Hadits Menyimpan Rahasia
PEMBAHASAN
A. Hadits Menyimpan Rahasia
Asas berarti dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat), dan asas juga bisa diartikan sebagai
ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu.
Dan dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling hendaknya selalu
mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Diantaranya adalah asas
kerahasiaan.
Rahasia bisa diartikan sebagai sesuatu yang sengaja
disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain. Di mana segala sesuatu
yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang
lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak
diketahui oleh orang lain. Berikut hadits mengenai asas kerahasiaan:
رَوَى
مُسْلِمٌ عَنْ ثَا بِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى عَلَيَّ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ
الْغِلْمَانِ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ فَأَبْطَأْتُ عَلَى
أُمِّي فَلَمَّاجِئْتُ قَالَتْ مَا حَبَسَكَ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ قَالَتْ مَاحَاجَتُهُ قُلْةُ
إِنَّهَاسِرٌّقَالَتْ لَاتُخْبِرَنَّ بِسِرِّرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ
وَسَلَّمَ أَحَدًاقَالَ أَنَسٌ وَاللهِ لَوْحَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًالَحَدَّثْتُكَ
بِهِ يَاثَابِتُ
Artinya : Muslim meriwayatkan pada Tsabit, dari Anas
r.a, ia berkata: “Rasulullah SAW pernah menemuiku tatkala aku tengah bermain
bersama anak-anak sebayaku. Beliau mengucapkan salam kepada kami. Setelah itu
beliau mengutusku untuk suatu keperluan, namun aku lalu menemui ibuku dan
berlama-lama disana. Ibuku lalu bertanya: ‘apa yang membuatmu tak bermain
lagi?’ Aku menjawab: ‘Rasulullah SAW mengutusku untuk suatu keperluan.’ Ibuku
bertanya: ‘Apa yang menjadi keperluan beliau?’ Aku menjawab: ‘Keperluan beliau
yang satu ini bersifat rahasia.’ Ibu berkata: ‘Sekali-kali janganlah
engkau memberitahukan rahasia Rasulullah SWA kepada seorangpun.’”
Anas berkata kepada Tsabit: “Sekiranya aku boleh memberitahukan kepada
seseorang, tentu aku member tahunya kepadamu, wahai Tsabit.” (HR Muslim).[1]
Asas kerahasiaan ini merupakan kunci dalam usaha
bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan maka
penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua
pihak. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan
baik, maka hilanglah kepercayaan klien. Mereka akan takut meminta bantuan sebab
khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi gunjingan.[2]
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat
8.
Artinya: “….Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”[3]
B. Hadits Mengenai Sikap
yang Harus dimiliki Konselor
Selain menjaga rahasia di dalam proses bimbingan dan
konseling juga diperlukan adanya management waktu agar konseli tidak merasa
bosan dengan proses konseling tersebut. Dalam hadits menyebuutkan
وَعَنْ
اَبِى وَائِلٍ شَقِيْقِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ : كَانَ ابْنُ مَسْعَوْدٍرَضِيَ اللهُ
عَنْهُ يُذَكِّرُنَا فِى كُلِّ خَمِيْسٍ, فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ
يَااَبَاعَبْدِالرَّحْمنِ لَوَدِدْتُ اَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ, فَقَالَ
: اَمَااِنَّهُ يَمْنَعُنِى مِنْذلِكَ اَنِّى اَكْرَهُ اَنْ اُمِلَّكُمْ, وَاِنِّى
اَتَحَوَّ لُكُمْ بِلْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَامُخَافَةَ السّامَتِ عَلَيْنَا
Artinya: “Dari Abu Syaqiq bin Salamah, ia berkata; “setiap
hari kamis Ibnu Mas’ud ra bisa member nasehat kepada kami. Waktu itu ada yang
usul : “Wahai Abu Abdurrahman, saya lebih senang apabila kamu mau menasehati
kami setiap hari.” Ibnu Mas’ud menjawab: “Sebenarnya saya bisa member nasehat
setiap hari. Hanya saja, saya khawatir kalau kalian menjadi bosan. Saya sengaja
membatasinya sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya kepada kami. Beliau juga
khawatir kalo kami merasa bosan.” (HR Bukhori-Muslim).[4]
Pada proses konseling, keberhasilan tidak hanya ditentukan
oleh seberapa profesional seorang konselor dalam menjalankan profesinya,
seberapa profesional ia mempraktekan teori-teori yang telah dipelajarinya. Akan
tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor juga menjadi penentu
keberhasilan proses konseling itu.
Sebagai orang muslim, Nabi Muhammad SAW adalah
contoh teladan akhlak yang baik. Konselor bisa menerapkan akhlak Rasululullah
dalam kehidupan sehari-harinya sehingga ketika melakukan proses konseling, ia
disukai klien dan proses konseling yang ia lakukan
berjalan baik. Karena konselor merupakan acuan dan pedoman bagi klien, maka
sudah selayaknya konselor perlu memiliki akhlak islami. Sifat yang harus
dimiliki oleh konselor diantaranya adalah
وَعَنْ
اَنَسٍ رَضِىَّ ا للهُ عَنْهُ النَّبِىِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوْا, وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
yang artinya : “Dari Anas r.a. dari Nabi SAW., Beliau
bersabda : “permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan
jangan mempergusarkan!” (HR. Bukhari-Muslim).[5]
Hadits ini merupakan suatu pengarahan dimana seorang
konselor (Da’i) dalam melakukan konseling kepada klien hendaknya mereka selalu
bersikap dan bertingkah yang ceria dan menggembirakan. Karena tingkah demikian
akan menarik hati dan orang akan condong kepadanya. Dan janganlah bersikap yang
menggusarkan dan menakutkan karena sikap seperti itu bukan membuat orang segan
tapi malah sebaliknya, sikap seperti itu akan membuat orang lari menjauhi kita.
Dalam Q.S At-Thaahaa menyebutkan
Yang artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
وَعَنْ جَرِ يْرِ بْنِ عَبْدِ ا للهُ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ
يَقُوْلُ : مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَكُلَّهُ
Artinya: “Dari Jarir bin Abdillah r.a., ia berkata :
aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “siapa yang tidak dianugrahi
sifat kelembutan maka ia tidak dianugrahi kebaikan apa
saja”. (HR. Muslim)[6]
Seorang konselor yang tidak mempunyai sifat kelembutan, maka
dalam melakukan proses konseling akan menciptakan suasana yang kaku atau tidak
nyaman akibatnya akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan.
HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI
Pada proses konseling, keberhasilan tidak hanya
ditentukan oleh seberapa profesional seorang konselor dalam menjalankan
profesinya, seberapa profesional ia mempraktekan teori-teori yang telah
dipelajarinya. Akan tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor juga menjadi
penentu keberhasilan proses konseling itu.
Sebagai orang muslim, Nabi Muhammad Saw adalah
contoh teladan akhlak yang baik. Konselor bisa menerapkan akhlak Rasululullah
dalam kehidupan sehari-harinya sehingga ketika melakukan proses konseling, ia
disukai klien dan proses konseling yang ia lakukan
berjalan baik. Karena konselor merupakan acuan dan pedoman bagi klien, maka
sudah selayaknya konselor perlu memiliki akhlak islami.
Dalam makalah ini, pemakalah akan menjabarkan
beberapa hadist tentang akhlak konselor islami, yaitu: Akhlak Sebagai
Standar Kebaikan, Mencintai dan Membenarkan Kebenaran, Jujur dan Amanah,
Tabligh/Aspiratif, Ikhlas, Sabar dan Lemah Lembut, Rendah Hati dan Santun.
1. Akhlak Sebagai
Standar Kebaikan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
يُحَدِّثُنَا إِذْ قَالَ
لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا
مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
[رواه البخاري] [1]
Artinya :dari Abdullah bin Amru, dia berkata
Rasulullah Saw tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji,
bahwa beliau bersabda: sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia
akhlaknya. (HR. Bukhari)
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ
إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ
أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ
فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ .قَالَ أَبُو عِيسَى: وَالثَّرْثَارُ
هُوَ الْكَثِيرُ الْكَلَامِ وَالْمُتَشَدِّقُ الَّذِي يَتَطَاوَلُ عَلَى النَّاسِ
فِي الْكَلَامِ وَيَبْذُو عَلَيْهِمْ [رواه الترمذي] [2]
Artinya:
Dari Jabar, Nabi bersabda: sesungguhnya termasuk orang yang paling aku cintai
dan paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak dihari kiamat adalah orang
yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh
dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarum, mutasyadiqum, dan
mutafaihiqum, sahabat berkata,” ya rasululullah, kami sudah tahu arti
tsartsarum, mutasyadiqum, lalu apa arti Mutafaihiqum?” Beliau menjawab, “
Orang-orang sombong”. (HR. Tarmidzi)
Layaknya seorang konselor memiliki akhlak yang
mulia, dan menjauhi akhlak yang keji, karena seorang konselor akan menjadi
contoh bagi klien. Jadi seorang konselor islami dapat berpedoman pada akhlak
Rosulullah SAW yang mana semuanya itu tertera pada Al-Quran dan Hadist. Selain
itu seorang konselor tidak boleh bersifat sombong. Seharusnya konselor menjauhi
sifat sombong.
2. Mencintai dan
Membenarkan Kebenaran
Seorang pembimbing atau konselor harus memiliki
sifat siddiq, yakni cinta pada kebenaran dan mengatakan benar sesuatu sesuatu
yang memang benar.[3]
عَنْ أَوْسَطَ بْنِ إِسْمَعِيلَ
الْبَجَلِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا بَكْرٍ حِينَ قُبِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي مَقَامِي هَذَا عَامَ الْأَوَّلِ ثُمَّ بَكَى أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ
قَالَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّهُ مَعَ الْبِرِّ وَهُمَا فِي الْجَنَّةِ
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّهُ مَعَ الْفُجُورِ وَهُمَا فِي النَّارِ
وَسَلُوا اللَّهَ الْمُعَافَاةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُؤْتَ أَحَدٌ بَعْدَ الْيَقِينِ
خَيْرًا مِنْ الْمُعَافَاةِ وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا
تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا [رواه إبن
ماجه] [4]
Artinya: Dari
Autsah bin Ismail, Nabi SAW pernah berdiri ditempatku ini, kemudian Abu Bakar
menangis. Lalu nabi berkata, berlaku jujurlah kalian. Karena sesungguhnya
kejujuran akan diiringi oleh kebaikan dan keduanya akan (mengiringi pelakunya
ke dalam) surga. Jauhilah dusta. Karena dusta akan senantiasa diirigi oleh
kemaksiatan, keduanya (akan mengiringi perilaku menuju) neraka. Mintalah kepada
Allah perlindungan, karena sesungguhnya tidak ada karunia yang lebih baik,
setelah keimanan daripada perlindungan Allah. Janganlah kalian saling memboikot
dan membenci. Hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR.
Ibnu Majah).
Hadist
diatas menjelaskan bahwa sifat jujur akan membawa pelakunya ke dalam sorga.
Sedangkan jika sifat dusta akan membawa pelakunya ke dalam neraka.
Kebenaran bersifat relatif, akan tetapi kebenaran
yang haqiqi adalah kebenaran yang datang dari Allah SWT. Nabi Muhammad bersabda
yang di riwayatkan oleh HR. Tarmidzi:
عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ
السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ [رواه
الترمذي] [5]
Artinya: Dari abil Haura’ Sa’diyya berkata Hasan Bin
Ali Bin Abi Abi Thalib, Cucu Rasulullah, “Apa yang kamu hafal dari rasululah?”
Dia berkata, “saya telah menghafal dari rasululah SAW: Tinggalkan apa-apa yang
kamu ragukan menuju apa-apa yang tidak kamu ragu. Sesungguhnya kebenaran itu
adalah tum’ninah dan kebohongan itu riba. (HR. Tarmidzi)
Agar proses konseling berjalan dengan baik, maka
seorang konselor harus mencintai klien dan membenarkan semua perkataan klien
karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa klien tidak pernah salah. Dan
apabila klien saat menyampaikan kata-kata ternyata ada yang salah kita tidak
boleh langsung menyalahkannya.
Dalam proses konseling konselor harus mencintai
kliennya dengan sukarela membantu permasalahan yang dialami klien dan
mengentaskan permasalahan dengan rasa cintanya itu. Dalam menyikapi persoalan
setiap konselor agar mencari tahu kebenaran dan menjunjung tinggi kebenaran
tersebut, sehingga dengan kebenaran yang didapatkan, pengentasan sebuah
persoalan pun dapat dientaskan secara maksimal. Dalam hal ini, bukan berarti
konselor membenarkan semua perkataan klien, karena belum tentu semua yang
dikatakan oleh klien itu benar, disini konselor mengarahkan klien untuk
mengatakan sesungguhnya yang benar.
3. Jujur dan
Amanah
َنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا
أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ
اللَّهُ [رواه البخاري][6]
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda
“siapa yang mengambil (berutang) harta manusia dan ingin membayarnya maka Allah
melunaskannya. Sementara siapa yang berutang dengan keinginan untuk menelantarkannya
(tidak membayar) maka Allah benar-benar membinasakannya”.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مَسْعُودٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لا إِيمَانَ
لِمَنْ لا أَمَانَةَ لَهُ، وَلا دِينَ لِمَنْ لا عَهْدَ لَهُ، وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لا يَسْتَقِيمُ دِينَ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ،
وَلا يَسْتَقِيمُ لِسَانُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ لا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
وَمَا الْبَوَائِقُ؟ قَالَ:غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ، وَأَيُّمَا رَجُلٍ أَصَابَ مَالا
مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ، وَأَنْفَقَ مِنْهُ، لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَإِنْ
تَصَدَّقَ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ، وَمَا بَقِيَ فَزَادُهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ
الْخَبِيثَ لا يُكَفِّرُ الْخَبِيثَ، وَلَكِنَّ الطَّيِّبَ يُكَفِّرُ
الْخَبِيثَ. [رواه الطبراني] [7]
Artinya: Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan haji, dan atas nama Allah
yang jiwa Muhammad ada pada tangannya, tidak akan istiqamah agama seseorang
sebelum istiqamah lisannya, dan tidak akan istiqamah lisannya apabila hatinya
tidak istiqamah. Dan tidak akan masuk surga bagi siapa yang selalu mengganggu
tetangganya. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu Bawaih yaitu
kekerasan dan penindasan dan ketika seseorang pemuda mendapatkan harta yang
tidak halal, dan dia menafkahkannya, maka tidak ada berkah yang dia dapatkan
dan apabila dia sedekahkan maka tidak diterima yang tinggal baginya hanyalah
neraka sesungguhnya kebusukan tidak akan menutup kebusukan/kejahatan, akan
tetapi kebaikanlah yang akan menutup kebusukan. (HR. Thabrani)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa seorang
konselor itu harus bersikap transparan, autentik dan asli. Sikap jujur ini
sangat penting dalam konseling karena alasan-alasan berikut:
a. Sikap
keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis
yang lebih dekat satu sama lainnya dalam proses konseling, konselor yang
menutup atau menyembunyikan bagian-bagian terhadap klien dapat menghalangi
terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat
penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan secara langsung dan
terbuka antara konselor dengan klien. Apabila konselor fdengan klien tertutup
dalam konseling maka dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.
b. Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan secara objektif kepada klien.[8]
Karena tugas konselor berpotensi untuk mengetahui
berbagai kondisi konseli. Ada yang bersifat biasa dan ada yang rahasia. Ada
yang boleh diketahui oleh publik tanpa menimbulkan masalah baik dari segi fisik
maupun mental dan ada pula yang memalukan jika diketahui oleh orang banyak.
Dalam hal ini konselor harus dapat menjaga rahasia, jika hal ini tidak
terlaksanakan maka orang yang bermasalah enggan untuk berkonsultasi dengan
konselor, sehingga proses konseling tidak sampai terjadi, atau hubungan antara
konselor dengan konseli dapat terganggu. Kemampuan untuk menjaga rahasia juga
dituntut bagi konselor yang profesional. Rahasia konseli merupakan amanah bagi
konselor. Ia tidak boleh membeberkannya kepada orang yang tidak berhak
(berkepentingan). Bila hal itu dilakukannya erarti ia menghianatinya. Dengan
demikian, menceritakan kondisi klien yang termasuk kategori gibah diatas selain
melanggar kode etik profesi konselor juga termasuk munafik.
Selain itu, jujur seorang konselor yang jujur
diberika kebaikan baik di dunia dan akhirat. Ia akan dimakkan ke dalam surga
yang mendapat gelar kelak akhirat, ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat
gelar yang sangat terhormat yaitu siddiq. Artinya orang yang sangat jujur
dan benar.
Konselor yang jujur dan amanah merupakan konselor
yang mampu menjalankan tugas sesuai dengan posisinya.
4. Tabligh atau Aspiratif
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ
فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ [رواه أبو داود] [9]
Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulululah SAW
bersabda: Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu dirahasiakannya, maka
dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.
(HR. Abu Daud)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَحْقِرْ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَحْقِرُ
أَحَدُنَا نَفْسَهُ قَالَ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالٌ ثُمَّ لَا
يَقُولُ فِيهِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا
مَنَعَكَ أَنْ تَقُولَ فِي كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ خَشْيَةُ النَّاسِ فَيَقُولُ
فَإِيَّايَ كُنْتَ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى [رواه ابن ماجه] [10]
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id, beliau
berkata: Rasulullah telah bersabda: janganlah salah seorang mencela dirinya.
Mereka berkata, “wahai rasulullah bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?”
Beliau menjawab: “dia melihat perkara Allah diperbincangkan lalu dia tidak
mengatakan (pembelaan) kepadanya. Maka Allah Azza Wa Jalla akan berkata
kepadanya kelak dihari kiamat, “ Apa yang mencegahmu untuk mengatakan begini
dan begini?” lalu dia menjawab, “ Saya takut terhadap manusia.” Maka Allah pun
berfirman, “ Aku lebih berhak untuk kamu takuti.” (HR. Ibnu Majah).
Konselor adalah orang yang banyak
mempunyai informasi dan senang memberikan dan menjelaskna informasinya.
Konselor bukanlah pribadi yang mahakuasa yang tidak mau berbagi dengan orang
lain.[11] Oleh
karena itu, Maksud hadist di atas adalah seorang konselor harus
menyampaikan suatu informasi yang benar kepada kliennya agar klien dapat
terbebas dari permasalahan yang dihadapinya. Dimana dalam penyampaian ini
konselor menyampaikan kebenaran yang ada tentang apa-apa saja yang diketahui
tentang pencegahan dan pengentasan permasalahan kliennya.
Hal ini terkait dengan layanan konseling yaitu
layanan informasi, yang mana seorang konselor dapat memberikan informasi kepada
kliennya, dalam layanan informasi konselor memberikan informasi yang bermanfaat
bagi klien agar adanya permasalahan klien terhadap sesuatu. Layanan informasi
dapat diberikan oleh seorang konselor, yang berguna untuk pengentasan masalah
klien itu.
5. Ikhlas
َنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً
سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ
إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ
إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ
جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي][12]
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud Nabi bersabda:
semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataan Ku.
Kemudian dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya. Betapa banyak orang
yang membawa Fiqih kepada orang yang lebih paham daripadanya. Tiga hal yang
hati seorang muslim tidak akan dapat dengki atasnya, (1) ikhlas dalam beramal;
(2) menasehati imamul muslimin; (3) menepati jama’ah muslimin. Maka sesungguhnya
do’a ereka itu mengikuti dari belakang mereka. (HR. Tarmidzi).
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ
تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ
أَيُّهَا الشَّيْخُ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا
قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ
بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ
الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ
تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ
قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ
فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ
الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا
عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا
إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ
هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ
أُلْقِيَ فِي النَّارِ [رواه مسلم] [13].
Konselor adalah seseorang yang punya keinginan kuat
dan ikhlas untuk membantu oranglain agar bisa berperilaku sesuai petunjuk
al-Qur’an dan Hadist.[14] Ikhlas
yang dimaksud dalam hadist ini yaitu, bagaimana konselor dalam menjalankan
tugasnya memberikan layanan bantuan kepada klien. Hal ini dapat dikaitkan
dengan asas kesukarelaan, dimana konselor harus ikhlas memberikan layanan tanpa
adanya keterpaksaan dalam upaya pengentasan permasalahan klien.
6. Sabar dan
Lemah Lembut
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ نَاسًا
مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ
أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ
يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ
عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ [رواه البخاري] [15]
Artinya: Dari Abi Sa’ad Al-Khudri ra,
berkata: sesungguhnya sekelmopok orang dari sahabat anshar berkata, “meminta
sesuatu dari rasulullah, kemudian beliau memberinya kemudian mereka meminta
lagi. Dan Rasululullah SAW memberinya lagi, sehingga semua habis. Maka
rasululah bersabda, “apa saja yang aku miliki dari kebaikan, maka aku tidak
pernah menyimpannya dari kalian. Barang siapa yang menjaga sifat iffah maka
Allah akan memberikannya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka allah
mencukupinya, barang siapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya.
Dan tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan yang
lebih luas dari kesabaran. (HR. Bukhari)
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ
أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ
صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ [رواه مسلم] [16]
Artinya: Dari Shuhaib, beliau berkata, rasulullah
SAW bersabda: menakjubkan keadaan seorang mukmin.sesungguhnya urusan semuanya
baik, tidakkah ada yang demikian ini kecuali kepada seorang mukmin. Jika
ditimpa hal yang menyenangkan dia bersyukur itu adalah yang baik baginya. Jika
ditimpahkan sesuatu hal yang menyusahkan dia bersabar, maka itu adalah baik
baginya. (HR. Muslim)
Dalam melaksanakan tugas, seorang konselor akan
berhadapan dengan tipe klien yang unik. Masalah dan problematika yang sedang
dihadapi dapat membuat klien kehilangan keseimbangan dalam berbicara, bersikap
dan bertindak.
Untuk itu semua diperlukan kesabaran dan lemah
lembut konselor. Dalam hal ini konselor hendaknya mampu menerima klien apa
adanya dengan penuh kesabaran dan sikap lemah lembut terhadap klien. Konselor
agar dapat mengarahkan klien dengan sikap sabar dan lemah lembut ke arah yang
lebih baik.
Sikap lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa
dipisahkan dari sikap kasih sayang yang harus dimiliki oleh konselor.
Demikiannya halnya Rosulullah SAW, sebagai konselor umat sepanjang zaman, juga
memiliki akhlak yang lemah lembut.
7. Rendah Hati
dan Santun
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي
عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ [رواه مسلم] [17] Artinya:
Dan dari Aisyah ra berkata:”bersabda Rosulullah SAW ya Aisyah, sesungguhnya
Allah SWT maha lembut dan dia mencintai kelembutan dan Allah SWT memberikan
pahala atas kelembutan, tetapi tidak memberikan pahala ketergesaan dan tidaklah
Allah SWT memberikan pahala atas kelembutan sama seperti memberikan pahala
kepada selain-Nya, (HR.Muslim)
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ أَنَّهُ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا
حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى
أَحَدٍ [رواه أبو داود][18]
Artinya: Dari Iyad bin Himar berkata, Rosulullah SAW
bersabda kepada Asyaj Abdul Qais. “ ada dua hal dari diri mu yang disukai oleh
Allah : sabar dan pelahan-lahan.(HR.Abu Daud)
Hal ini sesuai dengan etika seorang konselor harus
rendah hati dan konselor harus menampilkan sifat santun selama menjalani proses
konseling kepada kliennya dan menghargai apa saja yang disampaikan oleh
kliennya.
hadist-hadist Berkaitan dengan Bimbingan dan
Konseling Islam
Berikut ini adalah
beberpa hadist yang berkaitan dengan Bombingan dan Konseling Islam,
diantaranya:
1. Akhlak
Sebagai Standar Kebaikan
ع نْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَاإِذْ
قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا
وَلَا مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ
أَخْلَاقًا [رواه البخاري][1]
Artinya :
“Dari Abdullah bin Amru, dia berkata Rasulullah
Saw tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa
beliau bersabda: sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia
akhlaknya”. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Layaknya seorang konselor memiliki akhlak yang
mulia, dan menjauhi akhlak yang keji, karena seorang konselor akan menjadi
contoh bagi klien. Jadi seorang konselor islami dapat berpedoman pada akhlak
Rosulullah SAW yang mana semuanya itu tertera pada Al-Quran dan Hadist. Selain
itu seorang konselor tidak boleh bersifat sombong. Seharusnya konselor menjauhi
sifat sombong.
2. Jujur
dan Amanah
ع نْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ
أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ
اللَّهُ [رواه البخاري][2]
Artinya:
"Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda
“siapa yang mengambil (berutang) harta manusia dan ingin membayarnya maka Allah
melunaskannya. Sementara siapa yang berutang dengan keinginan untuk
menelantarkannya (tidak membayar) maka Allah benar-benar membinasakannya”. )HR. Bukhori)
Penjelasan:
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa seorang
konselor itu harus bersikap transparan, autentik dan asli. Sikap jujur ini
sangat penting dalam konseling karena alasan-alasan berikut:
a. Sikap
keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis
yang lebih dekat satu sama lainnya dalam proses konseling, konselor yang
menutup atau menyembunyikan bagian-bagian terhadap klien dapat menghalangi
terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat
penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan secara langsung dan
terbuka antara konselor dengan klien. Apabila konselor fdengan klien tertutup
dalam konseling maka dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.
b. Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan secara objektif kepada klien.
Karena tugas konselor berpotensi untuk
mengetahui berbagai kondisi konseli. Ada yang bersifat biasa dan ada yang
rahasia. Ada yang boleh diketahui oleh publik tanpa menimbulkan masalah baik
dari segi fisik maupun mental dan ada pula yang memalukan jika diketahui oleh
orang banyak. Dalam hal ini konselor harus dapat menjaga rahasia, jika hal ini
tidak terlaksanakan maka orang yang bermasalah enggan untuk berkonsultasi
dengan konselor, sehingga proses konseling tidak sampai terjadi, atau hubungan
antara konselor dengan konseli dapat terganggu.
Kemampuan untuk menjaga rahasia juga dituntut
bagi konselor yang profesional. Rahasia konseli merupakan amanah bagi konselor.
Ia tidak boleh membeberkannya kepada orang yang tidak berhak (berkepentingan).
Bila hal itu dilakukannya erarti ia menghianatinya. Dengan demikian,
menceritakan kondisi klien yang termasuk kategori gibah diatas selain melanggar
kode etik profesi konselor juga termasuk munafik.
Selain itu, jujur seorang konselor yang jujur
diberika kebaikan baik di dunia dan akhirat. Ia akan dimakkan ke dalam surga
yang mendapat gelar kelak akhirat, ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat
gelar yang sangat terhormat yaitu siddiq. Artinya orang yang sangat
jujur dan benar.
Konselor yang jujur dan amanah merupakan
konselor yang mampu menjalankan tugas sesuai dengan posisinya.
3. Tabligh
atau Aspiratif
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ
عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [رواه
أبو داود][3]
Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulululah
SAW bersabda: Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu dirahasiakannya,
maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api
neraka. (HR. Abu Daud)
Konselor adalah orang yang banyak
mempunyai informasi dan senang memberikan dan menjelaskna informasinya.
Konselor bukanlah pribadi yang mahakuasa yang tidak mau berbagi dengan orang
lain.[4] Oleh karena itu, Maksud hadist di atas adalah seorang konselor
harus menyampaikan suatu informasi yang benar kepada kliennya agar klien dapat
terbebas dari permasalahan yang dihadapinya. Dimana dalam penyampaian ini
konselor menyampaikan kebenaran yang ada tentang apa-apa saja yang diketahui
tentang pencegahan dan pengentasan permasalahan kliennya.
4. Ikhlas
ع نْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً
سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ
إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ
إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ
جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي][5]
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud Nabi bersabda:
semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataan Ku.
Kemudian dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya. Betapa banyak orang
yang membawa Fiqih kepada orang yang lebih paham daripadanya. Tiga hal yang
hati seorang muslim tidak akan dapat dengki atasnya, (1) ikhlas dalam beramal;
(2) menasehati imamul muslimin; (3) menepati jama’ah muslimin. Maka
sesungguhnya do’a ereka itu mengikuti dari belakang mereka. (HR. Tarmidzi)
Penjelasan:
Konselor adalah seseorang yang punya keinginan
kuat dan ikhlas untuk membantu oranglain agar bisa berperilaku sesuai petunjuk
al-Qur’an dan Hadist. Ikhlas yang dimaksud dalam hadist ini yaitu, bagaimana
konselor dalam menjalankan tugasnya memberikan layanan bantuan kepada klien.
Hal ini dapat dikaitkan dengan asas kesukarelaan, dimana konselor harus ikhlas
memberikan layanan tanpa adanya keterpaksaan dalam upaya pengentasan
permasalahan klien.
5. Sabar
dan Lemah Lembut
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ [رواه مسلم][6]
Artinya: Dari Shuhaib, beliau berkata,
rasulullah SAW bersabda: menakjubkan keadaan seorang mukmin.sesungguhnya urusan
semuanya baik, tidakkah ada yang demikian ini kecuali kepada seorang mukmin.
Jika ditimpa hal yang menyenangkan dia bersyukur itu adalah yang baik baginya.
Jika ditimpahkan sesuatu hal yang menyusahkan dia bersabar, maka itu adalah
baik baginya. (HR. Muslim)
Dalam melaksanakan tugas, seorang konselor akan
berhadapan dengan tipe klien yang unik. Masalah dan problematika yang sedang
dihadapi dapat membuat klien kehilangan keseimbangan dalam berbicara, bersikap
dan bertindak.
Untuk itu semua diperlukan kesabaran dan lemah
lembut konselor. Dalam hal ini konselor hendaknya mampu menerima klien apa
adanya dengan penuh kesabaran dan sikap lemah lembut terhadap klien. Konselor
agar dapat mengarahkan klien dengan sikap sabar dan lemah lembut ke arah yang
lebih baik.
Sikap lemah lembut merupakan sikap yang tidak
bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang yang harus dimiliki oleh konselor.
Demikiannya halnya Rosulullah SAW, sebagai konselor umat sepanjang zaman, juga
memiliki akhlak yang lemah lembut.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda