Senin, 10 Juli 2017

. ISIM INNA WA AKHWATUHA



1. PENGERTIAN ISIM, FIIL, DAN HURUF
            Isim ialah setiap kata yang menunjukkan nama orang (زَيْنَبُ zainab) , hewan ( أَتَانٌ (ataanun) = keledai), tumbuhan (شَجَرَةٌ : pohon), benda (قَلَمٌ : pena), tempat (جُوْجَاكَرْتَا (juujaakartaa) = Jogjakarta), dan sifat (ظٌشُوَا : panas) yang tidak terikat oleh waktu.
            Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang berkaitan dengan suatu waktu (lampau, sekarang, dan yang akan datang). Fi'il itu ada tiga:
1.         Fi'il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah bahasa inggrisnya adalah past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu. Contohnya: قَامَ (telah berdiri) atau جَلَسَ (telah duduk).
2.         Fi'il Mudhori' adalah kata kerja yang memiliki arti sedang melakukan sesuatu atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues tense. Contohnya: يَقُوْمُ (sedang berdiri).
3.         Fi'il Amar adalah kata kerja untuk perintah. Contohnya قُمْ (bangunlah!) atau اِجْلِسْ (duduklah!).
             Huruf secara bahasa memilki arti huruf seperti yang kita kenal dalam bahasa indonesia ada 26 huruf. Sedangkan dalam bahasa arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan setiap huruf hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti وَ (dan) فَ (maka) بِ (dengan) لِ (untuk) سَ (akan) كَ (seperti).


2. PENGERTIAN AL JUMLAH DAN SYBHUL JUMLAH
Jumlah dalam bahasa arab berarti "kalimat" di dalam bahasa Indonesia, yakni kalimat yang mempunyai faidah sempurna. Atau susunan dari dua kata atau lebih yang memberikan faidah atau pemahaman makna yang sempurna. Biasa kita namakan juga dengan "kalimat sempurna".Jumlah terbagi menjadi dua, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi'liyah.
Contoh : آمَنْتُبِاللهِ                      (aamantu billah) = Aku beriman kepada Allah
1.      Jumlah Ismiyah, adalah kalimat yang dimulai dengan isim.
اَلأُسْتَاذُُمَرِيْضٌ     (al-ustaadzu mariidhun) = ustadz itu sakit
2.      Jumlah Fi'liyah, adalah kalimat yang dimulai dengan fi'il.
رَجَعَالأُسْتَاذُُ           (roja’al ustaadzu) = ustadz telah kembali
Sybhul Jumlah merupakan susunan kata yang menyerupai jumlah atau bisa disebut juga kalimat tak sempurna. Sibhul jumlah terdiri dari dua macam, yaitu jer wa majrur dan dzorof wa mudhof ilaih.
Contoh: السَّمَاءِعَلَى (di atas langit)
وَرَاءَالمَسْجِدِ       (warooal masjidi) = di belakang masjid






3. PENGERTIAN KATEGORI MABNI DAN MU’RAB
            Kalimah yang akhirannya bisa berubah-ubah itu disebut mu’rab, dan kalimah yang akhirannya tidak bisa berubah-ubah itu di sebut mabni, kalimah yang mu’rab jika kemasukan ‘amil maka pada akhir kalimat tersebut akan mengalami perubahan baik dari harakat atau huruf, tetapi jika kalimat itu mabni walaupun dimasukan ‘amil apapun maka kalimat itu akan tetap sama yakni tidak ada perubahan suatu apapun.
1. Bentuk-bentuk kalimah mu’rab
a. Isim Mu’rab (kalimah isim yang bisa berubah-ubah akhirnya) : ialah isim yang tidak ada serupa yang bisa mendekatkan kepada kalimat huruf, isim ini bentuknya ada tiga belas macam : Isim mufrad, Isim tatsniyah, Isim mulhaq bismi tastniyah, Isim jama’ mudzakar salim, Isim mulhak bijam’i mudzakar salim, Isim jama’ muanats salim, Isim mulhaq bijam’i muanats salim, Isim jama’ taksi , Asmaul khomsah/sittah, Isim maqshuIsim manqus Isim ghoiru munshorif , Isim mudhof liyail mutakallim
b.Fi’il Mu’rab (bisa berubah-ubah akhirnya) : ialah fi’il mudhori’ yang tidak bertemu nun taukid dan nun jama’ inats, fi’il ini bentuknya ada lima macam: Fi’il mudhori’ shohih, Fi’il mudhori’ af’alul khomsah ,Fi’il mudhori’ mu’tal bilwawi Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil yak, Fi’il mudhori’ mu’tal akhir bil alif,
2. Bentuk-bentuk kalimah mabni
a. Isim mabni (harakat akhirnya tetap, tidah berubah-ubah) : ialah isim yang ada serupa bisa mendekati kepada huruf, isim ini bentuknya ada enam macam: Isim dhomir ,Isim maushul, Isim isyaroh Isim syarat, Isim istifham, Isim fi’il
b. Fi’il mabni (harakat akhirnya tidak bisa berubah-ubah) : ialah selain fi’il mudhori’ yang tidak bertemu dengan nun taukid dan nun jama’ inats, dalam hal ini ada tiga : Fi’il mudhori’yang bertemu nun taukid atau nun jama’ inats, Fi’il madhi, Fi’il amar.
c. Kalimah huruf itu semuanya di mabnikan (tidak ada yang mu’rab(. Seperti huruf jer ( مِنْ، أِلَى، عَنْ، عَلى(  dan lain sebagainya.
4. PENGERTIAN NAAT DAN MAN’UT
A. Na’at Dan Man’ut (Sifat Dan Yang Disifati)
         Na’at dan man’ut adalah isim beserta sifatnya.Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’ nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya.Man’ut artinya kata-kata benda yang disipati.
Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya.
2) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya.
Pembahagian Na’at
a) Na’at hakiki. Yaitu isim yang menunjukkan kata sifat pada diri kalimat sebelumya atau kalimat yang diikutinya.
b) Na’at sababi.Yaitu kalimat yang menunjukkan sifat pada isim yang mempunyai hubungan atau ikatan dengan isim yang didikutinya.Atau na’at sababi adalah na’at yang menunjukkan sifat bagi isim-isim yang ada hubungannya dengan matbu’nya.








5. PENGERTIAN MUDHAF DAN MUDHAF ILAIH
Pengertian Mudhaf dan Mudhaf ilaih
            Mudhaf adalah isim yang berada di awal dalam keadaan nakirah (tapi tanpa tanwin), sedang yang di sebut Mudhaf ilaih adalah isim yang kedua yang terletak setelah mudhaf.Yang lebih gampang nya kalau mudhaf itu yang di sandarkan atau yang di gabungkan, sedangkan mudhaf ilaih yaitu yang kena sandaran.
Macam – macam bentuk Mudhaf Ilaih
a. Mu’rob,Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur.
b. Mabni,Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai bentuk aslinya).
Hukum Mudhaf dan Mudhaf Ilaih
1.Hukum Mudhaf.
a) Mudhof tidak didahului alif lam (ال).
b) Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin.
c) Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.
2. Hukum Mudhof Ilaih.
a) Diawali dengan alif lam (ال).Selalu menempati status majrur (yaitu menggunakan tanda kasrah).
b) Tidak diawali alif lam (ال) tetapi harokat kasroh tanwin.
c) Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa kata sifat, susunannya berupa menjadi bukan lagi idhofah.

6. PENGERTIAN MAF’UL BIH
            Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum I’rabnya adalah Nashob.Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada objek /penderita.
Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan.Jika fi’ilnya “memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”.Jika fi’ilnya “menolong” maka maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
Setiap Maf’ul bih harus senantiasaManshub.
Pembagian Maf’ul Bih
Maf’ul bih terbagi kepada dua bagian, yaitu :
1. ظاهر   : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).
2. ضميرٌ : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Dhamir Muttashil (bersambung). Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu :
ضربني, وضربنا, وضربكَ, وضربكِ, وضربكمَا, وضربكُمْ, وضربكنَّ, وضربَهُ, وضربهَا, وضربهمَا, وضربهُمْ, وضربهنَّ .
2. Dhamir Munfashil (terpisah). Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :
ايّايَ, وايَّانَا, وايَّاكَ, وايَّاكِ, وايَّاكمَا, وايَّاكُمْ, وايَّاكُنَّ, وايَّاهُ, وايَّاها, وايَّاهما, وايَّاهُمْ, وايَّاهُنَّ .



7. MACAM-MACAM HURUF ISTIFHAM

Isim Istifham


Istifham
 adalah suatu ucapan yang dipergunakan untukmenanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.Adawat istifham itu terdiri dari sebelas kata yaitu
1. الهمزة /al-hamzatu = apakah
2.  هل /hal/ ’apakah’,
 ما /mā/ ’apa’,
 من/man/ ’siapakah’, م
تى /matā/’kapankah’,
 كيف /kaifa/ ’bagaimanakah’,
 أين/a̓ina/ ’dimanakah’,
 أيّان /a̓̓yyāna/’kapankah’,
 أنىّ /’annā/ ’bagaimanakah, darimanakah’,
 كم /kam/’berapakah’,
أيّ / a̓yyun/ ’manakah, apakah’. Sedangkan klasifikasi adawat istifham itu terbagi
dua, yaitu huruf istifham dan isim istifham. (Hasyimi, 1960:85) Dan أنىّ /’annā/
termasuk salah satu dari isim istifham. Isim istifham menurut Al-Gulayayni



8. MACAM-MACAM ZARAF ZAMAN DAN ZARAF MAKAN
A. Zharaf Zaman     
            Zharaf zaman ialah isim yang menunjukan waktu (zaman) yang i’rabnya dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada / dalam). Jadi, setiap lafadz yang mengandung makna fii (pada/dalam) dan menunjukan waktu  maka itu adalah zharaf zaman. Contoh :
Lafadz
Terjemah
Lafadz
Terjemah
اَلْيَوْمَ
Pada hari ini
عَتَمَةً
Waktu sore / isya
اللَّيْلَةَ
Pada malam ini
صَبَاحًا
Pada waktu subuh
غُدْوَةً
Pada pagi hari
مَسَاءً
Pada waktu sore
بُكْرَةً
Waktu pagi
اَبَدًا
Selamanya
B. Zharaf Makan
            Zharaf makan ialah isim yang menunjukan tempat (makan) yang i’rabnya dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada / dalam). Jadi, setiap lafadz yang mengandung makna fii (pada/dalam) dan menunjukan tempat maka itu adalah zharaf makan. Contoh :
Lafadz
Terjemah
Lafadz
Terjemah
اَمَامَ
Di depan
مَعَ
Beserta
خَلْفَ
Di belakang
اِزَاءَ
Di muka
قُدَّامَ
Di depan
حِذَاءَ
Di dekat
وَرَآءَ
Di belakang
تِلْقَاءَ
Di hadapan
فَوْقَ
Di atas
هُنَا
Di sini


9. PENGERTIAN HURUF AL MUNADA
Munada adalah isim yang jatuh setelah huruf nida’, seperti (ياَ عَبْدَ اللهِ). Huruf nida’ ada tujuh, yaitu (ياَ), (أ), (أَيْ), (آ), (هَياَ), (أَياَ) dan (وَا)
Pembagian Munada
Munada terbagi menjadi lima yaitu:
1. Munada Mufrad Alam atau mufrad ma’rifat adalah munada yang tidak berupa mudlaf atau syibeh mudlaf, baik munada itu berupa tatsniyyah atau jama’, seperti: (ياَ زَيْدُ), (ياَ زَيْدَانِ), dan (ياَ زَيْدُونَ).
2. Munada Nakirah Maqshudah adalah semua isim nakirah yang jatuh setelah huruf nida’ dan dimaksudkan untuk memu’ayyankannya (untuk sesuatu yang tertentu), seperti (ياَ رَجُلُ) “Wahai anak muda (yang ada dihadapan mutakallim).”
3. Munada Nakirah Ghairu Maqsudah adalah semua isim nakirah yang jatuh setelah huruf nida’ yang dimaksudkan tidak untuk sesuatu yang tertentu, seperti orang buta yang mengucapkan (ياَ رَجُلاً خُذْ بِيَدِي) “Wahai anak muda! Peganglah tanganku.”
4. Munada Mudlaf adalah munada yang berupa susunan mudlaf-mudlaf ilaih, seperti:
     (ياَ غُلاَمَ زَيْدٍ) “Hei pembantunya Zaid.”
5. Munada Syibih Mudlaf adalah munada yang berupa lafal yang membutuhkan pada lafal yang lainnya untuk kesempurnaan maknanya, seperti (ياَ طاِلِعاً جَبَلاً) “Hei pendaki gunung.”
10. PENGERTIAN JUMLAH ISIMIYAH DAN FI’LIYAH
Jumlah Isimiyah       
 “Setiap jumlah/kalimat yang terdiri dari Mubtada dan Khobar, maka dinamakan dengan Jumlah Ismiyah.”
Misal:
1. اَلدّارُ واسِعَةٌ              = Rumah itu luas
2. اَلْجَوُّ مُعتَدِلٌ              = Cuaca stabil          
3. اَلْغُبارُ ثائرٌ               = Debu berterbangan
4. اَلشّارِعُ مُزدَحِمٌ          = Jalan raya ramai
5. اَلْفَأْرَةُمُختَبِئَةٌ             Tikus bersembunyi

Jumlah Fi’liyah
            Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il. Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar. Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Contoh :          يَقْرَأُ لِبُوْنَ الطَّا (Para siswa sedang membaca)



11. PENGERTIAN ISIM NAKIRAH DAN MA’RIFAH
Isim Nakirah atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
Isim Ma'rifah atau kata benda dikenal (tertentu).
            Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً  ٍ  ٌ  ). Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Contoh Isim Nakirah: بَيْتٌ  (= sebuah rumah), وَلَدٌ  (= seorang anak)
Contoh Isim Ma'rifah: اَلْبَيْتُ  (= rumah itu), اَلْوَلَدُ (= anak itu)
Selain Isim yang berawalan Alif-Lam, yang juga termasuk Isim Ma'rifah adalah:
1. Isim 'Alam (Nama). Semua Isim 'Alam termasuk Isim Ma'rifah, meskipun diantara Isim 'Alam tersebut ada yang huruf akhirnya bertanwin.
Contoh:  أَحْمَدُ  (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata Ganti). Yaitu kata yang mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok benda/orang.
Contoh: أَنَا  (= aku, saya), نَحْنُ (= kami, kita), هُوَ (= ia, dia)




12. MACAM-MACAM DHAMIR

A. Pengertian Dhomir

                  Dhomir adalah tiap isim yang dibuat untuk mewakili mutakallimin (si pembicara atau orang pertama), mukhathab (yang diajak berbicara atau orang kedua), ghaib (yang tidak ada di tempat atau orang ketiga).
B. Fungsi Dhomir
            Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang. Dhamir termasuk dalam golongan Isim Ma'rifah.
C. Macam-Macam Dhomir
1.    Al-Muttashil, yaitu Dhomir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Lebih jelas kita katakan bahwa  Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan.
 Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah harf
3. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa diperkirakan apa yang dimaksud.


13. ISIM INNA WA AKHWATUHA
Inna dan saudaranya adalah kalimah harf yang berfungsi menashabkan mubtada yang sekaligus sebagai isimnya, dan merafa’kan khabar yang sekaligus sebagai khabarnya. Contohnya:
إِنَّ عَلِيًّا مُجْتَهِدٌ  = Sesungguhnya Ali itu besungguh-sungguh.
Adapun saudaranya Inna antara lain:
1.       إِنَّ dan  أنَّ  Menyatakan “ta’kid”, yaitu menyatakan kepastian tanpa keraguan , bisa diartikan dalam bahasa indonesia dengan kata memang, pasti, tentu, sungguh atau yang lainnya. Contoh:
 إِنَّ مُحَمَّدًا رَجُلٌ شُجَاع       : Sungguh Muhammad itu seorang lelaki pemberani.
2.       كَأَنَّMenyatakan “tasybih”, yaitu menyerupakan; seperti, bagaikan, seolah-olah, dan seakan-akan. Misalnya:
:  كَأَنَّ وَجْهَكَ الأَنْوَارُ      Seolah-olah wajahmu memancarkan cahaya gemerlap.
3.       لَكِنَّMenyatakan “istidrag”, yaitu yang mempertentangkan dua sesuatu yang bertentangan; tetapi, namun. Contoh:
: هُوَ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيْرُ عَامِلٍ     Dia pandai,tetapi tidak mengamalkan ilmunya.
4.       لَيْتَMenyatakan at-tamanni, yaitu harapan yang mustahil tercapai atau pengadaian; andaikan, seandainya, dan andaikata. Contoh:
: لَيْتَ لِى قِنْطَارًا مِنَ الذَّهَبِ فَأْحِجُّ      Seandainya aku memiliki segudang emas, tentu aku akan haji.
5.       لَعَلَّMenyatakan at-tarajji, yaitu harapan yang mungkin saja terjadi; mudah-mudahan, semoga, dan moga-moga. Contoh:
: لَعَلَّ اللهُ يَرْضَاك       Semoga Allah meridhaimu.
14. ISIM KANNA AKHWATUHA
            Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan menashabkan khabarnya, yaitu : كَانَ (adalah/keadaan), اَمْسَ (Waktu sore), اَصْبَحَ (waktu pagi), اَضْحَى (waktu dhuha), ظَلَّ (waktu siang hari), بَاتَ (waktu malam hari), صَار (menjadikan), لَيْسَ (meniadakan) وَمَازاَلَ وَمَا نْفَكَ وَمَا فَتِئَ وَمَا بَرِحَ (tidak terputus-putus), مَادَامَ (tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang bisa di tashrif darinya, misalnya: وَاَصْبِحْ كَانَ وَيَكوُنُ وَكُنْ وَاَصْبَحَ يُصْبِحُ contoh: كاَنَ زَيْدُ قَا ئِمًا (adalah Zaid berdiri) dan لَيْسَ عَمْرٌ وَشَاخِصًا (tiadalah Amr menampakan diri). 
            Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : صَارَ, ظَلَ, بَا تَ, اَمْسَا, اَصْبًحَ, كَانَ .
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : مَازاَلَ , مَا نْفَكَ . وَمَا فَتِئَ, مَا بَرِحَ
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja لَيْسَ , dan وَمَادَامَ 
            Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (مَازاَلَ . مَا فَتِئ, لَيْسَ ) yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam, 





0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda