Potato dextrose Agar (PDA)
3.2    Prosedur Percobaan
3.2.1        Sterilisasi Alat
1.      Tabung reaksi, erlenmeyar dan cawan petri dibungkus kertas perkamen lalu diikat dengan tali pengikat
2.      Sterilisasi dengan autoclave 1210C,20 menit
3.      Keringkan alat-alat didalam oven
3.2.2        Pembuatan media
3.2.2.1  Nutrient Agar (NA)
1.      Timbang NA sebanyak 7 gram mengunakan neraca/timbangan
2.      Larutkan NA kedlam 250 ml aquadest
3.      Larutkan agar kedalam 250 ml aquadest sambil terus diaduk sampai homogen dan panaskan diatas hot plate stirrer
4.      Setelah mendidih, tunggu beberapa saat sampai larutan menjadi dingin
5.      Kemudian dinginkan media dilemari pendingin
6.      Tuangkan secara aseptis dalam laminar flow untuk membuat media tegak maupun miring.
3.2.2.2  Potato Dextrose Agar (PDA)
1.      Timbang PDA  sebanyak 9 gram menggunakan neraca/timbangan
2.      Larutkan PDA kedalam 250 ml aquadest kedalam Erlenmeyer 250 ml
3.      Larutkan agar kedalam 250 ml aquadest sabil terus diaduk sampai homogen dan panaskan diatas hot plate stirrer
4.      Setelah mendidih, tunggu beberapa saat sampai larutan menjadi dingin
5.      Kemudian dinginkan media ke lemari pendingin
6.      Tuangkan secara aseptis dalam laminar flow untuk membuat media tegak ataupun miring











BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
    Adapun hasil yang diperoleh antara lain :
1.      Metode sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven pada suhu 1800C
2.      Media NA yang dibuat berwarna kuning tua pekat
3.      Media PDA yang terbentuk berwarna kuning keruh
4.2 Pembahasan
     Sterilisasi dan penyiapan media adalah salah satu proses yang sangat penting dalam penelitian tentang mikroorganisme.Sebab kedua factor ini adalah kunci utama kesuksesan dalam tahap pengamatan. Kita ketahui dalam alam semesta ini banayak sekali bertebaran mikroorganisme, mereka hamper terdapat disemua tempat, tidak heran jika kita terkontaminasi dengan mikroorganisme meskipun kita menganggap itu udah steril.
  Pada praktikum kali ini kita menggunakan berbagai macam persiapan media adalah media NA dan PDA. Masing-masing media ini akan disterilkan kemudian ditambahkan mikroba didalamnya.
  Nutrient agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan  untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam arti mikroorganisme heterotrof, serta digunakan dalam prosedur bakteorologi seperti uji biasa dalam air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri untuk mengisolasi organism dalam kultur murni, didalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber karbohidrat sehingga baik digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang tidak dapat tumbuh dengan baik. Media ini merupakan media sederhana yag dibuat dari 0,3% ekstrak daging sapi, 0,5% pepton, 5 gr NaCL, 1 liter air destilat, dan 15 gr/liter agar.
PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan media komplek dan media diferisiansi untuk pertumbuhan jamur dan yeast sehigga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan dihitung. Selain itu PDA (Potato Dextrose Agar ) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta khamir pada bahan makanan dan bahan yang lainnya. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehigga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk bakteri.















BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
1.      Sterilisasi adalah penghilangan mikroorganisme untuk menjaga kemurnian suatu kerja mikrobiologi agar diperoleh hasil yang sesuai
2.      Medium yang dibuat yaitu medium Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA)
3.      Media untuk pertumbuhan mikroorganisme haruslah steril. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kontaminasi dan menggangu prtumbuhan mikroorganisme didalamnya sehingga akan menurunkan kualitas hasil dari percobaan. Mikroba kontaminasi akan mendominasi media dan menyerap nutrisi yang ada pada media sehingga mikroba biakan akan mati
5.2  Saran
Saran saya dalam praktikum ini adalah agar para praktikan lebih memperhatikan arah dari asisten sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.









0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda