MAKALAH pemikiran Hasan Al-Banna tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Banyak
angkatan muda Islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah (pemikiran)
dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya
mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini banyak orang yang
sengaja mengaburkan gambaran tentang sosok yang satu ini yaitu Hasan Al-Banna
khususnya di mata generasi muda Islam. Di lain pihak, kini di mana-mana banyak
tersebar aliran pemikiran yang menyimpang dari sendi-sendi ajaran Islam yang
murni. Karena itulah banyak orang-orang yang tidak mengerti bahwa gerakan Islam
yang bertolak dari pemikiran dan terpengaruh oleh pola fikir Hasan Al-Banna adalah
cacat. Selain itu banyak serangan membabi buta yang ditujukan kepada sebagian
pemikiran yang disampaikan oleh Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan
penulis berkomitmen menjelaskan pemikiran-pemikirannya ini dengan mengadakan
penelitian melalui tulisan ini.
Hasan Al-Banna telah menetapkan
beberapa tujuan yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim, ia bukanlah
tujuan-tujuan yang disusun dan dibentuk secara serampangan, melainkan tujuan
yang ditetapkan melalui studi yang mendalam atas aturan-aturan syar’i yang
telah ada. Beliau juga telah menetapkan fase-fasenya untuk mencapai tujuan itu,
dengan memperhatikan kebutuhan umat Islam di setiap kawasan. Beliau menetapkan
pula rambu-rambu kepribadian Islam melalui rukun-rukun bai’atnya dan
kewajiban-kewajiban yang diperlukan oleh gerakan Islam dalam rangka mencapai
tujuan dalam setiap fasenya. Beliau juga menetapkan beberapa kaidah pokok yang
membingkai pemahaman, pemikiran, hubungan, dan perjalanannya.
Tidak ada sikap ekstrim dan ceroboh,
tidak ada perilaku over acting, tidak pula pengabaian terhadap hukum alam.
Hasan Al-Banna telah berhasil menjelaskan hal-hal yang sangat diperlukan oleh
setiap pribadi muslim dewasa ini untuk bangkit secara benar bersama kaum
muslimin lainya demi meraih cita-cita. Oleh karena itu meskipun tertuang dalam
bentuk taujih (pengarahan) kepada individu, tetapi ia juga menyebutkan
pandangan sebuah gerakan, baik menyangkut proses menuju tegaknya daulah,
perjalanan pasca kemenangan, maupaun tentang strategi politik dan lainya. Titik
tolak untuk mewujudkan sebuah gerakan yang mampu mencapai tujuan adalah dengan
tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya
secara jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan gerakan.
Di antara hal penting yang telah
diwujudkan oleh Hasan Al-Banna adalah
berupa penjelasan mengenai beberapa hal yang diperlukan oleh gerakan Islam,
dari yang global menjadi rinci, dari yang gelap menjadi terang. Hasan Al-Banna
sadar bahwa tidak semua orang muslim dewasa ini memiliki kesedian untuk
mewujudkan sikap komitmen atas keislamanya yang tertinggi. Beliau sadar bahwa Islam
memerlukan suatu kelompok tertentu. Sungguh, Islam tidak akan bangkit tanpa
kelompok semacam ini, kelompok yang mampu melaksanakan syarat-syarat
kebangkitan kecuali mereka memiliki komitmen penuh dangan Islam, yakni komitmen
terhadap Islam itu sendiri dan menunaikan kewajiban-kewajibannya. Untuk itulah
Hasan Al-Banna meletakkan konsepan dasar pemikirannya terhadap gerakan Islam
yaitu dengan menggariskan sepuluh konsepan dasar yang diberi nama “Rukun-rukun
Bai’at, yaitu pertama, bai’at untuk
memahami Islam secara benar. Kedua,
bai’at untuk berikhlas. Ketiga,
bai’at untuk beraktivitas. Keempat,
bai’at untuk melakukan jihad.
Kelima,
bai’at untuk berkorban dengan segala yang dimiliki. Keenam, bai’at untuk taat sesuai dengan tingkatan kemampuannya. Ketujuh,
bai’at untuk tegar menghadapi segala kondisi disetiap waktu. Kedelapan, bai’at
memberikan loyalitas total terhadap Islam.
Kesembilan, bai’at untuk
bersaudara sebagai titik tolak. Kesepuluh, bai’at untuk memberikan
kepercayaan penuh kepada pemimpin dan gerakannya.
Dan prinsip-prinsip itulah yang
akhrinya tersebar luas hampir ditujuh puluh Negara di dunia termasuk Indonesia,
sepanjang dekade 1980-an dan awal 1990-an di Indonesia muncul yang namanya
gerakan Tarbiyah yang juga mengklaim dirinya sebagai bagian dari gerakan Islam
dikarenakan urgensi yang dijalankan oleh gerakan ini bersifat keagamaan.
Gerakan Tarbiyah ini tidak bisa lepas dari sosok Rahmat Abdullah, Hilmi
Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, Abdullah
Barhamus dan Alm. Encep Abdussyakur yang mulai merintis aktivitas Tarbiyah di
Indonesia pada awal tahun 1980. Gerakan keIslaman ini memiliki persamaan dan
mengikuti pola yang telah digariskan oleh Hasan Al-Banna yang beliau sendiri
juga mendirikan salah satu gerakan keIslaman yang bernama Jamaah Al-Ikwan
Al-Muslimun (peraudaraan muslim) tahun 1928 di Mesir. Hal inilah yang demikian
membuat penulis ingin sekali meneliti keterkaitan gerakan-gerakan keIslaman di
Indonesia dengan pengaruh prinsip-prinsip yang digariskan oleh Hasan Al-Banna didalam
gerakan yang didirikannya di Mesir tersebut. Dengan demikian penulis mengajukan
penelitian dengan judul “Pengaruh
Pemikiran Hasan Al-Banna Terhadap Gerakan Islam Ikhwanul Muslimin”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Peran
pola pemikiran Hasan Al-Banna dalam gerakan Islam.
2. Menelusuri
sejarah singkat dibalik sosok Hasan Al-Banna
3. Menganalisa
pengaruh pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan-gerakan Islam di Indonesia.
1.3
Pembatasan
Masalah
Untuk
lebih memaksimalkan hasil penelitian penulis membatasi dalam bentuk Analisis
pengaruh pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan Islam di Indonesia.
1.4
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana
prinsip pemikiran Hasan Al-Banna dalam gerakan keIslaman ?
2. Bagaimana
proses keberjalanan pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan keIslaman di
Indonesia ?
1.5
Tujuan
Penelitian
Untuk
menjawab pertanyaan penelitian, adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk
mengetahui landasan dasar dari prinsip pemikiran Hasan Al-Banna
2. Untuk
mengetahui fase-fase keberlangsungan dari pemikiran-pemikiran Hasan Al-Banna
tersebut.
1.6 Manfaat
Penelitian
Berdasarkan
adanya tujuan di atas, maka adapun manfaat yang ingin di peroleh sesudah melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk
menambah dan memperluas pengetahuan penulis tentang sosok Hasan Al-Banna.
2. Untuk
memperkaya Khazanah bagi civitas Akademik terkhusus Mahasiswa/I Jurusan
Pendidikan Sejarah.
3. Menambah
sumber dan bahan kajian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah.
4. Sebagai
bahan masukan yang dapat dijadikan sumber informasi bagi penulis lain yang
ingin mengadakan penulisan lanjutan tentang masalah ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian
Pustaka
2.1.1 Mengenal
Sang Tokoh Hasan Al-Banna
Al-Imam Asy-Syahid Hasan Ahmad
Abdurrahman Al-Banna lahir paada hari
Ahad, 25 Sya’ban 1324 Hijriah, yang bertepatan dengan 14 Oktober 1906 di
daerah Dhuha di Mahmudiyah, tepatnya di kota Buhairah, Mesir. Beliau adalah
anak sulung dari kedua orangtua yang berkebangsaan Mesir, tepatnya dari daerah
Syamsirah Bindarfuh di wilayah Murdiriyah Barat dahulu, atau yang sekarang
dikenal dengan Kota Kafr Asy-Syaikh.
Beliau adalah sosok sulung dari Syaikh
Ahmad Abdurrahman Al-Banna yang terkenal dengan gelar As-Sa’atiy, lantaran
profesinya sebagai tukang reparasi jam. Syaikh Ahmad adalah seorang ulama
hadits. Beliau menyusun sanad-sanad Iman Empat (dalam bidang hadits) menurut
urutan bab-bab Fiqh. Beliau memiliki sejumlah karya dalam bidang hadits, di
antaranya adalah Bada’i Al-Minan fi Jam’ wa Tartib Musnad Asy-Syafi’iy wa
As-Sunan dan beliau juga memberi komentar atas Musnad Imam Ahmad bib Hambal
yang diberi nama Syarh Bulugh Al-Amaniy min Asrar Al-Fath Ar-Rabbaniy. Beliau
mengakui dirinya termasuk murid dari Imam Muhammad Abduh.
Ibunda Imam Al-Banna adalah seorang
perempuan terhormat, bernama Ummu Sa’ad Ibrahim Shaqar. Ayahandanya adalah
seorang pedagang bintang ternak di Desa Syamsirah, terasuk wilayah Mahmudiyah,
di tepi sungai Nil, desa yang sama dengan tempat tinggal ayah Imam Al-Banna.
Ibundanya adalah seorang wanita yang
cerdas, pemimpin, serta punya wawasan tentang masa depan. Di sisi lain, ibunya
juga punya sifat yang sangat dominan, yaitu keras kepala. Jika ia mengambil
satu keputusan, maka susah baginya untuk menarik kembali keputusan itu. Sifat
inilah yang menurun kepada Imam Hasan Al-Banna, anak sulungnya, begitu pula
dengan kerupawanan wajahnya. Namun, sifat keras kepala ini kemudian menjelma
menjadi sifat keras lainnya, yaitu keras kemauan dan bertekad baja, dan sifat
ini hanya menurun kepada Hasan Al-Banna dan saudara kandungnya, Abdul Basith.
Sedangkan saudara-saudara Hasan
Al-Banna, yang pertama adalah Abdurrahman, pendiri kelompok Al-Hadharah
Al-Islamiyyah di Kairo, dan bergabung dengan Al-Ikhwan ketika Hasan Al-Banna
pindah ke Kairo dan menjadi salah seorang anggota Ikhwan yang menonjol. Kedua,
Fatimah (istri Al-Ustadz Abdul Hakim Abidin). Ketiga, Muhammad yang wafat di
bulan Maret 1990 M atau bulan Sya’ban 1410 Hijriyah. Keempat, Abdul Basith, ia
seorang polisi yang setia menemani Hasan Al-Banna sebelum terjadinya
pembunuhan, hingga akhirnya ia pindah ke Arab Saudi hingga wafatnya, jasadnya
dimakamkan di perkuburanan Baqi’ sesuai wasiatnya. Kelima, Zainab yang samapi
wafatnya belum berkeluarga. Keenam, Al-Ustadz Ahmad Jamaluddin ( ia adalah
penulis dan pengarang buku yang terkenal dengan nama Jamal Al-Banna). Ketujuh,
Fauziah, ia istri Al-Ustadz Abdul Karim Manshur, seorang pengacara yang
menemani Hasan Al-Banna di malam pembunuhannya hingga peluru-peluru yang
mematikan menembusnya, ia wafat pada tahun 1989 M.
Semua anak Syaikh Ahmad Abdurrahman
Al-Banna, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, lahir dikamar yang sama,
yang dikenal dengan kamar ad-dakkah (suatu bangunan yang bagian atasnya
membentang rata).
Ayahanda sangat memperhatikan putra
yangsatu ini, Hasan Al-Banna. Bahkan ibunya bertekad agar Hasan Al-Banna bisa
menyelesaikan belajarnya samapi jenjang akademik yang tinggi. Ketika keluarga
sedang mengalami kesulitan keuangan, ia rela menjual kalung emasnya demi studi
Hasan Al-Banna. Hasan Al-Banna sendiri sewaktu kecilnya pada masa kanak-kanak
sudah sering membantu ayahnya mereparasi jam, ia juga terbiasa menggantikan
ayahnya melakukan sejumlah pekerjaan. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari
sebuah keluarga yag terkenal di Ismailiyah, keluarga pedagang tingkat menengah
yang sangat perhatian dalam mengajarkan agama kepada anak-anaknya.
Ibunda Hasan Al-Banna sendiri yang
memilihkan pasangan hidup untuk anaknya ini, ketika tengah mengunjungi keluarga
ini dikejutkan oleh suara bacaan Al-Qur’an yang sangat merdu. Setelah
diselidiki, suara itu bersumber dari seoarng gadis di keluarga itu, ibunya
langsung bergegas menceritakan hal ini kepada Hasan Al-Banna dan mengisyaratkan
untuk segera mengambilnya sebagai istri. Masa muda Hasan Al-Banna sendiri
dihabiskan untuk menyebarkan prinsp-prinsip pemikirannya tentang pembaharuan
Islam melalui Organisasi yang didirikannya Ikwanul Muslimin, setelah
menyelesaikan kuliahnya di Darul Ulum, Kairo. Setelah itu beliau menggeluti
profesi sebagai guru sekolah dasar.
Namun profesi beliau yang sesungguhnya
adalah menyampaikan kepada kaum muslim agar mengamalkan Al-Qur’an dan berpegang
teguh kepada Sunah Nabi Saw yang agung, lewat dirinyalah Islam kembali
mempunyai semangat untuk kembali menunjukkan kejayaannya di masa lalu, yang
semua itu beliau sampaikan dengan kalimat sederhana kepada Mahasiswa, buruh,
petani, pedagang, dan berbagai golongan masyarakat lain.
2.1.2 Hasan
Al-Banna Peletak Teori Gerakan Islam Kontemporer
Jika suatu fatwa dinilai berdasarkan
tempat, masa, dan ulama yang member fatwa, demikian halnya dengan teori gerakan
Islam kontemporer, ia harus dipertimbangkan berdasarkan tempat, masa, dan
kapabilitas peletaknya. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak seorangpun manusia
masa kini yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana yang dimiliki oleh Hasan
Al-Banna.
Studi secara mendalam disertai dengan
kepercayaan penuh berdampingan dengan keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin itulah
satu-satunya cara yang dapat dilakukan guna menilai pandangan dan teori yang
dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dengan jujur. Hasan Al-Banna sang peletak dasar
teori gerakan Islam, dialah yang telah mengemukakan gagasan yang aplikatif dan
dapat diterima oleh semua muslim, dari awal sampai akhir. Hasan Al-Banna adalah
seorang pembaharu di masa kini, sebagaimana telah disepakati oleh semua orang
yag berbicara tentangnya dengan penuh kepahaman dan objektivitas. Boleh jadi,
berdaarkan pengalaman, tamapaklah bahwa gagasan modern manapun tentang gerakan
Islam tidak lepas dari pengaruh ide Hasan Al-Banna. Pemikiran Hasan Al-Banna
adalah pemikiran yang syamil (komprehensif), yang memenuhi seluruh kebutuhan
kita. Sekalipun pernah ada persoalan, namun hal itu tidak sampai keluar dari
prinsip pemikiran di pejalanan dakwahnya. Dari semua itu jelaslah bahwa Hasan
Al-Banna, dengan segala produktivitas yang dihasilkannya, adlah salah satu
personil Jamaah pada suatu masa tertentu, yang lalu menebarkan benih dan
memeliharanya. Tidak seorang pun dikalangan murid-muridnya yang menulis, member
pengarahan, atau bersikap melainkan Hasan Al-Banna ikut berperan disana.
Hasan Al-Banna hadir disaat kaum
muslimin dalam keadaan tidak menentu. Memang, mereka berjuang disetiap medan.
Mereka mempersembahkan pengorbanan yang banyak dan telah banyak pula jatuh
korban. Namun sangat disayangkan, hasil perjuangannya tidak sesuai dengan
tuntutan zaman. Barang siapa yang melakukan kajian terhadap sejarah perjuangan
kaum muslimin di masa kini, mulai dari perjuangan Syaikh Sayyid Ali Al-Kurdi di
Turki, perjuangan Izzudin Al-Qassam di Palestina sampai perjuangan umat Islam di India dan Pakistan, maka ia
akan mendapati banyak kekurangan disana-sini, sehingga tidak dapat memenuhi
tuntutan zaman untuk meraih kemenangan Islam secara menyeluruh dan sempurna.
Sementara kita melihat bahwa kata-kata Hasan Al-Banna mengandung gagasan yang
dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan dapat pula mengantarkan kepada
kemenangan Islam secara total.
Barang siapa mengamati realitas kaum
muslimin masa kini, niscaya dia akan mendapati bahwa dimana pun dan kapan pun
ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika Islam dan kaum muslimin.
Sebaliknya, pada ketiadaanya kita akan menyaksikan mentalitas yang hina dan
tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang buruk, di samping kekuatan
regional yang semakin menjerumus kearah yang buruk pula. Pembaca sejarah umat
ini suatu ketika akan menyaksikan di lembaran dokumen-dokumennya bahwa sisa
kehidupan umat ini akan direpresentasikan oleh pemikiran Hasan Al-Banna.
Perjalanan baru umat ini akan dimulai dan bermula dari Hasan Al-Banna, beliau
dalam perjalanan perjuangannya telah berhasil memadukan antara hukum-hukum
syariat dengan tuntutan zaman, antara cita-cita melangit seorang muslim dengan
pandangan realistis di lapangan, antara kesempurnaan tarbiyah dan ta’lim dengan
tatanan dan aktivitas politik serta ekonomi, dan lain-lain hal yang memenuhi
hajat kaum muslimin dewasa ini.
Ia berhasil meletakkan berbagai hal
tadi, ekaligus membersihkan benda-benda warisan Islam dari berbagai noda dan
kotoran yang menempel padanya. Kita tidak mau pergi menjauh dari jalan oleh
Hasan Al-Banna, sebab sikap ini akan menjauhkan kita dari langakah-langkah yang
benar untuk menegakkan Islam di zaman sekarang. Semestinya kita tidak mudah
terkecoh oleh fenomena lahiriah dan tidak boleh tergesa-gesa membuat analisa
tehadapnya. Substansi berbagai peristiwa tidak boleh lewat dari perhatian kita.
Perbedaan tajam pernah terjadi antara pemikiran Hasan Al-Banna dan realitas di
lapangan Ikhwanul Muslimin di beberapa wilayah menjadi factor pemyebab
timbulnya berbagai kegelisahan dan munculnya berbagai fiksi di tubuh Jamaah,
pada suatu saat ketika itu. Untuk itu, kita tetap mendukung dan menghidupkan
terus pemikiran Hasan Al-Banna ini serta menyempurnakan
kekurangan-kekurangannya dan berjalan di bawah naungannya. Karena beliau memang
penulis anggap memiliki banyak unsure kesempurnaan dalam bidang pemikiran
gerakan.
Menurut analisa penulis kata-kata yang
pernah dituliskannya di dalam bukunya sehubungan dengan tarbiyah yang merupakan
sebagian dari alam pemikirannya. Pendidikan dan pembinaan umat, memperjuangkan
prinsip-prinsip nilai, dan pencapaian cita-cita yang sesungguhnya memerlukan
partisipasi seluruh umat, atau paling tidak sekelompok dari mereka, yakni
memperjuangkan tegaknya :
·
Kekuatan jiwa yang besar, yang
dimanisfestasikan dalam bentuk tekad yang kuat dan tegar.
·
Kesetian yang utuh, bersih dari sikap
lemah dan munafik.
·
Pengorbanan yang suci, yang tidak
diperdayakan oleh sifat tamak dan bakhil.
Selain itu juga mengetahui, menyakini,
dan menjunjung tinggi prinsip yang menjamin terpeliharanya diri dari kesalahan,
penyelewengan, bujuk rayu, dan tipu daya. Deskripsi global yang baru saja
penulis sampaikan ini membutuhkan argumentasi untuk merincinya secara utuh,
menyangkut berbagai teori yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna. Hal ini tentu
tidak mungkin diungkapkan dalam penelitian ini. Walaupun demikian, hari-hari
mendatang aka nada yang membuktikan bahwa gerakan Islam modern tidak akan dapat
membebaskan diri dari pemikiran Hasan Al-Banna, baik hanya satu fase
perjalanannya, di masa sebelum berdirinya Negara Islam, maupun sesudahnya, di
politik dalam negeri maupun luar negerinya, dalam bidang pendidikan, maupun strategi
perjuangan dan pergerakannya.
Meskipun Hasan Al-Banna adalah satu-satunya tokoh
yang kredibel untuk mengemukakan pandangan dan teori amal Islami, berkat
anugerah Allah Swt padanya, konsep yang ditegakkannya memiliki mata rantai
sejarahnya sendiri, di mana jika mata rantai-mata rantai itu saling berselisih,
maka terjadilah kerusakan dalam dakwah. Salafi, Shufi, Fiqih, pemikiran, jihad,
Tarbiyah, harta, kekuatan, dan lainya pun memiliki mata rantai sejarah. Jika
terjadi penggalan di salah satu mata rantai, maka dakwah juga menjadi
berantakan. Oleh karena itu, bahaya yang paling besar yang dihadapi oleh dakwah
dan Jamaah ini ialah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri yang tidak benar
kepada Hasan Al-Banna. Jika fase pembentukan dalam pemikiran Hasan Al-Banna
begini dan begitu lalu terjadi penyimpangan di dalamnya, maka fase itu berarti
tidak memberikan sesuatu apapun di lapangan apapun, karena saat itu sebuah
penyelewengan yang berbahaya telah terjadi.
Oleh karenanya, jika pemimpin tidak mengambil warisan
dari kepribadian Hasan Al-Banna dalam bidang ilmu, amal, kedalaman ma’rifatnya
kepada Allah, ibadah kepadanya, tentu lebih utama jika mengambil warisan
langsung dari Rasulullah Saw. Maka kehancuran pasti akan terjadi. Oleh karena
itu, kita mesti berhati-hati terhadap pewarisan yang cacat, karena ia berbahaya
bagi Jamaah dan gerakan Islam itu sendiri.
Jamaah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna
sesungguhnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kaum muslimin. Tidak
seorang muslim pun yang tidak merasakan bahwa dalam Jamaah terdapat segala hal
yang diimpikannya. Tidak ada kelompok masyarakat pun yang tidak melihat bahwa
kebaikan yang ingin diperjuangkannya terdapat dalam gerakan yang didirikannya
ini. Dengan kelengkapan-kelengkapan yang menjadi komponen gerakan yang
didirikan oleh Hasan Al-Banna ini, nyatanyalah bahwa ia adalah gerakan yang
matang. Melalui gerakan ini beliau dapat mengambil kebajikan di mana pun
berada, yang kebajikan itu dapat membersihkan daki-daki dari tubuh gerakan
Islam.
Hasan Al-Banna sebagai pembaharu Islam memiliki
pandangan yang lebih komprehensif dan lebih konkret. Beliau meyakini bahwa
mengobati sejumlah penyakit dan mengabaikan sejumlah penyakit lainnya bukanlah
cara memecahkan masalah. Sesungguhnya menangani perpecahan kaum muslimin,
perselisihan pendapat, hilangnya kekuatan dan kemunduran peradaban mereka tidak
bisa dengan mengatasi salah satu dari masalah terebut, tetapi harus seluruhnya.
Metode perbaikan mengentaskan kaum muslimin dari jurang itu harus komprehensif
dan integral mencakup semua rukun perbaikan Islam, bukan dengan mencela metode
salah seorang pembaharu. Dengan begitu, kondisi kaum muslimin akan menjadi
baik.
Rukun-rukun perbaikan Islam tersebut adalah :
1. Memahani
Islam dengan pemahaman yang sahih, komprehensif dan integral. Menurut analisis
penulis yang dimaksud dengan prinsip pertama ini yang kembangkan oleh Hasan
Al-Banna adalah faham kita terhadap fikrah (pemikiran) kita adalah pemikiran
Islamiah yang bersih dan akidah Islam yang lurus.
2. Ikhlas
karena Allah dalam beramal untuk agama ini. Menurut analisis penulis yang
dimaksud dengan Ikhlas terebut adalah kita kehendaki dengan sikap ikhlas adalah
bahwa seorang muslim dalam setiap kata, aktivitas, dan jihadnya harus
dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah Swt dan pahala-Nya, tanpa
mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau
keterbelakangan. Dengan itulah ia menjadi muslim yang lurus bukan muslim yang
penuh dengan kepentingan dan ambisi pribadi dalam gerakan yang di
perjuangkannya.
3. Beramal
untuk agama ini dengan memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, pemerintahan dan
lain-lain. Menurut analisis penulis dengan amal (aktivitas) adalah buah dari
ilmu dan keikhlasan.
4. Jihad
fi sabilillah dengan berbagai tingkatan dan macamnya. Menurut analisis penulis
dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap sampai hari kiamat,
perangkat jihad pertama adalah pengingkaran dengan hati yang dipenuhi dengan
nafsu syahwat dan peringkat terakhirnya adalah berperang dijalan Allah Swt.
5. Berkorban
dengan waktu, kemampuan, harta, dan jiwa untuk agama ini. Menurut analisis
penulis pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan
segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan, tidak ada
perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan.
6. Taat
kepada Allah dan Rasul-Nya dalam perkara yang sulit maupun mudah, dan dalam
keadaan suka maupun tidak. Menurut penulis taat adalah menunaikan perintah
dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat
maupun malas.
7. Berpegang
teguh pada akidah, syariat dan amalan agama ini sepangjang masa hingga
tercapainya tujuan. Menurut penulis keteguhan adalah bahwa seorang muslim
hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkannya pada
tujuan, betapun jauh jangkauannya dan lama masanya hingga bertemu dengan Allah
dalam keadaan yang tetap demikian.
8. Berlepas
diri dari semua pemikiran yang berlawanan dengan pemikiran Islam yang benar dan
dari semua orang atau pemimpin yang menghalangi orang Islam dari totalitas
keagamaannya. Bahwa kita harus
membersihkan pola piker dari prinsip nilai dan pengaruh individu yang lain,
karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap pemikiran.
9. Bersaudara
dalam agama ini. Ukhuwah (bersaudara) adalah terikatnya hati dan ruhani dengan
ikatan akidah. Ukhuwah adalah saudarnya keimanan sedangkan perpecahan adalah
saudaranya kekufuran, kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak
ada persatuan tanpa cinta kasih, standar minimal cinta kasih adalah kelapangan
dada dan standar maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri
sendiri).
10. Tsiqah
(kepercayaan) dalam mengarahkan
aktivitas Islam sesuai dengan prinsip Islam, “Tidak ada kepatuhan bagi makhluk,
jika untuk bermaksiat kepada Allah SWT.”
Inilah sepuluh rukun yang merupakan
konsepan-konsepan dasar dari pola piker metode perbaikan Islam yang dirumuskan
oleh Hasan Al-Banna untuk kaum muslimin untuk mengatasi perpecahan dan
kemunduran perdaban mereka. Maka beliau kemudian mendirikan gerakan keIslaman
yang dinamainya Jamaah Ikhwanul Muslimin yang melalui organisasi Islam ini
beliau menyusun agenda-agenda yang detail untuk memperbaiki keadaan kaum
muslimin dan menjadikan mereka kembali menjadi pemimpin peradaban manusia.
2.2 Kerangka
Berfikir
Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Pemikiran Hasan Al-Banna Terhadap Gerakan Islam Ikhwanul
Muslimin” tetapi akan dijelaskan kata kunci dalam penelitian ini.
1. Tentang
Pemikiran
Pemikiran
selalu berkembang sesuai dengan keadaan permasalahannya yang berkembang.
Mustahil memahami sebuah pemikiran jika tanpa memahami latar belakang yang
menyusun pemikiran itu, karena pemikran itu dilahirkan oleh keadaan
masyarakatnya.
2. Tentang
Pemikiran Hasal Al-Banna
Imam
Syahid Hasan Al-Banna merupakan salah satu tokoh besar dalam Islam yang selalu
berfikir untuk kemajuan dunia Islam yang memang pada saat itu sedang mengalami
kemunduran dalam segala hal. Dan untuk kemajuan itu Hasan Al-Banna membuat gerakan-gerakan
dari hasil pemikirannya baik dalam bidang politik, dan juga moral melalui
membuat sebuah organisasi.
Dalam pemikirannya
tentang gerakan Islam beliau melakukannya melalui membangun sebuah organisasi
Islam yang tujuannya itu menerapakan sistem syari’at Islam dalam segala aspek
kehidupan di dunia dengan memegang prinsip 10 rukun Islam.
3. Gerakan
Islam
Pada
dasarnya gerakan Islam bertujuan pada tegaknya agama Islam di muka bumi ini
agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang akurat dan
lebih baik dari suatu penelitian, maka sangat diperlukan suatu metode atau cara
kerja untuk mendapatkan hasil penelitian dari tujuan yang telah ditentukan.
Adapun jenis metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
pustaka (Library Research) yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh
melalui penelitian buku-buku, jurnal, majalah, internet, artikel, dan media
publikasi lainnya yang berkaitan dengan masalah ini.
3.2
Teknik
Pengumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan,
maka pengumpulan datanya adalah dengan menelusuri dan merecover buku-buku dan
tulisan-tulisan dalam bentuk lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Di
samping itu juga ditelusuri serta dikaji buku-buku dan tulisan-tulisan lain
yang mendukung kedalaman dan ketajaman analisis dalam penelitian ini.
Sumber data yang penyusun gunakan dalam kajian ini
terdiri dari sumber data primer dan sekunder, yaitu :
a. Sumber
Data Primer
Dalam
penelitian ini penyususun menggunakan karya-karya yang telah ditulis oleh Imam
Syahid Hasan Al-Banna, terutama buku-buku yang berkaitan tentang pemikiran
beliau.
b. Sumber
Data Sekunder
Data
sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penyusun lain yang berkaitan
dengan tema penelitian baik berupa buku, jurnal, artikel, maupun tulisan lain.
3.3
Metode
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik content analysis, yaitu menganalisis data sesuai dengan kandungan
isinya. Sedangkan metode analisis datanya menggunakan metode induktif dan
metode deduktif. Penyusun mencoba menganalisis bagaimana pemikiran Hasan
Al-Banna dalam memahami agama Islam dari buku-buku yang ditulis maupun dari
gerakan yang dilakukannya yang bersumber dari data yang tertulis baik itu dari
buku, jurnal, artikel, belutin, maupun juga internet, kemudian dari pemahaman
tersebut diambil kesimpulan umum tentang
relevansinya dengan gerakan Islam.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda