Sabtu, 01 Juli 2017

JURNAL Mengenai Alquran



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Alquran adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan Ilmu ilmu ke islaman tetapi juga merupakan inspiratory dan pemandu gerakan gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat  ini.Alquran ibarat lautan luas ,dalam dan tidak bertepi , penuh dengan keajaiban dan keunikan ,tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. maka untuk mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan alquran diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap alquran mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi kemajuan dan perkembangan umat islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penafsiran Surah al An’am ayat 38 dan 39?

C.    Tujuan Masalah
1.      Supaya mengetahui penafsiran Surah al An’am ayat 38 dan 39.








PEMBAHASAN
Surah al-Alan’am ayat 38,39:Makkiyah

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung burung yang terbang dengan kedua sayapnya,melainkan semuanya merupakan merupakan Ummat ummat (juga) seperti kamu.tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab,kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan”.
Kosakata: Dabbah (Al-An’am/6:38)
Addab, ad-dabib ialah berjalan secara pelan, merangkak, merayap. Kata dabbah digunakan untuk setiap hewan dan boasanya untuk sejenis serangga. Pad surah An-Nur/24:45 dijelaskan bahwa semua jenis hewan di ciptakan dari air. Ada yang berjalan di atas perutnya, ada yang dengan dua kaki, ada juga yang empat kaki. Kata dabbah pada ayat ini berupa isim nakirah yang mempunyai pengertian samar-samar aau tidak diketahui bentuknya sebelumnya ada huruf “ ma” nafiyah, sehingga nakirah tadi mempunyai arti umum, yang mencakup semua hewan apa saja. Pada ayat ini hanya di sebautkan dabbah yang dibumi, tidak yang di langit, karena menyebutkan sesuatu yang bias di lihat lebih utama dan lebih meyakinkan kepada pembaca daripada menyebutkan sesuatu yang tidak bias di lihat.
Munasabah
Ayat-ayat yang lalu menerangkan keingkaran dan sikap keras kepal kaum musyrik. Ayat-ayat ini menjelaskan kekuasaan dan kebesaran allah dialah pencipta, pengatur, penjaga, penguasa seluruh alam ini, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuannya dan tidak ada sesuatupun yang dapat merubah dsn menyalahi ketentuan dan kehendaknya.
Tafsir
Ayat ini menyatakan bahwa allah mengusai segala sesuatu, ilmunya melingkupi seluruh makhluk yang ada, dialah yang mengatur alam semesta. Semua yang melata di permukaan bumi, semua yang terbang di udara, semua yang hidup dilautan, dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang Nampak sampai yang tersembunyai, hanya dialah yang menciptakan, mengembangkan, mengatur dan memeliharanya,
Pada ayat yang lain dalam surah (as-syura/42:29) Allah menyebutkan bahwa selain di bumi, pelanet-pelanet yang lain pun terdapat makhluk hidup: “dan diantara tanda-tanda (kebesaran) nya adalah penciptaaan langit dan bumi dan makluk-makhluk yang melata yang dia sebarkan pada keduanya. Dan dia maha kuasa mengumpulkan semuanya apabila dia kehendaki.(as-syura/42:29)
Adanya makhluk-makhluk hidup yang di sebutkan Allah pada pelanet-pelanet yang lain, sebagaimana yang disebutkan oleh ayat ini, merupakan suatu pengetahuan yang di berikan Allah kepada manusia, dan sebagai bahan pemikiran dan penyelidikan.
Ayat ini mendorong orang-orang yang beriman agar menyelidiki segala rupa kehidupan makhluk Allah yang ada di alam ini, untuk memperkuat iman dsn menambha ketaatan serta ketundukan kepada Allah yang maha kuasa.
Alah menyatakan bahwa di dalam alquran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hokum-hukum, hikmah-hikmah. dan bimbingan untuk kebahagian manusia di dunia dan di akhirat dan kebahagian makhluk pada umumnya.
Menurut Ibnu abbas yang di maksud dengan alkitab dalam ayat ini ialah “ ummul-ummul kitab “, yakni Lauh Mahfudz. Karena maksud ayat ini menurutnya adalah : segala sesuatu telah di tuliskan dalam Lauh Mahfudz.
Tafsir Ibnu Katsir
Menurut Mujahid, makna umamun ialah berbagai macam jenis yang nama namanya telah dikenal. Menurut Qatadah, burung-burung adalah umat, manusia adalah umat, begitu pula jin.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: illaa umamun amtsaalukum (“Melainkan umat-umat [juga] seperti kalian.”) (Al An’am: 38) Yakni makhluk juga, sama seperti kalian.
Firman Allah Swt.: maa farath-naa fil kitaabi min syai-in (“Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab.”) (Al-An’am: 38)
Maksudnya, semuanya ada berdasarkan pengetahuan dari Allah, tiada sesuatu pun dari semuanya yang dilupakan oleh Allah mengenai rezeki dan pengaturannya, baik sebagai hewan darat ataupun hewan laut.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain yang artinya:
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (Hud: 6) Yakni tertulis nama namanya, bilangannya, serta tempat-tempatnya, dan semua gerakan serta diamnya terliputi semuanya dalam tulisan itu.
Allah Swt telah berfirman pula :“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kalian, dan Dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Ankabut: 60)
Al-Hafizh Abu Ya’la mengatakan, ‘Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Waqid al-Qaisi Abu Abbad, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Isa ibnu Kaisan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa belalang jarang didapat dalam masa satu tahun dari tahun-tahun masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. Kemudian Umar bertanya-tanya mengenai hal itu, tetapi sia-sia, tidak mendapat suatu berita pun. Dia sedih karena hal tersebut, lalu ia mengirimkan seorang penunggang kuda (penyelidik) dengan tujuan tempat anu, seorang lagi ke negeri Syam, dan seorang lagi menuju negeri Irak. Masing-masing ditugaskan untuk memeriksa keberadaan belalang di tempat-tempat tersebut.
Kemudian datang kepadanya penunggang kuda dari negeri Yaman dengan membawa segenggam belalang, lalu semuanya ditaruh di hadapannya. Ketika ia (Umar) melihatnya, maka ia mengucapkan takbir tiga kali. kemudian berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda:
“Allah Swt. telah menciptakan seribu umat (jenis makhluk), enam ratus umat di antaranya berada di laut dan yang empat ratusnya berada di daratan. Mula-mula umat yang binasa dari seluruhnya ialah belalang. Apabila belalang telah musnah, maka merembet ke yang lainnya seperti halnya untaian kalung apabila talinya terputus.”
Firman Allah Swt.: tsumma ilaa rabbiHim yuhsyaruun (“kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”) (Al An’am: 38)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: tsumma ilaa rabbiHim yuhsyaruun (“kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”) (Al An’am: 38)
Bahwa penghimpunannya ialah bila telah mati.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil, dari Sa’id, dari Masruq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas; disebutkan bahwa matinya hewan-hewan merupakan saat penghimpunannya.
Hal yang s ama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas .
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Mujahid dan ad-Dahhak yang semisal.
Pendapat yang kedua mengatakan, penghimpunannya ialah saat hari berbangkit, yaitu di hari kiamat nanti,berdasarkan firman AllahSwt.yang artinya:“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.”(AtTakwir: 5)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sulaiman, dari Munzir As Sauri, dari guru-guru mereka, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. melhat dua ekor domba yang sedang adu tanduk (bertarung), lalu Rasulullah Saw. bersabda:
“HaiAbu Zar, tahukah kamu mengapa keduanya saling menanduk?” Abu Zar menjawab, “Tidak.” Nabi Saw. bersabda “Tetapi Allah mengetahui, dan Dia kelak akan melakukan peradilan di antara keduanya.”
Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Ma’ma r , dari AI A’masy, dari orang yang disebutkannya, dari Abu Zar yang menceritakan bahwa ketika para sahabat sedang berada di hadapan Rasulullah Saw., tiba-tiba dua kambing jantan saling menanduk [berlaga]. Maka Rasulullah Saw. bersabda:
“Tahukah kalian mengapa keduanya tanduk-menanduk?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Kami tidak tahu.” Rasulullah Saw. bersabad, “Tetapi Allah mengetahui, dan kelak Dia akan mengadakan peradilan di antara keduanya.”
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur Munzir As-Sauri, dari Abu Zar, lalu ia menyebutkannya, tetapi ditambahkan bahwa Abu Zar berkata, “Dan sesungguhnya Rasulullah Saw. meninggalkan kami, sedangkan tidak sekali-kali ada seekor burung mengepakkan sayapnya di langit melainkan beliau Saw. menceritakan kepada kami pengetahuan mengenainya.”
Abdullah ibnu Imam Ahmad telah mengatakan di dalam kitab musnad ayahnya, bahwa telah menceritakan kepadaku Abbas ibnu Muhammad dan Abu Yahya Al-Bazzar; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Nasir, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Al Awwam ibnu Muz ahim, dari Bani Qais ibnu Sa’labah, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Usman r.a., bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Sesungguhnya hewan yang tidak bertanduk benar-benar akan menuntut hukum qisas terhadap hewan yang bertanduk (yang telah menanduknya) kelak di hari kiamat.”
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mam, dari Ja’far ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya:Illaa umamun amtsaalukum maa farrathnaa fil kitaabi min syai-in tsumma ilaa rabbiHim yuhsyaruun (“melainkan umat-umat [juga] seperti kalian. Tiadalah Kami lupakan sesuatu pun di dalam AlKitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”) (Al An’am: 38)
Bahwa semua makhluk kelak di hari kiamat dihimpunkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya, burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Alllah pada hari itu menaungi semuanya sehingga hewan yang tidak bertanduk mengqisas hewan bertanduk yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, “Jadilah kamu sekalian tanah. ” Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:“Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba: 40)
Hal ini telah diriwayatkan secara marfu’ di dalam hadits yang menceritakan sur (sangkakala).
Adapun firman Allah dalam surah al an’am ayat 39:

“Dan orang orang yang mendustakan ayat kami adalah tuli,bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan,niscaya disesatkannya, dan barang siapa yang dikehendaki Allah(untuk diberi petunjuk),niscaya dia menjadikannya berada diatas jalan yang lurus”.
Yakni perumpamaan mereka dalam kejahilannya dan keminiman ilmu serta ketiadaan pengertiannya sama dengan orang yang tuli tidak dapat mendengar, bisu tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar dari apa yang mendukungnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya menggambarkan keadaan mereka, yaitu:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari ) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar.”) (Al-Baqarah: 17-18)
Sama pula dengan apa yang digambarkan oleh Allah Swt. dalam firman lainnya:
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan: gelap gulitayang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya tiadalah dia dapat melihatnya (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (An-Nur: 40)
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: may yasya-illaaHu yudl-lilHu wa may yasya’ yaj’alHu ‘alaa shiraathim mustaqiim (“Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah [kesesatannya], niscaya disesatkan-Nya Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah [untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.”) (Al An’am: 39)
Yakni Dialah yang mengatur makhluk-Nya menurut apa yang dikehendakinya.

Quraish Shihab
Bukti paling kuat atas kekuasaan, kebijaksanaan, dan kasih sayang Allah adalah bahwa Dia mencipta segala sesuatu. Tiada binatang yang melata di bumi atau burung yang terbang di awang-awang kecuali diciptakan oleh Allah dengan berkelompok-kelompok seperti kalian, lalu Dia beri ciri khusus dan cara hidup tersendiri. Tidak ada sesuatu apa pun yang luput dari catatan Kami dalam kitab yang terjaga di sisi Kami (al-lawh al-mahfûzh), walau mereka tidak mempercayainya. Pada hari kiamat, mereka akan dikumpulkan bersama bangsa-bangsa lain untuk diadili. Makhluk hidup dikelompokkan menurut keluarga-keluarga yang mempunyai ciri-ciri genetik, tugas, dan tabiat tersendiri. Dalam ayat ini terdapat isyarat tentang perbedaan bentuk dan cara hidup antara makhluk-makhluk hidup itu, suatu ketentuan yang berlaku pada manusia dan makhluk hidup yang lain.
Kajian Historis
Satu riwayat daripada Jabir bin Abdillah r.a beliau berkata, "Makanlah belalang kerana ia merupakan satu makanan yang di gemari oleh Sayidina Umar Ibnul Khattab. Satu ketika Sayidina Umar pernah ditanya tentang belalang adakah dia memilikinya. Beliau tidak memperolehi berita mengenainya dan tidak memilikinya buat masa itu dan Sayidina Umar agak sedih kerana tidak dapat sediakan belalang kepada orang yang meminta itu.
"Lalu Sayidina Umar menghantar seseorang untuk mencari serangga tersebut di merata-rata tempat sehingga sampai ke Syria dan Iraq. Setelah puas mencari utusan Umar balik semula menemuinya dan beliau bertanyakan tentang serangga tersebut sama ada utusan itu memperolehinya atau sebaliknya.
"Jabir berkata lagi, "Tiba-tiba datang seorang dari Yaman membawa segenggam belalang. Dia membawanya kepada Umar dan menggenggamnya dengan kedua-dua belah tangannya. Apabila Umar melihatnya maka gembiralah ia sambil bertakbir tiga kali. Kemudian Umar berkata, "aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud, "Allah Azza Wajalla telah mencipta 1000 umat. Daripadanya sebanyak 600 umat berada di laut dan 400 umat lagi berada di darat. Dan umat yang paling awal binasa di kalangan mereka ialah belalang. Apabila serangga itu mula binasa akan diikuti dengan kumpulan serangga yang lain mengikut peraturan yang serupa dengan kehancurannya apabila terputusnya rangkaian kehidupannya."Allah berfirman yang bermaksud, "Kemudian mereka (sekalian) akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisabdanmenerimabalasan)."(Surahal-An'am:38)
Allah menghimpunkan semua makhluk pada hari akhirat kelak. Binatang pun dihimpunkan di sana, di mana ada riwayat mengatakan bagi binatang berlaku berhitungan terhadap mereka di padang mahsyar.Selepas selesai perhitungan itu dibuat mereka dimatikan oleh Allah. Perhitungan itu dibuat sama ada di antara binatang itu sesama binatang ataupun dengan manusia. Mereka dibalas pada hari tersebut.Sementara manusia tidak dimatikan oleh Allah. Perhitungan itu dibuat sama ada ke syurga atau neraka. Begitulah juga jin dan syaitan. Mereka diberi balasan setimpal dengan apa yang mereka telah lakukan di dunia dahulu dan kesudahan mereka juga ialah sama ada keneraka atau kesyurga.Seterusnya Allah berfirman yang bermaksud," dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat keterangan Kami, mereka adalah bisu dan tuli." (Surah al-An'am:39)
Yakni perumpamaan sedikitnya ilmu dan kefahaman serta terlalu jahil mereka yang kafir atau munafik itu diumpamakan sebagai manusia yang bisu dan tuli, tidak mau mendengar keterangan tanda-tanda kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya.Sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya, bahwa bersama dengan sifat-sifat tersebut menunjukkan mereka juga berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat kebenaran.
Bagaimana mereka berupaya keluar daripada kegelapan dan kesesatan sekiranya sifat mereka sedemikian rupa, sudah tentu mereka tidak akan menemui jalan kebenaran sebagaimana dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya yang bermaksud, "perbandingan hal mereka (golongan munafik itu) samalah seperti orang yang menyalakan api; apabila api itu menerangi sekelilingnya, (tiba-tiba) Allah hilangkan cahaya (yang menerangi mereka dan dibiarkan mereka dalam gelap gelita, tidak dapat melihat sesuatu pun.

KESIMPULAN
Bahwa semua makhluk kelak di hari kiamat dihimpunkan, termasuk semua binatang ternak, binatang-binatang lainnya, burung-burung, dan semua makhluk. Kemudian keadilan Allah pada hari itu menaungi semuanya sehingga hewan yang tidak bertanduk mengqisas hewan bertanduk yang pernah menanduknya. Setelah itu Allah berfirman, “Jadilah kamu sekalian tanah. ” Karena itulah orang kafir (pada hari itu) mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:“Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba: 40)
perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat Allah dalam kejahilannya dan keminiman ilmu serta ketiadaan pengertiannya sama dengan orang yang tuli tidak dapat mendengar, bisu tidak dapat bicara, dan selain itu berada dalam kegelapan tanpa dapat melihat. Maka orang yang seperti itu mustahil mendapat petunjuk ke jalan yang benar atau dapat keluar dari apa yang mendukungnya.






DAFTAR PUSTAKA
Agama,Kementrian RI,Al-quran dan tafsirnya,Jakarta:Ikrar Mandiriabadi
Arifin,Zakaria, Zainal,Tafsir Inspirasi,2012.Jakarta:Ikrar Mandiriabadi
Imaduddin Abul Fida Ismail bin Al-Khatib Abu Hafs Umar bin Katsir Asy-Syafi’I Al-Quraisyi Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir.


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda