. ISIM INNA WA AKHWATUHA
1.
PENGERTIAN ISIM, FIIL, DAN HURUF
Isim ialah setiap kata yang menunjukkan
nama orang (زَيْنَبُ zainab) , hewan ( أَتَانٌ (ataanun) = keledai),
tumbuhan (شَجَرَةٌ : pohon), benda (قَلَمٌ : pena), tempat
(جُوْجَاكَرْتَا (juujaakartaa) = Jogjakarta), dan sifat (ظٌشُوَا : panas) yang
tidak terikat oleh waktu.
Fi’il
adalah kata yang menunjukkan suatu
makna yang berkaitan dengan suatu waktu (lampau, sekarang, dan yang akan
datang). Fi'il itu ada tiga:
1.
Fi'il
Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah
bahasa inggrisnya adalah past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu.
Contohnya: قَامَ (telah berdiri) atau جَلَسَ (telah duduk).
2.
Fi'il
Mudhori' adalah kata kerja yang memiliki arti
sedang melakukan sesuatu atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues
tense. Contohnya: يَقُوْمُ (sedang berdiri).
3.
Fi'il
Amar adalah kata kerja untuk perintah.
Contohnya قُمْ (bangunlah!) atau اِجْلِسْ (duduklah!).
Huruf secara bahasa memilki arti huruf
seperti yang kita kenal dalam bahasa indonesia ada 26 huruf. Sedangkan dalam
bahasa arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah.
Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan setiap huruf hijaiyah melainkan
huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti وَ (dan) فَ (maka) بِ (dengan) لِ (untuk) سَ (akan) كَ (seperti).
2. PENGERTIAN AL JUMLAH DAN SYBHUL
JUMLAH
Jumlah dalam bahasa arab berarti
"kalimat" di dalam bahasa Indonesia, yakni kalimat yang mempunyai
faidah sempurna. Atau susunan dari dua kata atau lebih yang
memberikan faidah atau pemahaman makna yang sempurna. Biasa kita namakan juga
dengan "kalimat sempurna".Jumlah terbagi menjadi dua, yaitu jumlah
ismiyah dan jumlah fi'liyah.
Contoh :
آمَنْتُبِاللهِ
(aamantu billah) = Aku beriman kepada Allah
1.
Jumlah Ismiyah, adalah kalimat yang dimulai dengan
isim.
اَلأُسْتَاذُُمَرِيْضٌ (al-ustaadzu mariidhun) = ustadz itu
sakit
2.
Jumlah Fi'liyah, adalah kalimat yang dimulai dengan
fi'il.
رَجَعَالأُسْتَاذُُ
(roja’al ustaadzu) = ustadz telah kembali
Sybhul
Jumlah merupakan
susunan kata yang menyerupai jumlah atau bisa disebut juga kalimat tak
sempurna. Sibhul jumlah terdiri dari dua macam, yaitu jer wa majrur dan dzorof
wa mudhof ilaih.
Contoh:
السَّمَاءِعَلَى (di atas langit)
وَرَاءَالمَسْجِدِ
(warooal masjidi) = di belakang masjid
3. PENGERTIAN KATEGORI MABNI DAN
MU’RAB
Kalimah
yang akhirannya bisa berubah-ubah itu disebut mu’rab, dan kalimah yang
akhirannya tidak bisa berubah-ubah itu di sebut mabni, kalimah yang
mu’rab jika kemasukan ‘amil maka pada akhir kalimat tersebut akan mengalami
perubahan baik dari harakat atau huruf, tetapi jika kalimat itu mabni walaupun
dimasukan ‘amil apapun maka kalimat itu akan tetap sama yakni tidak ada
perubahan suatu apapun.
1. Bentuk-bentuk kalimah mu’rab
a. Isim Mu’rab (kalimah isim yang bisa berubah-ubah
akhirnya) : ialah isim yang tidak ada serupa yang bisa mendekatkan kepada
kalimat huruf, isim ini bentuknya ada tiga belas macam : Isim mufrad, Isim
tatsniyah, Isim mulhaq bismi tastniyah, Isim jama’ mudzakar salim, Isim mulhak bijam’i mudzakar salim,
Isim jama’ muanats salim, Isim mulhaq bijam’i muanats salim, Isim jama’ taksi , Asmaul khomsah/sittah, Isim
maqshuIsim manqus Isim ghoiru munshorif , Isim mudhof liyail mutakallim
b.Fi’il Mu’rab (bisa berubah-ubah akhirnya) : ialah
fi’il mudhori’ yang tidak bertemu nun taukid dan nun jama’ inats, fi’il ini
bentuknya ada lima macam: Fi’il mudhori’ shohih, Fi’il mudhori’ af’alul
khomsah ,Fi’il mudhori’ mu’tal bilwawi Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil yak,
Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil alif,
2. Bentuk-bentuk kalimah mabni
a. Isim mabni (harakat akhirnya tetap, tidah
berubah-ubah) : ialah isim yang ada serupa bisa mendekati kepada huruf, isim
ini bentuknya ada enam macam: Isim dhomir ,Isim maushul, Isim isyaroh Isim syarat, Isim istifham, Isim fi’il
b. Fi’il mabni (harakat akhirnya tidak bisa
berubah-ubah) : ialah selain fi’il mudhori’ yang tidak bertemu dengan nun
taukid dan nun jama’ inats, dalam hal ini ada tiga : Fi’il mudhori’yang
bertemu nun taukid atau nun jama’ inats, Fi’il madhi, Fi’il amar.
c. Kalimah huruf itu semuanya di mabnikan (tidak ada
yang mu’rab(. Seperti huruf jer ( مِنْ،
أِلَى، عَنْ، عَلى(
dan lain sebagainya.
4. PENGERTIAN NAAT DAN MAN’UT
A.
Na’at Dan Man’ut (Sifat
Dan Yang Disifati)
Na’at dan man’ut adalah isim beserta sifatnya.Na’at
adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’
nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya.Man’ut artinya kata-kata
benda yang disipati.
Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1) Na’at harus mengikuti man’ut dari
sisi ta’yin (kejelasan) nya.
2) Na’at harus mengikuti man’ut dari
sisi ‘adad (jumlah) nya.
Pembahagian Na’at
a) Na’at hakiki. Yaitu isim yang menunjukkan kata
sifat pada diri kalimat sebelumya atau kalimat yang diikutinya.
b) Na’at sababi.Yaitu
kalimat yang menunjukkan sifat pada isim yang mempunyai hubungan atau ikatan
dengan isim yang didikutinya.Atau na’at sababi adalah na’at yang menunjukkan
sifat bagi isim-isim yang ada hubungannya dengan matbu’nya.
5. PENGERTIAN MUDHAF DAN MUDHAF
ILAIH
Pengertian
Mudhaf dan Mudhaf ilaih
Mudhaf adalah isim yang berada di awal
dalam keadaan nakirah (tapi tanpa tanwin), sedang yang di sebut Mudhaf ilaih adalah isim yang kedua
yang terletak setelah mudhaf.Yang lebih gampang nya kalau mudhaf itu yang di
sandarkan atau yang di gabungkan, sedangkan mudhaf ilaih yaitu yang kena
sandaran.
Macam
– macam bentuk Mudhaf Ilaih
a.
Mu’rob,Mudhof
ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur.
b. Mabni,Mudhof ilaihi yang berbentuk isim
mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai bentuk aslinya).
Hukum
Mudhaf dan Mudhaf Ilaih
1.Hukum Mudhaf.
a) Mudhof tidak didahului alif lam (ال).
b) Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin.
c) Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam
idhofah.
2. Hukum Mudhof Ilaih.
a) Diawali dengan alif lam (ال).Selalu
menempati status majrur (yaitu menggunakan tanda kasrah).
b) Tidak diawali alif lam (ال) tetapi harokat kasroh tanwin.
c) Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa kata sifat,
susunannya berupa menjadi bukan lagi idhofah.
6. PENGERTIAN MAF’UL BIH
Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang
terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum I’rabnya adalah Nashob.Dan Maf’ul bih
adalah isim yang menunjukkan kepada objek /penderita.
Maf’ul Bih adalah objek
penderita, yang dikenai suatu perbuatan.Jika fi’ilnya “memukul” berarti maf’ul
bih-nya “yang dipukul”.Jika fi’ilnya “menolong” maka maf’ul bih-nya “yang
ditolong”.
Setiap Maf’ul
bih harus senantiasaManshub.
Pembagian Maf’ul Bih
Maf’ul
bih terbagi kepada dua bagian, yaitu :
1. ظاهر : yaitu Maf’ul bih yang
terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).
2. ضميرٌ : yaitu Maf’ul bih yang terdiri
dari isim dhamir (kata ganti).Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :
1.
Dhamir Muttashil (bersambung). Maf’ul bih dhamir
muttashil ada dua belas,yaitu :
ضربني, وضربنا, وضربكَ, وضربكِ, وضربكمَا,
وضربكُمْ, وضربكنَّ, وضربَهُ, وضربهَا, وضربهمَا, وضربهُمْ, وضربهنَّ .
2. Dhamir
Munfashil (terpisah). Maf’ul bih dhamir
Munfashil ada dua belas, yaitu :
ايّايَ, وايَّانَا, وايَّاكَ, وايَّاكِ,
وايَّاكمَا, وايَّاكُمْ, وايَّاكُنَّ, وايَّاهُ, وايَّاها, وايَّاهما, وايَّاهُمْ,
وايَّاهُنَّ .
7. MACAM-MACAM HURUF ISTIFHAM
Isim Istifham
Istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untukmenanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.Adawat istifham itu terdiri dari sebelas kata yaitu
1. الهمزة /al-hamzatu = apakah
2.
هل /hal/ ’apakah’,
ما /mā/ ’apa’,
من/man/ ’siapakah’, م
تى /matā/’kapankah’,
كيف /kaifa/ ’bagaimanakah’,
أين/a̓ina/ ’dimanakah’,
أيّان /a̓̓yyāna/’kapankah’,
أنىّ /’annā/ ’bagaimanakah, darimanakah’,
كم /kam/’berapakah’,
أيّ / a̓yyun/ ’manakah, apakah’. Sedangkan
klasifikasi adawat istifham itu terbagi
dua, yaitu huruf istifham dan isim istifham. (Hasyimi, 1960:85) Dan أنىّ /’annā/
termasuk salah satu dari isim istifham. Isim istifham menurut Al-Gulayayni
8. MACAM-MACAM ZARAF ZAMAN DAN
ZARAF MAKAN
A. Zharaf Zaman
Zharaf zaman ialah isim yang menunjukan waktu
(zaman) yang i’rabnya dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada / dalam). Jadi, setiap lafadz yang mengandung makna fii (pada/dalam)
dan menunjukan waktu maka itu adalah zharaf zaman. Contoh :
Lafadz
|
Terjemah
|
Lafadz
|
Terjemah
|
اَلْيَوْمَ
|
Pada
hari ini
|
عَتَمَةً
|
Waktu
sore / isya
|
اللَّيْلَةَ
|
Pada
malam ini
|
صَبَاحًا
|
Pada
waktu subuh
|
غُدْوَةً
|
Pada
pagi hari
|
مَسَاءً
|
Pada
waktu sore
|
بُكْرَةً
|
Waktu
pagi
|
اَبَدًا
|
Selamanya
|
B. Zharaf Makan
Zharaf makan ialah isim yang menunjukan tempat
(makan) yang i’rabnya dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada /
dalam). Jadi, setiap lafadz yang mengandung makna fii
(pada/dalam) dan menunjukan tempat maka itu adalah zharaf makan. Contoh :
Lafadz
|
Terjemah
|
Lafadz
|
Terjemah
|
اَمَامَ
|
Di depan
|
مَعَ
|
Beserta
|
خَلْفَ
|
Di belakang
|
اِزَاءَ
|
Di muka
|
قُدَّامَ
|
Di depan
|
حِذَاءَ
|
Di dekat
|
وَرَآءَ
|
Di belakang
|
تِلْقَاءَ
|
Di hadapan
|
فَوْقَ
|
Di atas
|
هُنَا
|
Di sini
|
9. PENGERTIAN HURUF AL MUNADA
Munada adalah isim yang jatuh
setelah huruf nida’, seperti (ياَ عَبْدَ اللهِ).
Huruf nida’ ada tujuh, yaitu (ياَ), (أ), (أَيْ), (آ), (هَياَ), (أَياَ) dan (وَا)
Pembagian Munada
Munada terbagi menjadi
lima yaitu:
1. Munada Mufrad Alam atau mufrad ma’rifat
adalah munada yang tidak berupa mudlaf atau syibeh mudlaf, baik munada itu
berupa tatsniyyah atau jama’, seperti: (ياَ زَيْدُ),
(ياَ زَيْدَانِ), dan (ياَ زَيْدُونَ).
2. Munada Nakirah
Maqshudah adalah semua isim
nakirah yang jatuh setelah huruf nida’ dan dimaksudkan untuk memu’ayyankannya
(untuk sesuatu yang tertentu), seperti (ياَ رَجُلُ)
“Wahai anak muda (yang ada dihadapan mutakallim).”
3. Munada Nakirah
Ghairu Maqsudah adalah semua isim nakirah yang jatuh setelah huruf nida’ yang
dimaksudkan tidak untuk sesuatu yang tertentu, seperti orang buta yang
mengucapkan (ياَ رَجُلاً خُذْ بِيَدِي)
“Wahai anak muda! Peganglah tanganku.”
4. Munada Mudlaf adalah munada yang
berupa susunan mudlaf-mudlaf ilaih, seperti:
(ياَ غُلاَمَ زَيْدٍ) “Hei pembantunya Zaid.”
5. Munada Syibih Mudlaf adalah munada yang
berupa lafal yang membutuhkan pada lafal yang lainnya untuk kesempurnaan
maknanya, seperti (ياَ طاِلِعاً جَبَلاً) “Hei pendaki gunung.”
10. PENGERTIAN JUMLAH ISIMIYAH DAN FI’LIYAH
Jumlah Isimiyah
“Setiap jumlah/kalimat yang terdiri dari
Mubtada dan Khobar, maka dinamakan dengan Jumlah Ismiyah.”
Misal:
1. اَلدّارُ واسِعَةٌ = Rumah itu luas
2. اَلْجَوُّ مُعتَدِلٌ = Cuaca stabil
3. اَلْغُبارُ
ثائرٌ = Debu berterbangan
4. اَلشّارِعُ
مُزدَحِمٌ = Jalan raya ramai
5. اَلْفَأْرَةُمُختَبِئَةٌ = Tikus bersembunyi
Jumlah Fi’liyah
Jumlah
Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il. Terdiri dari fi’il
(kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah
fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja
tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus
muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar. Namun apabila fa’il berbentuk
mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod
(tunggal).
Contoh : يَقْرَأُ لِبُوْنَ الطَّا (Para
siswa sedang membaca)
11.
PENGERTIAN ISIM NAKIRAH DAN MA’RIFAH
Isim
Nakirah atau
kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
Isim
Ma'rifah atau
kata benda dikenal (tertentu).
Isim
Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf
akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan
Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di
awalnya.
Contoh Isim Nakirah: بَيْتٌ (=
sebuah rumah), وَلَدٌ (= seorang anak)
Contoh Isim Ma'rifah: اَلْبَيْتُ (=
rumah itu), اَلْوَلَدُ (= anak itu)
Selain Isim yang berawalan Alif-Lam,
yang juga termasuk Isim Ma'rifah adalah:
1. Isim 'Alam (Nama). Semua Isim 'Alam termasuk Isim
Ma'rifah, meskipun diantara Isim 'Alam tersebut ada yang huruf akhirnya
bertanwin.
Contoh: أَحْمَدُ (=
Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata
Ganti). Yaitu
kata yang mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau
sekelompok benda/orang.
Contoh: أَنَا (=
aku, saya), نَحْنُ (= kami, kita), هُوَ (=
ia, dia)
12. MACAM-MACAM DHAMIR
A. Pengertian Dhomir
Dhomir
adalah tiap isim yang dibuat untuk mewakili mutakallimin (si pembicara atau
orang pertama), mukhathab (yang diajak berbicara atau orang kedua), ghaib (yang
tidak ada di tempat atau orang ketiga).
B.
Fungsi Dhomir
Dhamir
atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau
mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. Dhamir
termasuk dalam golongan Isim Ma'rifah.
C.
Macam-Macam Dhomir
1. Al-Muttashil, yaitu Dhomir yang bersambung
dengan lafazh sebelumnya. Lebih jelas kita katakan bahwa Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan
untuk mengawali ucapan.
Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak
bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa digunakan untuk mengawali ucapan
dan bisa diletakkan setelah harf
3.
Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi
bisa diperkirakan apa yang dimaksud.
13. ISIM INNA WA AKHWATUHA
Inna dan saudaranya adalah kalimah harf yang berfungsi
menashabkan mubtada yang sekaligus sebagai isimnya, dan merafa’kan khabar yang sekaligus sebagai
khabarnya. Contohnya:
إِنَّ عَلِيًّا مُجْتَهِدٌ = Sesungguhnya
Ali itu besungguh-sungguh.
Adapun saudaranya Inna antara lain:
1. إِنَّ dan أنَّ Menyatakan “ta’kid”, yaitu menyatakan kepastian tanpa
keraguan , bisa diartikan dalam bahasa indonesia dengan kata memang, pasti,
tentu, sungguh atau yang lainnya. Contoh:
إِنَّ مُحَمَّدًا رَجُلٌ شُجَاع : Sungguh Muhammad itu seorang lelaki pemberani.
2. كَأَنَّMenyatakan “tasybih”,
yaitu menyerupakan; seperti, bagaikan, seolah-olah, dan seakan-akan. Misalnya:
: كَأَنَّ وَجْهَكَ الأَنْوَارُ Seolah-olah wajahmu memancarkan cahaya
gemerlap.
3. لَكِنَّMenyatakan “istidrag”,
yaitu yang mempertentangkan dua sesuatu yang bertentangan; tetapi, namun.
Contoh:
: هُوَ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيْرُ عَامِلٍ Dia pandai,tetapi tidak mengamalkan ilmunya.
4. لَيْتَMenyatakan at-tamanni,
yaitu harapan yang mustahil tercapai atau pengadaian; andaikan, seandainya, dan
andaikata. Contoh:
: لَيْتَ لِى قِنْطَارًا مِنَ الذَّهَبِ فَأْحِجُّ Seandainya aku memiliki segudang emas, tentu
aku akan haji.
5. لَعَلَّMenyatakan at-tarajji,
yaitu harapan yang mungkin saja terjadi; mudah-mudahan, semoga, dan moga-moga.
Contoh:
: لَعَلَّ اللهُ يَرْضَاك
Semoga Allah
meridhaimu.
14. ISIM KANNA
AKHWATUHA
Adapun kaana dan saudara-saudaranya
berfungsi merafa’kan isimnya dan menashabkan khabarnya, yaitu : كَانَ
(adalah/keadaan), اَمْسَ (Waktu sore), اَصْبَحَ (waktu pagi), اَضْحَى (waktu
dhuha), ظَلَّ (waktu siang hari), بَاتَ (waktu malam hari), صَار (menjadikan), لَيْسَ
(meniadakan) وَمَازاَلَ وَمَا نْفَكَ وَمَا فَتِئَ وَمَا بَرِحَ (tidak
terputus-putus), مَادَامَ (tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang
bisa di tashrif darinya, misalnya: وَاَصْبِحْ كَانَ وَيَكوُنُ وَكُنْ وَاَصْبَحَ
يُصْبِحُ contoh: كاَنَ زَيْدُ قَا ئِمًا (adalah Zaid berdiri) dan لَيْسَ عَمْرٌ
وَشَاخِصًا (tiadalah Amr menampakan diri).
Kaana dan saudaranya semuanya adalah
kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk
madhi, mudhari, dan amar, yaitu : صَارَ, ظَلَ, بَا تَ, اَمْسَا, اَصْبًحَ, كَانَ
.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk
madhi dan mudhari, yaitu : مَازاَلَ , مَا نْفَكَ . وَمَا فَتِئَ, مَا بَرِحَ
3.
Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja لَيْسَ , dan وَمَادَامَ
Kaana dan saudaranya yang mempunyai
isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (مَازاَلَ
. مَا فَتِئ, لَيْسَ ) yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki
fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam,
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda