Intelegensi Secara Etimologis
BAB I
PENDAHULUAN
Intelegensi merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat erat
kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan. Namun tingkat
intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini dikarenakan bahwa
intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang membentuk
intelegensi itu sendiri.
Namun perlu ditekankan
bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita sering salah tafsirkan.
Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai
macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi
seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang.
Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya
intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.
Jika intelegensi
bukanlah IQ, lalu apakah intelegensi, ciri-ciri apa yang menandai bahwa
perbuatan kita adalah perbuatan intelegensi, apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan seseorang ?
permasalahan ini akan penulis bahas secara lugas pada bab berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Intelegensi
1. Pengertian
Intelegensi Secara Etimologis
Intelegensi
berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga bersalal dari
bahasa Latin yaitu “Intellectusdan Intelligentia”. Teori tentang
intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada
tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan
sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut
dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”.
2. Definisi Intelegensi
Menurut Para Ahli.
Alfred
Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi
mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Kemampuan
untuk mengarahkan pikiran dan tindakan
2. Kemampuan
untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan
Super dan Cities
mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar
dari pengalaman.
J. P. Guilford menjelaskan
bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang
bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau
kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan
kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi
yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan
perpaduan dari banyak faktor khusus.
1) K.
Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan
pemahaman atau pengertian.
2) George
D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan untuk
memahami masalah-masalah yang bercirikan:
a. Mengandung
kesukaran
b. Komplek
c. Abastrak
d. Diarahkan
pada tujuan
e. Ekonomis
f. Bernilai
sosial
3) Garett (1946) mendefinisikan
setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
4) William
Stern (1953) intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan
baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
5) Bischof,
psikolog Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk memecahkan
segala jenis masalah.
6) Lewis
Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk
berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman, 1958).
7) David
Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif.
8) Thorndike (lih.
Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme mengemukakan pendapatnya
bahwa orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik
atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.
9) Freeman (1959)
memandang intelegensi sebagai
1. Kemampuan
untuk menyatukan pengalaman-pengalaman,
2. Kemampuan
untuk belajar dengan lebih baik,
3. Kemampuan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek
psikologis dan intelektual, dan
4. Kemampuan
untuk berpikir abstrak.
10) Heidenrich (1970) mendefinisikan
kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam
pemecahan masalah.
11) Sorenson
(1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar
merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
12) Suryabrata (1982) intelegensi
didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang
dihadapi.
13) Walters dan Gardnes (1986) mendefinisikan
intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu
memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya
tertentu.
Secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah:
1. Kemampuan
untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar)
2. Kemampuan
berfikir secara abstrak
3. Kemampuan
berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional
4. Kemampuan
untuk menyatukan pengalaman-pengalaman
5. Kemampuan
untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
6. Kemampuan
untuk belajar dengan lebih baik,
7. Kemampuan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek
psikologis dan intelektual
8. Kemampuan
untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru
9. Kemampuan
untuk memahami masalah dan memecahkannya
Karena intelegensi
merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Intelegensi atau
kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener,
seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan
pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Tingkat
intelegensi dapat diukur dengan kecepatan memecahkan masalah-masalah tersebut.
Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan
dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu.
Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
Para ahli
psikologi memiliki pendapat yang berbeda tentang defenisi intelegensi, berikut
adalah pengertian intelegensi yang di uraikan oleh beberapa tokoh :
Andrew
Crider Tahun 1983, mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik,
mudah untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.
Alfred Binet, tokoh
utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri atas
tiga komponen, yaitu :
Kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau tindakan;
Kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan;
Kemampuan untuk mengkritik
diri sendiri atau melakukan auto criticism;
George D.
Stoddard 1941, menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk
memahami masalah-masalah yang bercirikan :
David
Wechsler 1958, pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular
mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk
bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara nasional, serta menghadapi
lingkungannya dengan efektif.
Walters dan
Gardnes 1986, mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan
yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi
eksistensi suatu budaya tertentu.
Flynn 1987,
mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan
kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Bebarapa uraian ringkas
mengenai teori intelegensi beserta tokohnya masing-masing :
Alfred Binet,
Mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetic yaitu berkembang dari suatu
faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik
yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.
Edward Lee Thorndike,
Teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan
spesifik yang ditampilkan dalam wujud perilaku intelegensi.
Robert j. Sternberg,
Teori ini lebih menekankan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi
sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori yang dikemukakan
Sternberg dikenal dengan Teori Intelegensi Triarchic. Teori ini berusaha
menjelaskan secara terpadu hubungan antara :
1. Intelegensi
dan Dunia Internal seseorang;
2. Intelegensi
dan Dunia Eksternal seseorang;
3. Intelegensi
dan Pengalaman.
Meskipun terdapat
berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada
dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal
pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber
tunggal pengetahuan sejati.
B. Ciri-ciri Perbuatan
Intelegensi
Suatu perbuatan dapat
dianggap intelegen bila memenuhi beberapa syarat, antara lain:[3]
Masalah yang dihadapi
banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
Perbuatan intelegen
sifatnya serasi tujuan dan ekonomis.
Masalah yang dihadapi
harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan.
Keterangan pemecahan
masalahnya harus dapat diterima oleh masyarakat.
Perbuatan intelegen
bercirikan kecepatan, cepat tanggap dan tangkas.
Membutuhkan pemusatan
perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah
yang dihadapi.
Contoh perbuatan yang
menyangkut intelejensi: jika seseorang mengamati taman bunga, ini adalah
persepsi. Tetapi kalau ia mengamati bunga-bunga yang sejenis atau mulai
menghitung, menganalisa, membandingkan dari berbagai macam bunga yang ada dalam
taman tersebut, maka perbuatannya sudah merupakan perbuatan yang
berintelegensi.
Whitherington,
mempunyai ciri-ciri hakiki yaitu : cepat, makin cepat suatu pekerjaan
diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan, cekatan, biasanya
dihubungkan dengan pekerjaan tangan, dengan mudah dan ringkas menjelaskan
sesuatu, tepat, sesuai dengan tuntutan keadaan, misalnya mengukur jalan yang
panjang dengan besaran yang benar pula. Juga berarti mengukur dengan tepat,
tidak lebih dan tidak kurang. ciri-ciri perilaku individu yang memiliki
kecerdasan tinggi adalah:
1. Terarah
kepada tujuan (purposeful behavior). Perilaku inteligen selalu mempunyai tujuan
dan diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut, tidak ada perilaku yang
sia-sia.
2. Tingkah
laku terkoordinasi (organized behavior). Seluruh aktivitas dari perilaku
inteligen selalu terkoordinasi dengan baik. Tidak ada perilaku yang tidak
direncanakan atau tidak terkendali.
3. Sikap
jasmaniah yang baik (physical well toned behavior). Perilaku cerdas didukung
oleh sikap jasmaniah yang baik. Seorang siswa yang belajar secara inteligen,
duduk dan baik, menempatkan bahan yang dipelajari dengan baik, memegang alat
tulis dengan baik, dan sebagainya, tidak belajar sambil tiduran, sambl
tengkurap dan lain-lain.
4. Memiliki
daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior). Perilaku cerdas cepat membaca
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak mengeluh atau merasakan
hambatan dari lingkungan.
5. Berorientasi
kepada sukses (succes oriented behavior). Perilaku cerdas berorientasi kepada
keberhasilan, tidak takut gagal, selalu optimis.
6. Mempunyai
motivasi yang tinggi (clearly motivated behavior). Perilaku cerdas selalu
didorong oleh motivasi yang kuat baik yang datangnya dari dalam dirinya maupun
dari luar.
7. Dilakukan
dengan cepat (rapid behavior). Perilaku cerdas dilakukan dengan cepat, karena
ia dengan cepat pula dapat memahami situasi atau permasalahan.
Menyangkut kegiatan
yang luas (broad behavior). Perilaku cerdas menyangkut suatu kegiatan yang luas
dan kompleks yang membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang mendalam
C. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Intelegensi
Seperti yang telah kita
ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Hal
ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan
(pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan
kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat
diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut :
1. Pengaruh
Faktor Bawaan,
Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak
saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ),
orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara
( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya
( + 0,10 – + 0,20 ).
2. Pengaruh
Faktor Lingkungan,
Perkembangan anak
sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan
antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting
selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan
berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
3. Stabilitas
Intelegensi Dan IQ,
Intelegensi bukanlah
IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang
IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur
sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan
organik otak.
4. Pengaruh
Faktor Kematangan,
Tiap organ dalam tubuh
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun
psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh
Faktor Pembentukan,
Pembentukan ialah
segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi.
6. Minat
Dan Pembawaan yang Khas,
Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia
untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa
manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut
di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya
seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor
tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut
serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
D. Komponen-komponen
Inteligensi
1. Kemampuan
untuk berpikir dan mengambil pelajaran dari pengalaman.
2. Kemampuan
untuk berpikir atau menalar secara abstrak.
3. Kemampuan
untuk beradaptasi dengan hal-hal yang timbul dari dunia yang selalu berubah dan
tidak pasti.
4. Kemampuan
untuk mamotivasi diri sendiri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang
perlu diselesaikan.
Rumus Inteligensi
Keterangan :
MA = Mental Age (usia mental)
CA =
Chronological Age (usia kronologis)
Kategori Inteligensi IQ
(Intelligence Quotient / Tingkat Kecerdasan) Deskrepsi verbal Persentase
Populasi dalam setiap kelompok:
0 -
19 Idiot 1
20 – 49
Embicile
50 – 69
Moron 2
70 –
79 Inferior 6
80 –
89 Bodoh 15
90 –
109 Normal 46
110 – 119 Pandai 18
120 – 129 Superior 8
130 – 139 Sangat
superior 3
140 – 179 Gifted
180 – ke atas Genius 1
E. Kecerdasan jamak
(Multiple intelligence)
Setiap orang memilki
kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika
mengembangkan model kecerdasan “multiple intelligence”. Multiple
intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap
orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang
berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan
kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Menurut Howard Gardener
dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
1. kecerdasan
linguistik
Kecerdasan linguistik
adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan
maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan
kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan
untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan
informasi.
2. Kecerdasan logik
matematik
Kecerdasan logik
matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu
memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk
akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola
hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal
yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang
kecil kepada hal-hal yang besar.
3. Kecerdasan visual
dan spasial
Kecerdasan visual dan
spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial
secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang
berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan
warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen
tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari
berbagai sudut pandang.
4. kecerdasan musik
Kecerdasan musik adalah
kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan
mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu
sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17
negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam
penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria
mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata
ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu
musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat
membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan
berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita
dalam meningkatkan daya ingat.
5. kecerdasan
interpersonal
Kecerdasan
interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan
perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang
lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia
orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. kecerdasan
intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan
pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang
yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika
(sopan santun) dan moral.
7. kecerdasan
kinestetik
Kecerdasan kinestetik
ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk
mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan,
kelenturan dan kecepatan.
8. kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis
adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat
kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah
kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam
semesta.
Ada baiknya kita
menjajaki jenis kecerdasan kita sendiri mana yang sudah berkembang dan mana
yang belum. Dari delapan kecerdasan (intelligence) tersebut, manakah yang
menjadi keunggulan anda dan mana yang belum anada gunakan secara maksimal?.
Dengan mengetahui bahwa anda memilki kelebihan atau kekurangan pada kecerdasan
tertentu, anda akan dapat berbenah diri dan meningkatakn kemampuan anda. Untuk
bisa mengetahui lebih jelas mana kecerdasan anda yang lebih dominan dan menjadi
kekuatan anda, tidak ada salahnya menjawab pertanyaan berikut ini.
F. Hubungan Intelegensi
dengan Kehidupan Seseorang
Sebagaimana telah
diuraikan diatas bahwa intelegensi ialah kemampuan umum mental individu yang
nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam memecahkan masalah atau dalam
melaksanakan tugas yang taraf kualitas kemampuannya diukur dengan kecepatan,
ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
Dalam kenyataan
sebenarnya sulit untuk menentukan korelasi antara intelegensi seseorang dengan
kehidupannya. Memang kecerdasan atau intelegensi seseorang memainkan peran yang
penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks.
Intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan
seseorang, banyak lagi faktor yang lain.
Faktor kesehatan dan
ada tidaknya kesempatan tidak dapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja
meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam berusaha mengembangkan dirinya
dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas tapi tak ada kesempatan
mengembangkan dirinya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi) seseorang sangat
berpengaruh dan turut menentukan. Banyak orang-orang yang sebenarnya memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam
kehidupannya. Ini disebabkan karena misalnya kekuranganmampuan bergaul dengan
orang-orang lain dalam masyarakat, atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi
sehingga tidak atau kurang adanya untuk mencapainya.
Sebaliknya adapula yang
sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, tetapi dapat maju dan
mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan todak banyak
faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya. Akan tetapi intelegensi yang
rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan bekembang, meskipun orng
gigih dan tekun dalam usahanya.
G. Tips Melatih Otak
untuk meningkatkan IQ (Intelligence Quotient)
Kecerdasan erat
kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan
dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai
tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental
yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.
Belajar dari orang
Jepang, mereka dikenal dengan kecerdasan dan kedisiplinannya. Selain doyan
makanan yang kaya protein, orang Jepang juga dikenal suka melakukan latihan
otak yang
dapat meningkatkan IQ(Intelligence
Quotient) dan membuat otak terus aktif. Popularitas latihan otak dari Jepang
dimulai sejak tahun 2005 dengan permainan Nintendo Brain Age dan teka-teki
seperti Sudoku.
Beberapa tips
latihan otak yang sering dilakukan orang Jepang dengan cara bermain game
seperti dibawah ini:
1. Brain Age
Mengingat banyaknya
orang usia lanjut di Jepang, Dr Ryuta Kawashima dari Tohoku University of
Medicine memutuskan untuk menciptakan suatu permainan yang dapat mengembalikan
kelincahan mental warga lanjut usia di Jepang.
Kawashima menciptakan
video game yang dapat digunakan untuk meningkatkan penalaran mental dan bahasa.
Penelitiannya menciptakan game Nintendo, Brain Age. Brain Age memiliki komponen
yang menguji dan meningkatkan kemampuan matematika, kemampuan memori serta
kemampuan yang meningkatkan jalur saraf.
2. Sudoku
Sudoku adalah puzzle
Jepang yang melatih sisi penalaran dan analisis otak. Sudoku dipopulerkan oleh
Nikoli Puzzle Company pada tahun 1986 dan menjadi populer di seluruh dunia pada
tahun 2005. Puzzle Sudoku terdiri dari kotak persegi 9×9, yang mana setiap
baris berisi nomor 1 sampai 9.
Pada awal permainan,
ada beberapa angka dalam setiap persegi, kemudian para pemain harus menggunakan
logikanya untuk menalarkan kolom dan baris yang masih kosong dengan angka-angka
yang sesuai. Ada banyak variasi sudoku, seperti sudoku untuk anak-anak yang
menggunakan kotak yang lebih kecil dan memiliki simbol seperti planet dan
binatang, bukan angka.
3. Anzan
Anzan merupakan awal
dari adanya latihan otak di Jepang. Anzan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
yang berarti ‘perhitungan mental’ dan melibatkan serangkaian panjang hitungan
angka dengan membayangkan sempoa.
Pada anzan, sempoa
digambarkan dalam pikiran. Penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan
pembukuan dilengkapi melalui konsentrasi yang mendalam dan manipulasi sempoa
mental. Untuk menjadi mahir, orang harus banyak berlatih. Anak-anak di Jepang
biasanya latihan anzan 2 jam sehari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Intelegensi
berasal dari bahasa Inggris Intelligence. Intelligence sendiri adalah
terjemahan dari bahasa Latinintellectus dan intelligentiae.
2. Intelegensi
atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Donald Stener,
seorang Psikolog menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan
pegetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah.
3. Kecerdasan
erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut
sebagai tes IQ.
Sebagai kesimpulan dapat
kita katakan kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak
dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana
kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan
pribadi serta kesempatan yang ada.
Jelaslah sekarang bahwa
tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat
kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil penyelidikan ahli antropologi dan
psikologi juga masih disangsikan adanya korelasi yang tetap.
B. Saran
Masih banyak guru yang
hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. disini penulis,
mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan seseorang hanya terdiri dari
kemampuan Logika .
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda