MAKALAH komitmen organisasi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang
membulatkan hati, bertekad berjerih payah, berkorban, dan bertanggung jawab
demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah
disepakati atau ditentukan sebelumnya. Komitmen memiliki peranan penting
terutama pada kinerja seseorang ketika bekerja, hal ini disebabkan oleh adanya
komitmen yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat mereka lebih
bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
Namun, kenyataanya banyak organisasi atau perusahaan
yang kurang memperhatikan mengenai komitmen karyawannya sehingga kinerja mereka
kurang maksimal. Seharusnya organisasi atau perusahaan ketika melakukan
perekrutan hendanya mereka memilih calon – calon yang komitmennya tinggi pada
perusahaan, ini dimaksudkan untuk mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang
maksimal sehingga tidak terjadi hal yang dapat merugikan perusahaan atau
organisasi. Melihat begitu pentingnya komitmen, maka kami akan membahasa lebih
jauh mengenai komitmen dalam makalah.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian komitmen organisasi?
2. Bagaimana
bentuk - bentuk komitmen organisasi?
3. Bagaimana pembentukan komitmen organisasi?
4. Apa
ciri – ciri komitmen organisasi?
5. Apa
faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi?
6. Apa
aspek – aspek komitmen organisasi?
7. Bagaimana menciptakan komitmen organisasi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian komitmen organisasi
2. Untuk mengetahui bentuk - bentuk komitmen
organisasi
3. Untuk mengetahui pembentukan komitmen organisasi
4. Untuk
mengetahui ciri – ciri komitmen organisasi
5. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
6. Untuk
mengetahui aspek – aspek komitmen organisasi
7. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan komitmen
organisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
komitmen organisasi
Kompleksitas komitmen organisasi ditentukan oleh
sejumlah variabel dai personal dan organisasi seperti umur, disposisi yaitu
perasaan positif dan negatif keluar masuk organisasi,tanggung jawab, hubungan
dengan atasan, rasa diperlakukan adil,dan kesemptan kerja lain. Untuk memahami
sifat kompleksitas dari komitmen organisasi dipecah dalam komponen-komponen
dasar,antara lain komponen yang menjadi perahatian koimtmen menurut
Greenberg(1997);karyawan dapat menjadi komit pada berbagai entiti dalam
organisasi. contohnya karyawan mempunyai berbagi derajat komitmen pada
teman-teman sekerja, bawahan dan atasan.
Colquitt,Lepine dan Wetson(2000)
berpendapat bahwa Komitmen organisasi adalah keinginan seseorang karyawan untuk
tetap menjadi anggota organisasi. sementara Gibson,dkk(1997) menyatakan,bahwa
komitmen organisasi adalah suatu perasaan akan pengenalan,loyalitas,dan
keterlibatan yang diperhatikan terhadap organisasi atau unit organisasi. selain
itu, komitmen juga berarti meningkatkan kerelaan seseorang melakukan tindakan
untuk memenuhi suatu kewajiban dalam kategori tertentu,yang akan mengubah
penilaian organisasi terhadap diri sendiri sehingga mendapat penghargaan.
Feldman(1996) menyatakan, bahwa komitmen organisasi adalah
kecenderungan seseorang untuk melibatkan diri kedalam apa yang dikerjakan
dengan keyakinan bahwa kegiatan yang dikerjakan penting dan berarti. Komitmen
ada ketika manusia memiliki kesempatan untuk menentukan apa yang kana
dilakukan. Robbins(2000)mengemukakan, bahwa komitmen adalah rencana-rencana
lebih mutakhir yang mempengaruhi tanggung jawab masa depan dengan kerangka
waktu panjang untu, perencanaan kebutuhan manajer.
Steers(1989),Komitmen adalah keterikatan
seseorang yang merupakan sikap positif yang kuat terhadap organisasi.Komitmen
diartikan sebagai rasa menyatu, terikat dan loyal yang diungkapkan individu
terhadap organisasinya.
Komitmen organisasi terbentuk dari
keseharian seseorang dalam memahami situasi dan kondisi organisasi,sehingga
membentuk suatu proses mental yang kuat,yang mampu menghidupkan ghirah atau
semangat dalam berorganisasi dengan berusaha melakukan segala aktifitas
organisasi dengan segala ketekunan dan kekosistenan. Pemahaman ini timbul dari rasa
kepedulian yang tinggal untuk melakukan perubahan yang sangat signifikan
terhadap kondisi fisik maupun kondisi non fisik organisasi. dalam organisasi,
pegawai merupakan ujung tombak dari sukses tidaknya capaian tujuan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Sejalan dengan pandangan ini, Mathis dan Jackson (2004)
menegaskan bahwa komitmen organisasi yang dimiliki karyawan pada menumbuhkan
keyakinan dan menerima tujuan organisasi,serta berkeinginan untuk tinggal
bersama atau meningglkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam
ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.(Wijaya dan Rifa’i,2016:167-169)
Synder (1994) berpendapat Komitmen berasal dari kata
Latin “Committer” yang berarti
menggabungkan, menyatukan, mempercayai dan mengerjakannya.
Robbins (2001) menyebutkan Komitmen adalah tingkatan di mana
seseorang mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuantujuannyua dan
berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
Bansal, Irving dan Taylor (2004) mendefenisikan Komitmen sebagai kekuatan yang mengikat seseorang pada
suatu tindakan yang memiliki relevansi dengan satu atau lebih sasaran. (Robbins,2007:27-28).
Armstrong ( dalam
Yuwono dkk,2015 : 134) menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai tiga area
persaan atau perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:
1.
Kepercayaan,
pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja
atau tujuan – tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini
kebenarannya.
2.
Keinginan
untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya.
3.
Keinginan
untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.
Selanjutnya
Robbins ( dalam Sjabadhyni,dkk,2001:456) memndang komitmen organisasi sebagai
satu sikap kerja. Karena merefleksikan persaan orang terhadap organisasi
ditempat ia bekerja. Robbins mendefinisikannya sebagai suatu orientasi individu
terhadap organisasi yang mencakup loyaitas, identifikasi, dan keterlibatan.
John B. Minner
(1992:124) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu sikap, memiliki
ruang limgkup yang lebih global dari pada kepuasaan kerja, karena komitmen
organisasi menggambarkan pandangan terhadap organisasi secara keseluruhan,
bukan hanya aspek pekerjaan saja.
Dari pendapat para
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu sikap
kerja yang mendasar pada suatu sikap percaya, perasaan memilki serta orientasi
seseorang terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi dan
keterlibatan.
Komitmen organisasi
didefinisikan dan diukur dengan berbagai cara yang berbeda, beberapa pandangan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan sikap (
attitudinal approach)
Komitmen
menurut pendekatan ini, menujuk pada permasalahan keterlibatan dan loyalitas.
Menurut pendekatan ini, komitmen dipandang senagai suatu sikap keterikatan
kepada organisasi, yang berperan penting pada pekerjaan tertentu dan perilaku
yang terkait.
Konsep
komitmen organisasi dari Mowday, Porter, dan Steers ( dalam Luthans,1995:130)
merupakan pendekatan sikap; dimana komitmen didefinisikan sebagai:
a.
Keinginan
yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu.
b.
Keinginan
untuk bekerja keras sesuai keinginan organisasi.
c.
Keyakinan
tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
2. Pendekatan perilaku (Behaviora
Approach)
Pendekatan
ini menitikberatkan pandangan bahwa investasi karyawan beruap waktu,
pertemanan, pensiun, dan lain-lain) membuat ia teriakt untuk loyal terhadap
organisasi. Dalam pendekatan ini, Kanter, dalam Suliman dan Iles( dalam
Yuwono,dkk.,2005:142) mendefinisikan komitmenorganisasi sebagai “ profit
associated with continued participation and a cost associated with leaving”.
Menurut
White ( dalam Yuwono,dkk.,2005:142) komitmen organisasi terdiri dari tiga area
keyakinanataupun perilaku yang ditampilkan oleh karyawan terhadaptempat ia
bekerja. Ketiga area tersebut adalah:
a)
Keyakinan
dan penerimaan terhadap organisasi.
b)
Adanya
keinginan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai dengan keinginan organisasi.
c)
Keyakinan
untuk mempertahankan keanggotaannya.
Spector (dalam Sopiah, 2008: 157), menyebutkan dua
pendekatan konsepsi tentang komitmen
organisasi, yaitu sebagai berikut:
1.
Pendekatan
pertukaran, dimana
komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran kontribusi yang
dapat oleh perusahaan anggota dan anggota terhadap oeganisasi.
2.
Pendekatan
psikologis, dimana
pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif dan positif dari
anggota terhadap organisasi.
Menurut
Lincoln dalam (Sopiah,2008: 155) mendefinisikan komitmen organisasi mencakup
kebanggaan anggota, kesetiaan anggota dan kemauan anggota pada organisasi(Kusuma,skripsi,https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream,diakses
pada 08 juni 2017)
B. Bentuk-bentuk
komitmen organisasi
Greenberg(1997)mengelompokkan
profil komitmen organisasi setiap individu menjadi empat bagian, yakni:
a. Individu
yang komitmen rendah kepada kelompok kerja dan atasan, disatu pihak,dan dipihak
lain kepada manajemen puncak dan organisasi ini dinamakan tidak komit.
b. Sebaliknya
individu dengan komitmen tinggi kepada kedua pihak tersebut dinamakan komit,
c. Kelompok
dengan komitmen yang tinggi kepada kedua pihak dinakaman komit.
d. Kelompok
dengan komitmen yang tinggi kepada kelompok kerja dan atasan, tetapi rendah
kepada menejemen puncak dan organisasi dinamakan komitmen secara lokal.
Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada menejemen puncak dan organisasi,
tetapi rendah kekelompok kerja dan atasan di kenal sebagai komitmen secara
global.(Wijaya dan
Rifa’i,2016: 169-170)
Berkaitan dengan
dimensinya,Meyer dan Allen (1991) merumuskan tiga dimensi komitmen
dalam berorganisasi, yaitu: affective, continuance, dan normative. Ketiga hal
ini lebih tepat dinyatakan sebagai komponen atau dimensi dari komitmen
berorganisasi, dari pada jenis-jenis komitmen berorganisasi. Hal ini disebabkan
hubungan anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat
ketiga dimensi tersebut.(Sopiah,1997:27-28)
1.
Affective
commitment
Affective commitment
berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya,
identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi.
Anggota organisasi dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi
anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu.
2.
Continuance
commitment
Continuance commitment
berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi akan mengalami kerugian jika
meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan continuance commitment yang
tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki
kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut.
3.
Normative commitment
Normative commitment
menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Anggota
organisasi dengan normative commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota
dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut.
Ungkapan yang sejalan
juga dikemukakan Alen dan Meyer dalam Durham,dkk(1989) bahwa komitmen dapat
dilihat dari pengintegrasi tiga dimensi,yaitu 1.afektif 2.kesinambungan
3.normatif. dimensi afektif menunjukkan bahwa komitmen merupakan pelibatan
hubungan antara individu dengan organisasi,yang sifatnya tergolong emosional.
Komitmen afektif dapat dilihat melalui pengidentifikasian diri,pelibatan
diri,dan loyalitas terhadap organisasi. Pengidentifikasian diri adalah
kebanggan individu menjadi anggota,serta adanya internalisasi terhadap tujuan
dan nilai organisasi. Pelibatan diri dapat dilihat dari aktivitas seseorang
dalam menjalankan peran. Adapun loyalitas dapat dilihat dari perasaan memiliki,
anggota organisasi yang dimanifestasikan dalam keinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi,individu yang memiliki komitmen afektif bertahan dalam
organisasi atas dasar keinginan sendiri.
Senada dengan pendapat diatas Greenberg(1997) menyatakan
ada tiga dasar komitmen organisasi yang dapat diidentifikasi, yaitu komitmen
yang berkesinambungan,komitmen afektif dan komitmen normatif. Komitmen
berkesinambungan adalah komitmen didasarkan kepada kecenderungan,keinginan
karyawan untuk terus menerus bekerja pada organsasi karena karyawan tidak dapat
melaksanakan pekerjaan lain.
Komitmen afektif merujuk pada kekuatan dari keinginan
karyawan untuk terus menerus bekerja pada organisasi karena menyetujui tujuan
organisasi dan ingin bekerja pada organisasi. Komitmen normatif menunjukkan
kekuatan dan keinginan karyawan yang berada dalam komunikasi,karena ia merasa
adanya desakan dari pihak lain.
Ketiga dasar komitmen organisasi tersebut dapat membuat
seseorang menjadi bergairah dalam berorganisasi. Komitmen yang berkesinambungan
dapat menggiring seseorang untuk selalu bekerja dan bekerja untuk kemajuan
organisasi. Komitmen afektif merupakan kondisi mental yang menggiring seseorang
untuk selalu berprilaku baik untuk selalu mempertahankan keutuhan organisasi dengan
bekerja keras. Selanjutnya komitmen normatif yakni berusaha menjaga selalu nama
baik organisasi dimanapun dan kapanpun dengan cara bekerja keras untuk kemajuan
organisasi.(Wijaya dan
Rifa’i,2016:171-172)
Colquitt,Lepine
dan Wetson(2009) berpendapat bahwa ada tiga bentuk dimensi komitmen organisasi
yaitu:
a. Affective
Comitment
Affective Comitment
adalah keterkaitan emosional karyawan,identifikasi,dan keterlibatan dalam
organisasi.
b. Continuence
Comitment
Continuence Comitment
adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan
dari organisasi. Hal ini mungkin karena
kehilangan senioritas atas promosi atau benefit
c. Normative
Comitment
Normative Comitment
adalah adanya perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang
harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.(Wijaya dan Rifai’i,2016:170)
C.
Pembentukan komitmen
Komitmen dalam
berorganisasi dapat terbentuk karena adanya beberapa faktor, baik dari
organisasi, maupun dari individu sendiri. Dalam perkembangannya affective
commitment, continuance commitment, dan normative commitment, masing-masing
memiliki pola perkembangan tersendiri (Allen & Meyer, 1997).
a.
Proses terbentuknya Affective commitment
Ada beberapa penelitian
mengenai antecedents dari affective commitment. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan tiga kategori besar. Ketiga kategori tersebut yaitu :
·
Karakteristik organisasi
Karakteristik
organisasi yang mempengaruhi perkembangan affective commitment adalah sistem
desentralisasi (bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers, 1980),
adanya kebijakan organisasi yang adil, dan cara menyampaikan kebijakan
organisasi kepada individu (Allen & Meyer, 1997).
·
Karakteristik individu
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
gender mempengaruhi affective commitment, namun ada pula yang menyatakan tidak
demikian (Aven, Parker, & McEvoy; Mathieu &Zajac dalam Allen &
Meyer, 1997).
·
Pengalaman
kerja
Pengalaman kerja individu
yang mempengaruhi proses terbentuknya affective commitment antara lain Job
scope, yaitu beberapa karakteristik yang menunjukkan kepuasan dan motivasi
individu (Hackman & Oldham, 1980 dalam Allen & Meyer, 1997).
b.
Proses terbentuknya
Continuance commitment
Continuance commitment
dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau kejadian yang dapat
meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi. Beberapa tindakan atau
kejadian ini dapat dibagi ke dalam dua variable, yaitu investasi dan
alternatif.
c.
Proses
terbentuknya Normative commitment
Wiener (Allen & Meyer,
1997) menyatakan normative commitment terhadap organisasi dapat berkembang dari
sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari keluarga
atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam
organisasi.(Robert,2007:34-35)
D. Ciri-ciri
komitmen organisasi
Goleman
(1998) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki komitmen organisasi
adalah:
a.
Memiliki inisiatif untuk mengatasi
masalah yang muncul, baik secara langsung terhadap dirinya atau kelompok.
b.
Bernuansa emosi, yaitu menjadikan
sasaran individu dan sasarn organisasi menjadi satu dan sama atau mersakan
keterikatan yang kuat.
c.
Bersedia melakukan pengorbanan yang diperlukan,
misalnya menjadi “patriot”
d.
Memiliki visi strategis yang tidak
mementingkan diri sendiri.
e.
Bekerja secara sungguh-sungguh walaupun
tanpa imbalan secara langsung
f.
Mersa sebagai pemilik atau memandang
diri sendiri sebagai pemilik sehingga setiap tugas diselesaikan secepat dan
sebaik-baiknya
g.
Memiliki rumusan misi yang jelas untuk
gambaran tahapan yang akan dicapai
h.
Memiliki kesadaran diri dengan perasaan
yang jernih bahwa pekerjaan bukanlah suatu beban.
Sementara itu Greenberg
(1997) berpendapat, bahwa komitmen organisasi adalah sikap individu terhadap
organisasi dimana mereka bekerja. Sikap tersebut adalah sikap konsen individu
terhadap dimana mereka terlibat organisasi mereka dan tertarik untuk
mempertahankan organisasi. Steers dalam Luthans (1998) lebih lanjut juga
mengungkapkan bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi ditandai dengan
munculnya keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu,
keinginan untuk erusaha kersa sesuai keinginan organisasi, dan keyakina
tertentu dan peneriman nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Selain Goleman dan Greenberg, Michaels (2003) juga
mengemukakan ciri-ciri
komitmen organisasi yang dijelaskan
sebagai berikut :
a. Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan :
menyenangi pekerjaan, tidak pernah meilhat jam untuk segera bersiap-siap
pulang, mampu berkonsentrasi pada pekerjaan, tetap memikirkan pekerjaan
walaupun tidak bekerja.
b. Ciri-ciri komitmen dalam kelompok :
sangat memperhatikan bagaimana orang lain bekerja, selalu siap menolong teman
kerja, selalu berupaya untuk berinteraksi dengan teman kerja, memperlakukan
teman kerja sebagai keluarga, selalu terbuka pada kehadiran teman kerja baru.
c. Ciri-ciri komitmen pada organisasi
antara lain : selalu berupaya untuk mensukseskan organisasi, selalu mencari
informasi tentang kondisi organisasi, selalu mencoba mencari komplementaris
antara sasaran organisasi dengan sasaran pribadi, selalu berupaya untuk
memaksimalkan kontribusi kerja sebagai bagian dari usaha organisasi
keseluruhan, menaruh perhatian pada hubungan kerja antar unit organisasi,
berpikir positif pada kritik teman-teman, menempatkan prioritas di atas
departemen, tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih baik,
memiliki keyakinan bahwa organisasi tersebut memiliki harapan untuk berkembang,
berpikir positif pada pimpinan puncak organisasi.
E.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
Steers
(1980) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi
menjadi empat kategori yaitu:
a.
Karakter personal
Pengertian
karakteristik personal mencakup: usia, masa, jabatan, motif berprestasi,
jenis kelamin, tas, dan faktor kepribadian.sedang tingkat pendidikan
berkorelasi negatif dengan komitmen terhadap perusahaan ( Welsch dan
Lavan,1981).
b. Karakteristik
pekerjaan
Karakteristik
pekerjaan meliputi kejelasan serta keselarasan peran umpan balik tantangan
pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi dan dimensi inti pekerjaan.
c. Karakteristik
struktural
Faktor-faktor
yang tercakup dalam karakteristik struktural antara lain ialah derajat
formalisasi, ketergantunagn fungsional, desentralisasi, tingkat partisipasi
dalam pengambilan keputusan dan fungsi kontrol dalam perusahaan.
d. Pengalaman
kerja
Pengalaman
kerja dipandang sebagai kekuatan sosialisai yang penting, yang memengaruhi
kelekatan psikologi karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja terbukti
berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut taraf
seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya,
mersakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan dan seberapa
harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaa pekerjaannya.(Wijaya dan Rifa’i,2016:174-175)
Glasser dalam Hoy dan Miskel(1987) mengatakan bahwa
orang yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, biasanya menunjukkan
loyalitas dan kemampuan profesionalnya.
David dalam (Sopiah,2008:163)
mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yaitu:
1.
Faktor
personal : usia, jenis kelamin, singkat pendidikan, pengalamn kerja,
kepribadian dan lain-lain.
2.
Karakteristik
pekerjaan : lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik pekerjaan,
tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dan lain-lain.
3.
Karakteristik
struktur : besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi dan kehadiran serikat
pekerjaan.
4.
Pengalaman
kerja
Menurut Minner (
Sopiah ,2008) faktor yang mempengaruhi terhadap komitmen organisasi adalah:
1.
Karakteristik
individu
2.
Harapan
– harapan anggota pada organisasi
3.
Karakteristik
pekerjaan
4.
Pengalaman
bergabung yang ia rasakan
5.
Bagaimana
pekerjaannya
6.
Bagaimana
sistem penggajiannya
7.
Bagaimana
hubungannya dengan rekan seorganisasinya
8.
Mobilitas
kerja
9.
Hubungan
sosial yang tercipta di organisasi
10. Pengalama bergabung.
F. Aspek-aspek
komitmen organisasi
Menurut
Steers (1980), komitmen organisasi dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor:
a. Identifikasi
dengan organisasi yaitu: penerimaan
tujuan organisasi dimana peneriman ini merupakan dasar organisasi. Identifikasi
pegawai tampak melaui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi kesamaan nili
pribadi dan nilai-nilai organisasi , rasa kebanggaan menjadi bagian dari
organisasi.
b. Keterlibatan
yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada organisasi.
Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan organisasi tersebut.
c. Loyalitas
yaitu : adanya keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan si dalam
organisasi. Loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen
serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan
pegawai.pegawai dengan komitmen tinggi mersakan adanya loyalitas dan rasa
memiliki terhadap organisasi.(Wijaya
dan Rifai’i,2016:175)
G. Menciptakan
komitmen organisasi
Menurut Martin dan Nicholss ( dalam Srimulyani,
2009:15-20), ada tiga pilar besar dalam komitmen. Ketiga pilar itu meliputi:
1.
Perasaan
memiliki perusahaan ( A sense of belonging to the organization )
Untuk
mencapai rasa mmiliki tersebut maka salah satu pihak dalam manajemen harus
mampu membuat karyawan: a) mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap
organisasi ; b) merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah berharga bagi
organisasi tersebut; c) mersa nyaman dengan organisasi tersebut; d) mersa
mendapat dukungan yang penuh dari organisasi tersebut dalam bentuk misi yang
jelas; nilai – nilai yang ada; dan norma – norma yang berlaku.
2.
Perasaan
bergairah terhadap pekerjaan ( A sense of excitement in the job )
Persaan
seperti ini bisa muncul dengan cara : a) mengenali faktor – faktor motivasi
instrinsik dalam mengatur desain pekerjaan; b) kualitas kepemimpinan; c)
kemauan manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa motivasi dan komitmen bisa
meningkat bila ada perhatian terus-menerus.
3.
Pentingnya
rasa memiliki ( ownership)
Rasa
memiliki bisa muncul jika pegawai mersa bahwa benar-benar diterima menjadi
bagian atau kunci penting dari organisasi. Konsep penting dari ownership akan
meluas dalam bentuk partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan dalam
mengubah praktik kerja.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompleksitas
komitmen organisasi ditentukan oleh sejumlah variabel dai personal dan
organisasi seperti umur, disposisi yaitu perasaan positif dan negatif keluar
masuk organisasi,tanggung jawab, hubungan dengan atasan, rasa diperlakukan
adil,dan kesemptan kerja lain. Untuk memahami sifat kompleksitas dari komitmen
organisasi dipecah dalam komponen-komponen dasar,antara lain komponen yang
menjadi perahatian koimtmen menurut Greenberg(1997);karyawan dapat menjadi
komit pada berbagai entiti dalam organisasi. contohnya karyawan mempunyai
berbagi derajat komitmen pada teman-teman sekerja, bawahan dan atasan.
Dan dalam membentuk komitmen dibutuhkan beberapa faktor
seperti perasaan memiliki perusahaan, persaan bergairah akan organisasi dan
memiliki persaan akan memiliki.
B. Saran
Pemakalah menyarankan jika seseorang ingin berhasil dalam
suatu organisasi hal yang sangat perlu dimiliki yang paling utama adalah komitmen organisasi.
1 Komentar:
minta daftar pustaka nya dong kak, aku lagi cari literatur untuk proposal skripsi, makasih kak
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda