MAKALAH SEJARAH KOLONIALISME
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah tentang kolonialisme
dunia Barat terhadap negeri Timur Jauh khususnya wilayah Islam sangat sedikit
sekali dibahas. Sehingga para penerus generasi Islam tidak banyak yang tahu
tentang apa yang disebut masa Renaissance di Eropa.
Maka
dengan hadirnya makalah ini, penulis berharap akan dapat memberikan informasi
yang cukup untuk mengisi kekosongan referensi tentang bentuk kolonialisme Barat
terhadap negeri-negeri Islam.
Perlu diketahui bahwa Umat Islam
mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni
kerajaan Utsmani, Safawi dan Mughal. Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam
terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga
kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya.
Periode tiga kerajaan tersebut
(1503-1789) bahkan disebutkan sebagai periode-periode peradaban emas Islam,
setelah sebelumnya mengalami kemunduran pasca jatuhnya dinasti Abbasiyyah di
Baghdad oleh serbuan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Kemajuan pada masa itu lebih
kepada aspek material dan lemah pada bidang pemikiran, sains, seni dan
filsafat. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer dan wilayah
teritorial negara yang kuat pada masa itu, namun kemajuan tersebut tidak
mendorong terjadinya kemajuan pada bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Ketidakseimbangan inilah yang
akhirnya menyebabkan ketidakmampuannya kerajaan Islam menandingi kekuatan Eropa
modern yang didukung oleh sains dan teknologi.
Kebangkitan bangsa Barat
bermuara pada semangat keilmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa
Barat menuju penemuan-penemuan baru dan penjelajahan samudra, serta revolusi
industri hingga berujung pada imperialisme terhadap wilayah-wilayah Islam pada
khususnya.
Dengan organisasi dan persenjataan
modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap
daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu
negara Islam.
Hal ini dibuktikan ketika Perancis
menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan
tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882,
Sudan pada 1889.
Sementara itu, wilayah Islam di Asia
Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat. Kekuatan Eropa saling berlomba
untuk menguasai wilayah-wilayah Islam di timur jauh, yakni wilayah Asia. Dengan
ketidakberdayaannya Tiga Kerajaan Islam saat itu, kekuatan Eropa dengan mudah
menaklukan wailayah-wilayah yang sebelumnya telah dikuasai Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, pemakalah dapat merumusan masalah yang kemudian akan
dikembangkan lagi dalam bab pembahasan, di antaranya ialah :
1. Bagaimana gambaran Masa Renaissance di Eropa?
2. Bagaimana bentuk imperealisme Barat terhadap dunia Islam?
3. Bagaimana usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi keterpurukan.
1. Bagaimana gambaran Masa Renaissance di Eropa?
2. Bagaimana bentuk imperealisme Barat terhadap dunia Islam?
3. Bagaimana usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi keterpurukan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Masa Renaissance di Eropa
Eropa menghadapi tantangan
yang sangat berat. Terutama kerajaan Usmani yang melakukan berbagai penelitian
tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Sejarah menceritakan bahwa setelah
Christoper Colombus menemukan benua Amerika (1492 M) dan akses baru ke belahan
timur melalui Tanjung Harapan oleh Vasco da Gama (1498) otomatis benua Amerika
dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan eropa. Penemuan ini amat
berpengaruh besar terhadap kemajuan Eropa, karena dengan penemuan tersebut
mereka tidak tergantung lagi pada jalur lama yang notabene dikuasai oleh umat
Islam.
L. Stoddard dalam bukunya The
New World of Islam menggambarkan bahwa dengan sekejap mata dinding laut itu
berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segera menjadi yang
di`pertuankan di laut dan dengan demikian, yang dipertuan di dunia.
Perekonomian bangasa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka
baginya.
Tak lama setelah itu, mulailah
kemajuan Barat melampaui kemajuan Islam yang semakin lama mengalami kemunduran.
Kemajuan Barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan terbukti dengan munculnya universitas-universitas
kenamaandiantaranya seperti Oxford dan Cambridge di Inggris yang termasuk
universitas paling awal berdirinya. Universitas-universitas inilah yang
kemudian menjadi pusat kajian yang menghidupkan kembali kajian hukum Romawi,
yang diwariskan oleh pemikir-pemikir Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Setelah pada abad ke-14 dan 15,
bangsa Eropa mulai mencoba melakukan gebrakan dan eksperimen-eksperimen baru.
Mereka tidak lagi puas dengan kurikulum lama yang digunakan di universitas,
mereka tidak lagi berdiam diri melihat pasukan Islam menguasai daerah-daerah
penting di wilayah laut Tengah. Mereka ingin melakukan gebrakan perubahan
menuju era baru yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissence atau
kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan
kebangunan intelektual yang mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah
Eropa selama abad-abad pertengahan.
B. Penjajahan Eropa Terhadap Dunia Islam
Kemajuan bangsa Barat semakin
dipercepat oleh kamajuan di bidang sains dan teknologi, yang sebelumnya memang
telah ada cikal bakalnya. Beberapa kemajuan teknologi yang dicapai antara lain
penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin
memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkepalan dan militer berkembang dengan
pesat. Selain itu kemajuan di bidang abad lamanya. Demikian pula pusat
kekuasaan Romawi Timur yaitu Konstantinopel, yang juga merupakan pusat agama
Kristen dapat dikuasai oleh Islam, pada masa Sultan Muhammad II (1453) dari
dinasti Turki Usmani.
Bahkan kota Konstantinopel hingga
saat ini masih dikuasai oleh Islam dan telah berubah nama menjadi Istambul,
yang sempat dijadikan ibu kota Turki Usmani sebelum akhirnya dipindah ke
Ankara. Terlepas dari hal tersebut, motivasi Barat menjajah Dunia Islam adalah
motivasi ekonomi, politik, hingga agama.
Dalam Motivasi ekonomi dapat
terlihat dari ekspansi Barat ke Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai
berkembang, merupakan wilayah yang subur dan memiliki potensi sumber daya alam
seperti rempah-rempah dan menjanjikan dalam penanaman modal. Di samping
rempah-rempah mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat
memasarkan hasil industrinya. Mereka melakukan monopoli perdagangan dengan
merebut bandar-bandar pelabuhan besar yang sebelumnya menjadi daerah
perdagangan umat Islam dari Arab, Persia, India, dan Cina. Mereka menguras
kekayaan pribumi dengan cara paksa, disertai kekerasan senjata demi merebut
bandar perdagangan tersebut.
Selain itu, India ketika berada pada
masa pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal
itu mengundang Eropa, yang sedang mengalami kemajuan berdagang kesana. Awal
abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Tahun 1611 M,
Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda mendapat izin
yang sama.
Mulai saat itu, Inggris semakin
leluasa untuk melebarkan sayapnya di Anak Benua India dan sekitarnya. Pada
tahun 1842 M, Keamiran Muslim Sind di India mulai dikuasainya. Pada tahun 1857
M, kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun kemudian rajanya yang
terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India dikuasai penuh oleh
Inggris. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan Muslim Baluchistan jatuh di
bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam
baru mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu
dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih
awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena
dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih
lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.
Seperti kedatangan Portugis,
Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan
perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik
negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi
politik yang mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu
penjajah dengan sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat
kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan
jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak
memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan
rakyat agar tidak ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam
keberadaan kaum penjajah.
Setelah bangsa Barat menguasai
ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang
menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris
atau zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah
Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah,
yaituGold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai
kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama
Kristen di masyarakat yang terjajah.
Imperealisme Barat telah memberikan
dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam. Peradaban Islam
berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang merusak semakin
nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya
melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak peradaban dan
generasi Islam.
Imperealisme Barat telah berdampak
kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam yang pertama
kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia Tenggara dan di
Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur Tengah, yang masih
berada di bawah kekuasaan kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masaberikutnya.
C. Usaha Umat Islam Bangkit dari Keterpurukan
Ekspansi Barat ke Timur Tengah di
mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami
kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan
teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani
oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah
kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi
serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani
telah melakukan perubahan-perubahan.
Mereka belajar dari kekalahan di
Wina tersebut. Di antara pembaharuan yang dilakukan ialah :
a. Pengiriman duta-duta ke Eropa, untuk melihat dan meneliti dari dekat kemajuan Eropa.
b. Selanjutnya, berdirilah sekolah teknik militer pada tahun
1734, dengan mendatangkan para ahli militer Eropa sebagai pengajarnya.
c. Adapun pembaharuan lainnya adalah penerjemahan buku-buku
Eropa ke dalam bahasa Turki, serta pembukaan percetakan, semua dilakukan untuk
kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan.
Usaha-usaha ini baru membuahkan hasil setelah
penghalang pembaharuan utama, yaitu tentara Yenissari (merupakan pihak yang
menolak adanya pembaharuan ini) dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun
1826. Namun, gerakan pembaharuan ini ternyata tidak mampu menghentikan gerakan
Barat yang begitu cepat. Selama abad ke-18 M, Barat menyerang wilayah kekuasaan
Turki Usmani yang berujung pada penandatanganan Perjanjian san Stefano (Maret,
1878 M), dan Perjanjian Berlin ( Juni-Juli, 1878 M) antara kerajaan Usmani dan
Rusia, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Turki Usmani di Eropa.
Setelah terjadi Perang Dunia I pada tahun 1915,
Turki Usmani berada di pihak yang kalah, dan menjadi serbuan Sekutu hingga
tahun 1919 M. Akhirnya, kekuasaan Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan
kekhalifaannya dihapuskan (1924 M). Semua daerah kekuasaannya, baik di Asia
maupun Afrika, diambil alih oleh pihak Eropa yang menang perang. Penetrasi
Barat ke dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh Inggris dan
Perancis yang memang sedang bersaing.
Di wilayah Afrika, beberapa negara Islam yang
menjadi sasaran penjajahan di anataranya adalah Mesir dijajah oleh Inggris
(1882 M), Sudan dijajah oleh Inggris (1899 M), Libya dijajah oleh Italia (1911
M), Tunisia dijajah oleh Prancis (1881 M), Aljazair dijajah oleh Perancis (1830
M), Maroko dijajah oleh Perancis (1911 M), selain itu Afrika Tengah dan Afrika
Timur pun tak luput dari sasaran penjajahan. Tak hanya itu, wilayah
jazirah Arab juga menjadi sasaran penjajahan. Suriah dan Lebanon juga pernah
dikuasai oleh Perancis (1918 M), Palestina dan Yordania juga pernah dikuasai
oleh Inggris.
Sementara itu, Rusia menggerogoti wilayah Islam
di Asia Tengah, seperti Kaukasia (1834-1859), Samarkand dan Bukhara
(1866-1872), dan Uzbekistan (1873-1887). Hal tersebut merupakan imbas dari
perjanjian San Stefano dan perjanjian Berlin antara Rusia dan Turki
Usmani.
Dengan kata lain di akhir abad XIX dan XX,
dunia Islam hampir seluruhnya berada dalam koloni Barat. Dunia Islam yang
membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan negeri-negeri kolonial yang
dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmuran bangsa Barat.
Demikianlah, bahwa konflik serta intrik
internal ditambah intervensi eksternal (Barat) inilah di antara faktor-faktor
yang telah menghancurkan budaya dan peradaban Islam, ‘hingga tubuhnya terbujur
kaku nan rapuh’, yang berikut menjadi jalan kolonialisme besar-besaran Barat ke
dunia Islam.
Jika ditilik secara mendalam, kolonialisme
Barat terhadap Islam setidaknya bersumber dari model citra dan persepsi Barat
yang menganggap Islam sebagai musuh dan rival Kristen. Kolonialisme yang
menyertai semangat Evangelisme (penginjilan) pada abad XIX tersebut mewarnai
dunia dan masyarakat Islam kala itu. Ide dan semangat Evangelisme, yang
menganggap bahwa keselamatan (salvation) terletak hanya pada pengakuan dosa dan
penerimaan gospel Kristen, menciptakan konfrontasi antara Kristendom dan Muslim
dalam skala besar. Hal tersebut membangkitkan kembali sikap permusuhan Eropa
terhadap Islam.
Demikianlah Islam dengan krisis identitasnya,
ditambah rongrongan bangsa berjiwa imperialis yang merusak tatanan sistem
politik, psikologi, sosial-budaya hingga moralitas bangsa terjajah. Jelas, hal
ini menghantam telak peradaban Islam, sehingga dinamika menjadi mati, kemudian
‘berhenti di titik jajah’. Dominasi ekonomi, kekuasaan hingga ideologi menjelma
sebentuk potret muram gerakan kolonialisme. Akhirnya, peradaban Islam bermuram
durja.
Berada di bawah penetrasi dan kolonialisasi
Barat ternyata tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif kepada umat Islam.
Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam dari persinggungannya dengan
peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah gerakan-gerakan yang
berusaha untuk mewujudkan sintesa antara Islam dengan peradaban modern dengan
meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan menafsirkannya dengan interpretasi
baru. Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan kebudayaan Islam yang
pernah jaya mulai bangkit kembali, dengan mencoba merubah paradigma
berfikir.
Dengan demikian yang dimaksud dengan
kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun
tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang sesuai dengan prinsip
Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk
mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan
sebutan gerakan pembaharuan. Upaya pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada
beberapa pola dalam pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada kelompok yang lebih dikenal sebagai
kelompok modernis, karena mereka berusaha untuk meniru pola dan sistem
pendidikan modern ala Barat dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada dasarnya pola ini berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kemajuan Barat disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun beberapa tokoh pelopor gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan
Mahmud II dari Turki Usmani, Sir Sayyid Ahmad Khan dari India, Muhammad Ali
Pasya di Mesir.
Ada pula Kelompok penggagas pembaharuan yang
meyakini bahwa penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka meninggalkan
ajaran Islam yang merupakan sumber kemajuan dan kekuatan budaya, dan
sebaliknya, umat Islam lebih memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran yang telah
bercampur dengan ideologi non-Islam. Selain itu, ditinggalkannya pola pikir
rasional dan ditutupnya pintu ijtihad juga diyakini sebagai penyebab kemunduran
Islam.
Oleh karena itu, kelompok pembaharuan tipe ini
mengajak umat Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan tidak
mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai upaya penyesuaian
ajaran Islam dengan perkembangan zaman yang tentunya penuh dengan berbagai
problematika. Adapun beberapa tokoh yang mempelopori pembaharuan pola ini
adalah Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Di sisi lain, muncul gagasan pembaharuan yang
berorientasi pada nasionalisme ini berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam itu
terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup dalam daerah dan lingkungan budaya
yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi masing-masing. Meskipun pada dasarnya ide nasionalisme
berasal dari dunia Barat, namun hal tersebut dianggap tidak bertentangan dengan
Islam. Akhirnya gerakan nasionalisme muncul di berbagai wilayah seperti Mesir,
Tunisia, Aljazair, dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara tersebut
dihadapkan dengan permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan peduli
terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya bebas
dari kolonialisme bangsa Eropa.
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti
dengan berdirinya partai-partai politik merupakan model utama umat Islam untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara mayoritas muslim yang pertama kali
memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada
tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon telah mengumumkan kemerdekaannya.
Selanjutnya adalah Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951,
Libya memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar
merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun
sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956,
Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak baru
merasakan atmosfer kemerdekaan pada tahun 1958, sedangkan Aljazair pada tahun
1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984. Selain itu,
negara-negara Islam yang dulunya bersatu dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan,
Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan Azerbeijan, baru mendapat
kemerdekaan pada tahun 1992, demikian halnya dengan Bosnia yang juga baru
mendapatkan kemerdekaan dari Yugoslavia pada tahun yang sama.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa
mulai mencoba melakukan gebrakan perubahan menuju era baru yang dikenal dengan
Masa Renaissance.
Masa Renaissance atau kelahiran kembali adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan kebangkitan intelektual yang
mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah Eropa selama abad-abad
pertengahan diantaranya kemajuan bangsa Barat di bidang ilmu pengetahuan, sains
dan teknologi yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa.
Selain itu, kemajuan di bidang teknologi
perkapalan dan militer membuat Eropa dengan mudah melakukan kegiatan ekonomi
dan perdagangan.
Dengan kemajuan Barat dalam berbagai bidang
kehidupan, mereka ingin kembali mengembalikan hak-hak yang telah dirampas oleh
orang-orang muslim. Yang akhirnya mereka melakukan ekspansi-ekspansi ke
wilayah-wilayah muslim.
Penetrasi Barat atas dunia Islam telah
memberikan pengaruh yang amat besar terhadap umat Islam. Keunggulan mereka
telah membukakan mata umat Islam bahwa mereka jauh tertinggal, dan harus segera
bangkit, sehingga lahirlah usaha pembaharuan dalam Islam, dengan berpegang
teguh kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, dan mencoba merubah paradigma
berfikir yang cenderung stagnan.
Masyarakat Muslim untuk mengawali perjuangan aksi di
semua bidang kemundurannya, dari militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Meski hampir seluruh Negara Muslim telah merdeka secara militer, namun
peradaban Islam mutakhir, belum juga mampu mengembalikan superioritas Islam dan
kembali memimpin peradaban dunia.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dari artikel
singkat ini. Maka dari itu, penulis berharap saran dan kritikan yang membangun
dari para pembaca sehingga menjadi pembelajaran bagi penulis untuk kedepannya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda