Sabtu, 01 Juli 2017

MAKALAH komitmen organisasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati, bertekad berjerih payah, berkorban, dan bertanggung jawab demi mencapai tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah disepakati atau ditentukan sebelumnya. Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja seseorang ketika bekerja, hal ini disebabkan oleh adanya komitmen yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat mereka lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
Namun, kenyataanya banyak organisasi atau perusahaan yang kurang memperhatikan mengenai komitmen karyawannya sehingga kinerja mereka kurang maksimal. Seharusnya organisasi atau perusahaan ketika melakukan perekrutan hendanya mereka memilih calon – calon yang komitmennya tinggi pada perusahaan, ini dimaksudkan untuk mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang maksimal sehingga tidak terjadi hal yang dapat merugikan perusahaan atau organisasi. Melihat begitu pentingnya komitmen, maka kami akan membahasa lebih jauh mengenai komitmen dalam makalah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian komitmen organisasi?
2.      Bagaimana bentuk - bentuk komitmen organisasi?
3.      Bagaimana pembentukan komitmen organisasi?
4.      Apa ciri – ciri komitmen organisasi?
5.      Apa faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi?
6.      Apa aspek – aspek komitmen organisasi?
7.      Bagaimana menciptakan komitmen organisasi?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian komitmen organisasi
2.       Untuk mengetahui bentuk - bentuk komitmen organisasi
3.      Untuk mengetahui pembentukan komitmen organisasi
4.      Untuk mengetahui ciri – ciri komitmen organisasi
5.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
6.      Untuk mengetahui aspek – aspek komitmen organisasi
7.      Untuk mengetahui bagaimana menciptakan komitmen organisasi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian komitmen organisasi
Kompleksitas komitmen organisasi ditentukan oleh sejumlah variabel dai personal dan organisasi seperti umur, disposisi yaitu perasaan positif dan negatif keluar masuk organisasi,tanggung jawab, hubungan dengan atasan, rasa diperlakukan adil,dan kesemptan kerja lain. Untuk memahami sifat kompleksitas dari komitmen organisasi dipecah dalam komponen-komponen dasar,antara lain komponen yang menjadi perahatian koimtmen menurut Greenberg(1997);karyawan dapat menjadi komit pada berbagai entiti dalam organisasi. contohnya karyawan mempunyai berbagi derajat komitmen pada teman-teman sekerja, bawahan dan atasan.
            Colquitt,Lepine dan Wetson(2000) berpendapat bahwa Komitmen organisasi adalah keinginan seseorang karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi. sementara Gibson,dkk(1997) menyatakan,bahwa komitmen organisasi adalah suatu perasaan akan pengenalan,loyalitas,dan keterlibatan yang diperhatikan terhadap organisasi atau unit organisasi. selain itu, komitmen juga berarti meningkatkan kerelaan seseorang melakukan tindakan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam kategori tertentu,yang akan mengubah penilaian organisasi terhadap diri sendiri sehingga mendapat penghargaan.
            Feldman(1996) menyatakan, bahwa komitmen organisasi adalah kecenderungan seseorang untuk melibatkan diri kedalam apa yang dikerjakan dengan keyakinan bahwa kegiatan yang dikerjakan penting dan berarti. Komitmen ada ketika manusia memiliki kesempatan untuk menentukan apa yang kana dilakukan. Robbins(2000)mengemukakan, bahwa komitmen adalah rencana-rencana lebih mutakhir yang mempengaruhi tanggung jawab masa depan dengan kerangka waktu panjang untu, perencanaan kebutuhan manajer.



            Steers(1989),Komitmen adalah keterikatan seseorang yang merupakan sikap positif yang kuat terhadap organisasi.Komitmen diartikan sebagai rasa menyatu, terikat dan loyal yang diungkapkan individu terhadap organisasinya.
            Komitmen organisasi terbentuk dari keseharian seseorang dalam memahami situasi dan kondisi organisasi,sehingga membentuk suatu proses mental yang kuat,yang mampu menghidupkan ghirah atau semangat dalam berorganisasi dengan berusaha melakukan segala aktifitas organisasi dengan segala ketekunan dan kekosistenan. Pemahaman ini timbul dari rasa kepedulian yang tinggal untuk melakukan perubahan yang sangat signifikan terhadap kondisi fisik maupun kondisi non fisik organisasi. dalam organisasi, pegawai merupakan ujung tombak dari sukses tidaknya capaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sejalan dengan pandangan ini, Mathis dan Jackson (2004) menegaskan bahwa komitmen organisasi yang dimiliki karyawan pada menumbuhkan keyakinan dan menerima tujuan organisasi,serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meningglkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan.(Wijaya dan Rifa’i,2016:167-169)
Synder (1994) berpendapat Komitmen berasal dari kata Latin “Committer” yang berarti menggabungkan, menyatukan, mempercayai dan mengerjakannya.
 Robbins (2001) menyebutkan Komitmen adalah tingkatan di mana seseorang mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuantujuannyua dan berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
Bansal, Irving dan Taylor (2004) mendefenisikan Komitmen sebagai kekuatan yang mengikat seseorang pada suatu tindakan yang memiliki relevansi dengan satu atau lebih sasaran. (Robbins,2007:27-28).
Armstrong ( dalam Yuwono dkk,2015 : 134) menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai tiga area persaan atau perilaku terkait dengan perusahaan tempat seseorang bekerja:
1.      Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau tujuan – tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini kebenarannya.
2.      Keinginan untuk bekerja atau berusaha di dalam organisasi sebagai kontrak hidupnya.
3.      Keinginan untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi.
Selanjutnya Robbins ( dalam Sjabadhyni,dkk,2001:456) memndang komitmen organisasi sebagai satu sikap kerja. Karena merefleksikan persaan orang terhadap organisasi ditempat ia bekerja. Robbins mendefinisikannya sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyaitas, identifikasi, dan keterlibatan.
John B. Minner (1992:124) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu sikap, memiliki ruang limgkup yang lebih global dari pada kepuasaan kerja, karena komitmen organisasi menggambarkan pandangan terhadap organisasi secara keseluruhan, bukan hanya aspek pekerjaan saja.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu sikap kerja yang mendasar pada suatu sikap percaya, perasaan memilki serta orientasi seseorang terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi dan keterlibatan.
Komitmen organisasi didefinisikan dan diukur dengan berbagai cara yang berbeda, beberapa pandangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Pendekatan sikap ( attitudinal approach)
Komitmen menurut pendekatan ini, menujuk pada permasalahan keterlibatan dan loyalitas. Menurut pendekatan ini, komitmen dipandang senagai suatu sikap keterikatan kepada organisasi, yang berperan penting pada pekerjaan tertentu dan perilaku yang terkait.
Konsep komitmen organisasi dari Mowday, Porter, dan Steers ( dalam Luthans,1995:130) merupakan pendekatan sikap; dimana komitmen didefinisikan sebagai:
a.       Keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu.
b.      Keinginan untuk bekerja keras sesuai keinginan organisasi.
c.       Keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
2.      Pendekatan perilaku (Behaviora Approach)
Pendekatan ini menitikberatkan pandangan bahwa investasi karyawan beruap waktu, pertemanan, pensiun, dan lain-lain) membuat ia teriakt untuk loyal terhadap organisasi. Dalam pendekatan ini, Kanter, dalam Suliman dan Iles( dalam Yuwono,dkk.,2005:142) mendefinisikan komitmenorganisasi sebagai “ profit associated with continued participation and a cost  associated with leaving”.
Menurut White ( dalam Yuwono,dkk.,2005:142) komitmen organisasi terdiri dari tiga area keyakinanataupun perilaku yang ditampilkan oleh karyawan terhadaptempat ia bekerja. Ketiga area tersebut adalah:
a)      Keyakinan dan penerimaan terhadap organisasi.
b)      Adanya keinginan untuk berusaha sebaik mungkin sesuai dengan keinginan organisasi.
c)      Keyakinan untuk mempertahankan keanggotaannya.
Spector (dalam Sopiah, 2008: 157), menyebutkan dua pendekatan  konsepsi tentang komitmen organisasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Pendekatan pertukaran, dimana komitmen pada organisasi sangat ditentukan oleh pertukaran kontribusi yang dapat oleh perusahaan anggota dan anggota terhadap oeganisasi.
2.      Pendekatan psikologis, dimana pendekatan ini lebih menekankan orientasi yang bersifat aktif dan positif dari anggota terhadap organisasi.
Menurut Lincoln dalam (Sopiah,2008: 155) mendefinisikan komitmen organisasi mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota dan kemauan anggota pada organisasi(Kusuma,skripsi,https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream,diakses pada 08 juni 2017)

B.     Bentuk-bentuk komitmen organisasi
Greenberg(1997)mengelompokkan profil komitmen organisasi setiap individu menjadi empat bagian, yakni:
a.       Individu yang komitmen rendah kepada kelompok kerja dan atasan, disatu pihak,dan dipihak lain kepada manajemen puncak dan organisasi ini dinamakan tidak komit.
b.      Sebaliknya individu dengan komitmen tinggi kepada kedua pihak tersebut dinamakan komit,
c.       Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada kedua pihak dinakaman komit.
d.      Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada kelompok kerja dan atasan, tetapi rendah kepada menejemen puncak dan organisasi dinamakan komitmen secara lokal. Kelompok dengan komitmen yang tinggi kepada menejemen puncak dan organisasi, tetapi rendah kekelompok kerja dan atasan di kenal sebagai komitmen secara global.(Wijaya dan Rifa’i,2016: 169-170)
Berkaitan dengan dimensinya,Meyer dan Allen (1991) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam berorganisasi, yaitu: affective, continuance, dan normative. Ketiga hal ini lebih tepat dinyatakan sebagai komponen atau dimensi dari komitmen berorganisasi, dari pada jenis-jenis komitmen berorganisasi. Hal ini disebabkan hubungan anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat ketiga dimensi tersebut.(Sopiah,1997:27-28)
1.         Affective commitment 
Affective commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu.
2.       Continuance commitment 
Continuance commitment berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan continuance commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut.
3.      Normative commitment
Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut.


Ungkapan yang sejalan juga dikemukakan Alen dan Meyer dalam Durham,dkk(1989) bahwa komitmen dapat dilihat dari pengintegrasi tiga dimensi,yaitu 1.afektif 2.kesinambungan 3.normatif. dimensi afektif menunjukkan bahwa komitmen merupakan pelibatan hubungan antara individu dengan organisasi,yang sifatnya tergolong emosional. Komitmen afektif dapat dilihat melalui pengidentifikasian diri,pelibatan diri,dan loyalitas terhadap organisasi. Pengidentifikasian diri adalah kebanggan individu menjadi anggota,serta adanya internalisasi terhadap tujuan dan nilai organisasi. Pelibatan diri dapat dilihat dari aktivitas seseorang dalam menjalankan peran. Adapun loyalitas dapat dilihat dari perasaan memiliki, anggota organisasi yang dimanifestasikan dalam keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi,individu yang memiliki komitmen afektif bertahan dalam organisasi atas dasar keinginan sendiri.
            Senada dengan pendapat diatas Greenberg(1997) menyatakan ada tiga dasar komitmen organisasi yang dapat diidentifikasi, yaitu komitmen yang berkesinambungan,komitmen afektif dan komitmen normatif. Komitmen berkesinambungan adalah komitmen didasarkan kepada kecenderungan,keinginan karyawan untuk terus menerus bekerja pada organsasi karena karyawan tidak dapat melaksanakan pekerjaan lain.
            Komitmen afektif merujuk pada kekuatan dari keinginan karyawan untuk terus menerus bekerja pada organisasi karena menyetujui tujuan organisasi dan ingin bekerja pada organisasi. Komitmen normatif menunjukkan kekuatan dan keinginan karyawan yang berada dalam komunikasi,karena ia merasa adanya desakan dari pihak lain.
            Ketiga dasar komitmen organisasi tersebut dapat membuat seseorang menjadi bergairah dalam berorganisasi. Komitmen yang berkesinambungan dapat menggiring seseorang untuk selalu bekerja dan bekerja untuk kemajuan organisasi. Komitmen afektif merupakan kondisi mental yang menggiring seseorang untuk selalu berprilaku baik untuk selalu mempertahankan keutuhan organisasi dengan bekerja keras. Selanjutnya komitmen normatif yakni berusaha menjaga selalu nama baik organisasi dimanapun dan kapanpun dengan cara bekerja keras untuk kemajuan organisasi.(Wijaya dan Rifa’i,2016:171-172)
Colquitt,Lepine dan Wetson(2009) berpendapat bahwa ada tiga bentuk dimensi komitmen organisasi yaitu:
a.       Affective Comitment
Affective Comitment adalah keterkaitan emosional karyawan,identifikasi,dan keterlibatan dalam organisasi.
b.      Continuence Comitment
Continuence Comitment adalah komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal  ini mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit
c.       Normative Comitment
Normative Comitment adalah adanya perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan.(Wijaya dan Rifai’i,2016:170)

C.    Pembentukan komitmen
Komitmen dalam berorganisasi dapat terbentuk karena adanya beberapa faktor, baik dari organisasi, maupun dari individu sendiri. Dalam perkembangannya affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment, masing-masing memiliki pola perkembangan tersendiri (Allen & Meyer, 1997).
a.          Proses terbentuknya Affective commitment 
Ada beberapa penelitian mengenai antecedents dari affective commitment. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan tiga kategori besar. Ketiga kategori tersebut yaitu :
·         Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi yang mempengaruhi perkembangan affective commitment adalah sistem desentralisasi (bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers, 1980), adanya kebijakan organisasi yang adil, dan cara menyampaikan kebijakan organisasi kepada individu (Allen & Meyer, 1997).
·         Karakteristik individu
 Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa gender mempengaruhi affective commitment, namun ada pula yang menyatakan tidak demikian (Aven, Parker, & McEvoy; Mathieu &Zajac dalam Allen & Meyer, 1997).
·         Pengalaman kerja
Pengalaman kerja individu yang mempengaruhi proses terbentuknya affective commitment antara lain Job scope, yaitu beberapa karakteristik yang menunjukkan kepuasan dan motivasi individu (Hackman & Oldham, 1980 dalam Allen & Meyer, 1997).
b.      Proses terbentuknya Continuance commitment 
Continuance commitment dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi. Beberapa tindakan atau kejadian ini dapat dibagi ke dalam dua variable, yaitu investasi dan alternatif.
c.       Proses terbentuknya Normative commitment
Wiener (Allen & Meyer, 1997) menyatakan normative commitment terhadap organisasi dapat berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (dari keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi.(Robert,2007:34-35)

D.    Ciri-ciri komitmen organisasi
Goleman (1998) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki komitmen organisasi adalah:
a.       Memiliki inisiatif untuk mengatasi masalah yang muncul, baik secara langsung terhadap dirinya atau kelompok.
b.      Bernuansa emosi, yaitu menjadikan sasaran individu dan sasarn organisasi menjadi satu dan sama atau mersakan keterikatan yang kuat.
c.       Bersedia melakukan pengorbanan yang diperlukan, misalnya menjadi “patriot”
d.      Memiliki visi strategis yang tidak mementingkan diri sendiri.
e.       Bekerja secara sungguh-sungguh walaupun tanpa imbalan secara langsung
f.       Mersa sebagai pemilik atau memandang diri sendiri sebagai pemilik sehingga setiap tugas diselesaikan secepat dan sebaik-baiknya
g.      Memiliki rumusan misi yang jelas untuk gambaran tahapan yang akan dicapai
h.      Memiliki kesadaran diri dengan perasaan yang jernih bahwa pekerjaan bukanlah suatu beban.
        Sementara itu Greenberg (1997) berpendapat, bahwa komitmen organisasi adalah sikap individu terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Sikap tersebut adalah sikap konsen individu terhadap dimana mereka terlibat organisasi mereka dan tertarik untuk mempertahankan organisasi. Steers dalam Luthans (1998) lebih lanjut juga mengungkapkan bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi ditandai dengan munculnya keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk erusaha kersa sesuai keinginan organisasi, dan keyakina tertentu dan peneriman nilai-nilai dan tujuan organisasi.
        Selain Goleman dan Greenberg, Michaels (2003) juga mengemukakan ciri-ciri komitmen organisasi yang dijelaskan sebagai berikut :
a.       Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan : menyenangi pekerjaan, tidak pernah meilhat jam untuk segera bersiap-siap pulang, mampu berkonsentrasi pada pekerjaan, tetap memikirkan pekerjaan walaupun tidak bekerja.
b.      Ciri-ciri komitmen dalam kelompok : sangat memperhatikan bagaimana orang lain bekerja, selalu siap menolong teman kerja, selalu berupaya untuk berinteraksi dengan teman kerja, memperlakukan teman kerja sebagai keluarga, selalu terbuka pada kehadiran teman kerja baru.
c.       Ciri-ciri komitmen pada organisasi antara lain : selalu berupaya untuk mensukseskan organisasi, selalu mencari informasi tentang kondisi organisasi, selalu mencoba mencari komplementaris antara sasaran organisasi dengan sasaran pribadi, selalu berupaya untuk memaksimalkan kontribusi kerja sebagai bagian dari usaha organisasi keseluruhan, menaruh perhatian pada hubungan kerja antar unit organisasi, berpikir positif pada kritik teman-teman, menempatkan prioritas di atas departemen, tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih baik, memiliki keyakinan bahwa organisasi tersebut memiliki harapan untuk berkembang, berpikir positif pada pimpinan puncak organisasi.
E.     Faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi
Steers (1980) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi menjadi empat kategori yaitu:
a.       Karakter personal
Pengertian karakteristik personal mencakup: usia, masa, jabatan, motif  berprestasi, jenis kelamin, tas, dan faktor kepribadian.sedang tingkat pendidikan berkorelasi negatif dengan komitmen terhadap perusahaan ( Welsch dan Lavan,1981).
b.      Karakteristik pekerjaan
Karakteristik pekerjaan meliputi kejelasan serta keselarasan peran umpan balik tantangan pekerjaan, otonomi, kesempatan berinteraksi dan dimensi inti pekerjaan.
c.       Karakteristik struktural
Faktor-faktor yang tercakup dalam karakteristik struktural antara lain ialah derajat formalisasi, ketergantunagn fungsional, desentralisasi, tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan dan fungsi kontrol dalam perusahaan.
d.      Pengalaman kerja
Pengalaman kerja dipandang sebagai kekuatan sosialisai yang penting, yang memengaruhi kelekatan psikologi karyawan terhadap perusahaan. Pengalaman kerja terbukti berkorelasi positif dengan komitmen terhadap perusahaan sejauh menyangkut taraf seberapa besar karyawan percaya bahwa perusahaan memperhatikan minatnya, mersakan adanya kepentingan pribadi dengan perusahaan dan seberapa harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pelaksanaa pekerjaannya.(Wijaya dan Rifa’i,2016:174-175)
Glasser dalam Hoy dan Miskel(1987) mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, biasanya menunjukkan loyalitas dan kemampuan profesionalnya.
David dalam (Sopiah,2008:163) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi yaitu:
1.      Faktor personal : usia, jenis kelamin, singkat pendidikan, pengalamn kerja, kepribadian dan lain-lain.
2.      Karakteristik pekerjaan : lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dan lain-lain.
3.      Karakteristik struktur : besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi dan kehadiran serikat pekerjaan.
4.      Pengalaman kerja
Menurut Minner ( Sopiah ,2008) faktor yang mempengaruhi terhadap komitmen organisasi adalah:
1.      Karakteristik individu
2.      Harapan – harapan anggota pada organisasi
3.      Karakteristik pekerjaan
4.      Pengalaman bergabung yang ia rasakan
5.      Bagaimana pekerjaannya
6.      Bagaimana sistem penggajiannya
7.      Bagaimana hubungannya dengan rekan seorganisasinya
8.      Mobilitas kerja
9.      Hubungan sosial yang tercipta di organisasi
10.  Pengalama bergabung.

F.     Aspek-aspek komitmen organisasi
Menurut Steers (1980), komitmen organisasi dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor:
a.       Identifikasi dengan organisasi yaitu: penerimaan tujuan organisasi dimana peneriman ini merupakan dasar organisasi. Identifikasi pegawai tampak melaui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi kesamaan nili pribadi dan nilai-nilai organisasi , rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
b.      Keterlibatan yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan organisasi tersebut.
c.       Loyalitas yaitu : adanya keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan si dalam organisasi. Loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai.pegawai dengan komitmen tinggi mersakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.(Wijaya dan Rifai’i,2016:175)

G.    Menciptakan komitmen organisasi
Menurut Martin dan Nicholss ( dalam Srimulyani, 2009:15-20), ada tiga pilar besar dalam komitmen. Ketiga pilar itu meliputi:
1.      Perasaan memiliki perusahaan ( A sense of belonging to the organization )
Untuk mencapai rasa mmiliki tersebut maka salah satu pihak dalam manajemen harus mampu membuat karyawan: a) mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi ; b) merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah berharga bagi organisasi tersebut; c) mersa nyaman dengan organisasi tersebut; d) mersa mendapat dukungan yang penuh dari organisasi tersebut dalam bentuk misi yang jelas; nilai – nilai yang ada; dan norma – norma yang berlaku.
2.      Perasaan bergairah terhadap pekerjaan ( A sense of excitement in the job )
Persaan seperti ini bisa muncul dengan cara : a) mengenali faktor – faktor motivasi instrinsik dalam mengatur desain pekerjaan; b) kualitas kepemimpinan; c) kemauan manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa motivasi dan komitmen bisa meningkat bila ada perhatian terus-menerus.
3.      Pentingnya rasa memiliki ( ownership)
Rasa memiliki bisa muncul jika pegawai mersa bahwa benar-benar diterima menjadi bagian atau kunci penting dari organisasi. Konsep penting dari ownership akan meluas dalam bentuk partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan dalam mengubah praktik kerja.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kompleksitas komitmen organisasi ditentukan oleh sejumlah variabel dai personal dan organisasi seperti umur, disposisi yaitu perasaan positif dan negatif keluar masuk organisasi,tanggung jawab, hubungan dengan atasan, rasa diperlakukan adil,dan kesemptan kerja lain. Untuk memahami sifat kompleksitas dari komitmen organisasi dipecah dalam komponen-komponen dasar,antara lain komponen yang menjadi perahatian koimtmen menurut Greenberg(1997);karyawan dapat menjadi komit pada berbagai entiti dalam organisasi. contohnya karyawan mempunyai berbagi derajat komitmen pada teman-teman sekerja, bawahan dan atasan.
Dan dalam membentuk komitmen dibutuhkan beberapa faktor seperti perasaan memiliki perusahaan, persaan bergairah akan organisasi dan memiliki persaan akan memiliki.

B.     Saran
Pemakalah menyarankan jika seseorang ingin berhasil dalam suatu organisasi hal yang sangat perlu dimiliki yang paling utama adalah  komitmen organisasi.

1 Komentar:

Pada 12 November 2018 pukul 12.10 , Blogger izro mengatakan...

minta daftar pustaka nya dong kak, aku lagi cari literatur untuk proposal skripsi, makasih kak

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda