Senin, 10 Juli 2017

MAKALAH pemikiran Hasan Al-Banna tersebut.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah
            Banyak angkatan muda Islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah (pemikiran) dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini banyak orang yang sengaja mengaburkan gambaran tentang sosok yang satu ini yaitu Hasan Al-Banna khususnya di mata generasi muda Islam. Di lain pihak, kini di mana-mana banyak tersebar aliran pemikiran yang menyimpang dari sendi-sendi ajaran Islam yang murni. Karena itulah banyak orang-orang yang tidak mengerti bahwa gerakan Islam yang bertolak dari pemikiran dan terpengaruh oleh pola fikir Hasan Al-Banna adalah cacat. Selain itu banyak serangan membabi buta yang ditujukan kepada sebagian pemikiran yang disampaikan oleh Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan penulis berkomitmen menjelaskan pemikiran-pemikirannya ini dengan   mengadakan penelitian melalui tulisan ini.
            Hasan Al-Banna telah menetapkan beberapa tujuan yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim, ia bukanlah tujuan-tujuan yang disusun dan dibentuk secara serampangan, melainkan tujuan yang ditetapkan melalui studi yang mendalam atas aturan-aturan syar’i yang telah ada. Beliau juga telah menetapkan fase-fasenya untuk mencapai tujuan itu, dengan memperhatikan kebutuhan umat Islam di setiap kawasan. Beliau menetapkan pula rambu-rambu kepribadian Islam melalui rukun-rukun bai’atnya dan kewajiban-kewajiban yang diperlukan oleh gerakan Islam dalam rangka mencapai tujuan dalam setiap fasenya. Beliau juga menetapkan beberapa kaidah pokok yang membingkai pemahaman, pemikiran, hubungan, dan perjalanannya.

            Tidak ada sikap ekstrim dan ceroboh, tidak ada perilaku over acting, tidak pula pengabaian terhadap hukum alam. Hasan Al-Banna telah berhasil menjelaskan hal-hal yang sangat diperlukan oleh setiap pribadi muslim dewasa ini untuk bangkit secara benar bersama kaum muslimin lainya demi meraih cita-cita. Oleh karena itu meskipun tertuang dalam bentuk taujih (pengarahan) kepada individu, tetapi ia juga menyebutkan pandangan sebuah gerakan, baik menyangkut proses menuju tegaknya daulah, perjalanan pasca kemenangan, maupaun tentang strategi politik dan lainya. Titik tolak untuk mewujudkan sebuah gerakan yang mampu mencapai tujuan adalah dengan tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya secara jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan gerakan.
            Di antara hal penting yang telah diwujudkan oleh Hasan Al-Banna  adalah berupa penjelasan mengenai beberapa hal yang diperlukan oleh gerakan Islam, dari yang global menjadi rinci, dari yang gelap menjadi terang. Hasan Al-Banna sadar bahwa tidak semua orang muslim dewasa ini memiliki kesedian untuk mewujudkan sikap komitmen atas keislamanya yang tertinggi. Beliau sadar bahwa Islam memerlukan suatu kelompok tertentu. Sungguh, Islam tidak akan bangkit tanpa kelompok semacam ini, kelompok yang mampu melaksanakan syarat-syarat kebangkitan kecuali mereka memiliki komitmen penuh dangan Islam, yakni komitmen terhadap Islam itu sendiri dan menunaikan kewajiban-kewajibannya. Untuk itulah Hasan Al-Banna meletakkan konsepan dasar pemikirannya terhadap gerakan Islam yaitu dengan menggariskan sepuluh konsepan dasar yang diberi nama “Rukun-rukun Bai’at, yaitu pertama, bai’at untuk memahami Islam secara benar. Kedua, bai’at untuk berikhlas. Ketiga, bai’at untuk beraktivitas. Keempat, bai’at untuk melakukan jihad.

Kelima, bai’at untuk berkorban dengan segala yang dimiliki. Keenam, bai’at untuk taat sesuai dengan tingkatan kemampuannya.  Ketujuh, bai’at untuk tegar menghadapi segala kondisi disetiap waktu.  Kedelapan, bai’at memberikan loyalitas total terhadap Islam.  Kesembilan, bai’at untuk bersaudara sebagai titik tolak.  Kesepuluh, bai’at untuk memberikan kepercayaan penuh kepada pemimpin dan gerakannya.
            Dan prinsip-prinsip itulah yang akhrinya tersebar luas hampir ditujuh puluh Negara di dunia termasuk Indonesia, sepanjang dekade 1980-an dan awal 1990-an di Indonesia muncul yang namanya gerakan Tarbiyah yang juga mengklaim dirinya sebagai bagian dari gerakan Islam dikarenakan urgensi yang dijalankan oleh gerakan ini bersifat keagamaan. Gerakan Tarbiyah ini tidak bisa lepas dari sosok Rahmat Abdullah, Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, Abdullah Barhamus dan Alm. Encep Abdussyakur yang mulai merintis aktivitas Tarbiyah di Indonesia pada awal tahun 1980. Gerakan keIslaman ini memiliki persamaan dan mengikuti pola yang telah digariskan oleh Hasan Al-Banna yang beliau sendiri juga mendirikan salah satu gerakan keIslaman yang bernama Jamaah Al-Ikwan Al-Muslimun (peraudaraan muslim) tahun 1928 di Mesir. Hal inilah yang demikian membuat penulis ingin sekali meneliti keterkaitan gerakan-gerakan keIslaman di Indonesia dengan pengaruh prinsip-prinsip yang digariskan oleh Hasan Al-Banna didalam gerakan yang didirikannya di Mesir tersebut. Dengan demikian penulis mengajukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemikiran Hasan Al-Banna Terhadap Gerakan Islam Ikhwanul Muslimin”.

1.2       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Peran pola pemikiran Hasan Al-Banna dalam gerakan Islam.
2.      Menelusuri sejarah singkat dibalik sosok Hasan Al-Banna
3.      Menganalisa pengaruh pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan-gerakan Islam di Indonesia.

1.3              Pembatasan Masalah
Untuk lebih memaksimalkan hasil penelitian penulis membatasi dalam bentuk Analisis pengaruh pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan Islam di Indonesia.

1.4              Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana prinsip pemikiran Hasan Al-Banna dalam gerakan keIslaman ?
2.      Bagaimana proses keberjalanan pemikiran Hasan Al-Banna terhadap gerakan keIslaman di Indonesia ?

1.5              Tujuan Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui landasan dasar dari prinsip pemikiran Hasan Al-Banna
2.      Untuk mengetahui fase-fase keberlangsungan dari pemikiran-pemikiran Hasan Al-Banna tersebut.

1.6       Manfaat Penelitian
Berdasarkan adanya tujuan di atas, maka adapun manfaat yang ingin di peroleh sesudah  melakukan penelitian ini adalah :
1.      Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis tentang sosok Hasan Al-Banna.
2.      Untuk memperkaya Khazanah bagi civitas Akademik terkhusus Mahasiswa/I Jurusan Pendidikan Sejarah.
3.      Menambah sumber dan bahan kajian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah.
4.      Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan sumber informasi bagi penulis lain yang ingin mengadakan penulisan lanjutan tentang masalah ini.



    
           
           
           









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1     Kajian Pustaka
2.1.1 Mengenal Sang Tokoh Hasan Al-Banna
Al-Imam Asy-Syahid Hasan Ahmad Abdurrahman Al-Banna lahir paada hari  Ahad, 25 Sya’ban 1324 Hijriah, yang bertepatan dengan 14 Oktober 1906 di daerah Dhuha di Mahmudiyah, tepatnya di kota Buhairah, Mesir. Beliau adalah anak sulung dari kedua orangtua yang berkebangsaan Mesir, tepatnya dari daerah Syamsirah Bindarfuh di wilayah Murdiriyah Barat dahulu, atau yang sekarang dikenal dengan Kota Kafr Asy-Syaikh.
Beliau adalah sosok sulung dari Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna yang terkenal dengan gelar As-Sa’atiy, lantaran profesinya sebagai tukang reparasi jam. Syaikh Ahmad adalah seorang ulama hadits. Beliau menyusun sanad-sanad Iman Empat (dalam bidang hadits) menurut urutan bab-bab Fiqh. Beliau memiliki sejumlah karya dalam bidang hadits, di antaranya adalah Bada’i Al-Minan fi Jam’ wa Tartib Musnad Asy-Syafi’iy wa As-Sunan dan beliau juga memberi komentar atas Musnad Imam Ahmad bib Hambal yang diberi nama Syarh Bulugh Al-Amaniy min Asrar Al-Fath Ar-Rabbaniy. Beliau mengakui dirinya termasuk murid dari Imam Muhammad Abduh.
Ibunda Imam Al-Banna adalah seorang perempuan terhormat, bernama Ummu Sa’ad Ibrahim Shaqar. Ayahandanya adalah seorang pedagang bintang ternak di Desa Syamsirah, terasuk wilayah Mahmudiyah, di tepi sungai Nil, desa yang sama dengan tempat tinggal ayah Imam Al-Banna.
Ibundanya adalah seorang wanita yang cerdas, pemimpin, serta punya wawasan tentang masa depan. Di sisi lain, ibunya juga punya sifat yang sangat dominan, yaitu keras kepala. Jika ia mengambil satu keputusan, maka susah baginya untuk menarik kembali keputusan itu. Sifat inilah yang menurun kepada Imam Hasan Al-Banna, anak sulungnya, begitu pula dengan kerupawanan wajahnya. Namun, sifat keras kepala ini kemudian menjelma menjadi sifat keras lainnya, yaitu keras kemauan dan bertekad baja, dan sifat ini hanya menurun kepada Hasan Al-Banna dan saudara kandungnya, Abdul Basith.
Sedangkan saudara-saudara Hasan Al-Banna, yang pertama adalah Abdurrahman, pendiri kelompok Al-Hadharah Al-Islamiyyah di Kairo, dan bergabung dengan Al-Ikhwan ketika Hasan Al-Banna pindah ke Kairo dan menjadi salah seorang anggota Ikhwan yang menonjol. Kedua, Fatimah (istri Al-Ustadz Abdul Hakim Abidin). Ketiga, Muhammad yang wafat di bulan Maret 1990 M atau bulan Sya’ban 1410 Hijriyah. Keempat, Abdul Basith, ia seorang polisi yang setia menemani Hasan Al-Banna sebelum terjadinya pembunuhan, hingga akhirnya ia pindah ke Arab Saudi hingga wafatnya, jasadnya dimakamkan di perkuburanan Baqi’ sesuai wasiatnya. Kelima, Zainab yang samapi wafatnya belum berkeluarga. Keenam, Al-Ustadz Ahmad Jamaluddin ( ia adalah penulis dan pengarang buku yang terkenal dengan nama Jamal Al-Banna). Ketujuh, Fauziah, ia istri Al-Ustadz Abdul Karim Manshur, seorang pengacara yang menemani Hasan Al-Banna di malam pembunuhannya hingga peluru-peluru yang mematikan menembusnya, ia wafat pada tahun 1989 M.
Semua anak Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, lahir dikamar yang sama, yang dikenal dengan kamar ad-dakkah (suatu bangunan yang bagian atasnya membentang rata).
Ayahanda sangat memperhatikan putra yangsatu ini, Hasan Al-Banna. Bahkan ibunya bertekad agar Hasan Al-Banna bisa menyelesaikan belajarnya samapi jenjang akademik yang tinggi. Ketika keluarga sedang mengalami kesulitan keuangan, ia rela menjual kalung emasnya demi studi Hasan Al-Banna. Hasan Al-Banna sendiri sewaktu kecilnya pada masa kanak-kanak sudah sering membantu ayahnya mereparasi jam, ia juga terbiasa menggantikan ayahnya melakukan sejumlah pekerjaan. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari sebuah keluarga yag terkenal di Ismailiyah, keluarga pedagang tingkat menengah yang sangat perhatian dalam mengajarkan agama kepada anak-anaknya.
Ibunda Hasan Al-Banna sendiri yang memilihkan pasangan hidup untuk anaknya ini, ketika tengah mengunjungi keluarga ini dikejutkan oleh suara bacaan Al-Qur’an yang sangat merdu. Setelah diselidiki, suara itu bersumber dari seoarng gadis di keluarga itu, ibunya langsung bergegas menceritakan hal ini kepada Hasan Al-Banna dan mengisyaratkan untuk segera mengambilnya sebagai istri. Masa muda Hasan Al-Banna sendiri dihabiskan untuk menyebarkan prinsp-prinsip pemikirannya tentang pembaharuan Islam melalui Organisasi yang didirikannya Ikwanul Muslimin, setelah menyelesaikan kuliahnya di Darul Ulum, Kairo. Setelah itu beliau menggeluti profesi sebagai guru sekolah dasar.
Namun profesi beliau yang sesungguhnya adalah menyampaikan kepada kaum muslim agar mengamalkan Al-Qur’an dan berpegang teguh kepada Sunah Nabi Saw yang agung, lewat dirinyalah Islam kembali mempunyai semangat untuk kembali menunjukkan kejayaannya di masa lalu, yang semua itu beliau sampaikan dengan kalimat sederhana kepada Mahasiswa, buruh, petani, pedagang, dan berbagai golongan masyarakat lain.
2.1.2 Hasan Al-Banna Peletak Teori Gerakan Islam Kontemporer
Jika suatu fatwa dinilai berdasarkan tempat, masa, dan ulama yang member fatwa, demikian halnya dengan teori gerakan Islam kontemporer, ia harus dipertimbangkan berdasarkan tempat, masa, dan kapabilitas peletaknya. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak seorangpun manusia masa kini yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana yang dimiliki oleh Hasan Al-Banna.
Studi secara mendalam disertai dengan kepercayaan penuh berdampingan dengan keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin itulah satu-satunya cara yang dapat dilakukan guna menilai pandangan dan teori yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dengan jujur. Hasan Al-Banna sang peletak dasar teori gerakan Islam, dialah yang telah mengemukakan gagasan yang aplikatif dan dapat diterima oleh semua muslim, dari awal sampai akhir. Hasan Al-Banna adalah seorang pembaharu di masa kini, sebagaimana telah disepakati oleh semua orang yag berbicara tentangnya dengan penuh kepahaman dan objektivitas. Boleh jadi, berdaarkan pengalaman, tamapaklah bahwa gagasan modern manapun tentang gerakan Islam tidak lepas dari pengaruh ide Hasan Al-Banna. Pemikiran Hasan Al-Banna adalah pemikiran yang syamil (komprehensif), yang memenuhi seluruh kebutuhan kita. Sekalipun pernah ada persoalan, namun hal itu tidak sampai keluar dari prinsip pemikiran di pejalanan dakwahnya. Dari semua itu jelaslah bahwa Hasan Al-Banna, dengan segala produktivitas yang dihasilkannya, adlah salah satu personil Jamaah pada suatu masa tertentu, yang lalu menebarkan benih dan memeliharanya. Tidak seorang pun dikalangan murid-muridnya yang menulis, member pengarahan, atau bersikap melainkan Hasan Al-Banna ikut berperan disana.

Hasan Al-Banna hadir disaat kaum muslimin dalam keadaan tidak menentu. Memang, mereka berjuang disetiap medan. Mereka mempersembahkan pengorbanan yang banyak dan telah banyak pula jatuh korban. Namun sangat disayangkan, hasil perjuangannya tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Barang siapa yang melakukan kajian terhadap sejarah perjuangan kaum muslimin di masa kini, mulai dari perjuangan Syaikh Sayyid Ali Al-Kurdi di Turki, perjuangan Izzudin Al-Qassam di Palestina  sampai perjuangan  umat Islam di India dan Pakistan, maka ia akan mendapati banyak kekurangan disana-sini, sehingga tidak dapat memenuhi tuntutan zaman untuk meraih kemenangan Islam secara menyeluruh dan sempurna. Sementara kita melihat bahwa kata-kata Hasan Al-Banna mengandung gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan dapat pula mengantarkan kepada kemenangan Islam secara total.
Barang siapa mengamati realitas kaum muslimin masa kini, niscaya dia akan mendapati bahwa dimana pun dan kapan pun ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika Islam dan kaum muslimin. Sebaliknya, pada ketiadaanya kita akan menyaksikan mentalitas yang hina dan tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang buruk, di samping kekuatan regional yang semakin menjerumus kearah yang buruk pula. Pembaca sejarah umat ini suatu ketika akan menyaksikan di lembaran dokumen-dokumennya bahwa sisa kehidupan umat ini akan direpresentasikan oleh pemikiran Hasan Al-Banna. Perjalanan baru umat ini akan dimulai dan bermula dari Hasan Al-Banna, beliau dalam perjalanan perjuangannya telah berhasil memadukan antara hukum-hukum syariat dengan tuntutan zaman, antara cita-cita melangit seorang muslim dengan pandangan realistis di lapangan, antara kesempurnaan tarbiyah dan ta’lim dengan tatanan dan aktivitas politik serta ekonomi, dan lain-lain hal yang memenuhi hajat kaum muslimin dewasa ini.
Ia berhasil meletakkan berbagai hal tadi, ekaligus membersihkan benda-benda warisan Islam dari berbagai noda dan kotoran yang menempel padanya. Kita tidak mau pergi menjauh dari jalan oleh Hasan Al-Banna, sebab sikap ini akan menjauhkan kita dari langakah-langkah yang benar untuk menegakkan Islam di zaman sekarang. Semestinya kita tidak mudah terkecoh oleh fenomena lahiriah dan tidak boleh tergesa-gesa membuat analisa tehadapnya. Substansi berbagai peristiwa tidak boleh lewat dari perhatian kita. Perbedaan tajam pernah terjadi antara pemikiran Hasan Al-Banna dan realitas di lapangan Ikhwanul Muslimin di beberapa wilayah menjadi factor pemyebab timbulnya berbagai kegelisahan dan munculnya berbagai fiksi di tubuh Jamaah, pada suatu saat ketika itu. Untuk itu, kita tetap mendukung dan menghidupkan terus pemikiran Hasan Al-Banna ini serta menyempurnakan kekurangan-kekurangannya dan berjalan di bawah naungannya. Karena beliau memang penulis anggap memiliki banyak unsure kesempurnaan dalam bidang pemikiran gerakan.
Menurut analisa penulis kata-kata yang pernah dituliskannya di dalam bukunya sehubungan dengan tarbiyah yang merupakan sebagian dari alam pemikirannya. Pendidikan dan pembinaan umat, memperjuangkan prinsip-prinsip nilai, dan pencapaian cita-cita yang sesungguhnya memerlukan partisipasi seluruh umat, atau paling tidak sekelompok dari mereka, yakni memperjuangkan tegaknya :
·         Kekuatan jiwa yang besar, yang dimanisfestasikan dalam bentuk tekad yang kuat dan tegar.
·         Kesetian yang utuh, bersih dari sikap lemah dan munafik.
·         Pengorbanan yang suci, yang tidak diperdayakan oleh sifat tamak dan bakhil.                                                                                                                                                    
Selain itu juga mengetahui, menyakini, dan menjunjung tinggi prinsip yang menjamin terpeliharanya diri dari kesalahan, penyelewengan, bujuk rayu, dan tipu daya. Deskripsi global yang baru saja penulis sampaikan ini membutuhkan argumentasi untuk merincinya secara utuh, menyangkut berbagai teori yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna. Hal ini tentu tidak mungkin diungkapkan dalam penelitian ini. Walaupun demikian, hari-hari mendatang aka nada yang membuktikan bahwa gerakan Islam modern tidak akan dapat membebaskan diri dari pemikiran Hasan Al-Banna, baik hanya satu fase perjalanannya, di masa sebelum berdirinya Negara Islam, maupun sesudahnya, di politik dalam negeri maupun luar negerinya, dalam bidang pendidikan, maupun strategi perjuangan dan pergerakannya.
Meskipun Hasan Al-Banna adalah satu-satunya tokoh yang kredibel untuk mengemukakan pandangan dan teori amal Islami, berkat anugerah Allah Swt padanya, konsep yang ditegakkannya memiliki mata rantai sejarahnya sendiri, di mana jika mata rantai-mata rantai itu saling berselisih, maka terjadilah kerusakan dalam dakwah. Salafi, Shufi, Fiqih, pemikiran, jihad, Tarbiyah, harta, kekuatan, dan lainya pun memiliki mata rantai sejarah. Jika terjadi penggalan di salah satu mata rantai, maka dakwah juga menjadi berantakan. Oleh karena itu, bahaya yang paling besar yang dihadapi oleh dakwah dan Jamaah ini ialah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri yang tidak benar kepada Hasan Al-Banna. Jika fase pembentukan dalam pemikiran Hasan Al-Banna begini dan begitu lalu terjadi penyimpangan di dalamnya, maka fase itu berarti tidak memberikan sesuatu apapun di lapangan apapun, karena saat itu sebuah penyelewengan yang berbahaya telah terjadi.
Oleh karenanya, jika pemimpin tidak mengambil warisan dari kepribadian Hasan Al-Banna dalam bidang ilmu, amal, kedalaman ma’rifatnya kepada Allah, ibadah kepadanya, tentu lebih utama jika mengambil warisan langsung dari Rasulullah Saw. Maka kehancuran pasti akan terjadi. Oleh karena itu, kita mesti berhati-hati terhadap pewarisan yang cacat, karena ia berbahaya bagi Jamaah dan gerakan Islam itu sendiri.
Jamaah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna sesungguhnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kaum muslimin. Tidak seorang muslim pun yang tidak merasakan bahwa dalam Jamaah terdapat segala hal yang diimpikannya. Tidak ada kelompok masyarakat pun yang tidak melihat bahwa kebaikan yang ingin diperjuangkannya terdapat dalam gerakan yang didirikannya ini. Dengan kelengkapan-kelengkapan yang menjadi komponen gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna ini, nyatanyalah bahwa ia adalah gerakan yang matang. Melalui gerakan ini beliau dapat mengambil kebajikan di mana pun berada, yang kebajikan itu dapat membersihkan daki-daki dari tubuh gerakan Islam.
Hasan Al-Banna sebagai pembaharu Islam memiliki pandangan yang lebih komprehensif dan lebih konkret. Beliau meyakini bahwa mengobati sejumlah penyakit dan mengabaikan sejumlah penyakit lainnya bukanlah cara memecahkan masalah. Sesungguhnya menangani perpecahan kaum muslimin, perselisihan pendapat, hilangnya kekuatan dan kemunduran peradaban mereka tidak bisa dengan mengatasi salah satu dari masalah terebut, tetapi harus seluruhnya. Metode perbaikan mengentaskan kaum muslimin dari jurang itu harus komprehensif dan integral mencakup semua rukun perbaikan Islam, bukan dengan mencela metode salah seorang pembaharu. Dengan begitu, kondisi kaum muslimin akan menjadi baik.
Rukun-rukun perbaikan Islam tersebut adalah :
1.      Memahani Islam dengan pemahaman yang sahih, komprehensif dan integral. Menurut analisis penulis yang dimaksud dengan prinsip pertama ini yang kembangkan oleh Hasan Al-Banna adalah faham kita terhadap fikrah (pemikiran) kita adalah pemikiran Islamiah yang bersih dan akidah Islam yang lurus.
2.      Ikhlas karena Allah dalam beramal untuk agama ini. Menurut analisis penulis yang dimaksud dengan Ikhlas terebut adalah kita kehendaki dengan sikap ikhlas adalah bahwa seorang muslim dalam setiap kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah Swt dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan. Dengan itulah ia menjadi muslim yang lurus bukan muslim yang penuh dengan kepentingan dan ambisi pribadi dalam gerakan yang di perjuangkannya.
3.      Beramal untuk agama ini dengan memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, pemerintahan dan lain-lain. Menurut analisis penulis dengan amal (aktivitas) adalah buah dari ilmu dan keikhlasan.
4.      Jihad fi sabilillah dengan berbagai tingkatan dan macamnya. Menurut analisis penulis dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang hukumnya tetap sampai hari kiamat, perangkat jihad pertama adalah pengingkaran dengan hati yang dipenuhi dengan nafsu syahwat dan peringkat terakhirnya adalah berperang dijalan Allah Swt.
5.      Berkorban dengan waktu, kemampuan, harta, dan jiwa untuk agama ini. Menurut analisis penulis pengorbanan adalah pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan, tidak ada perjuangan di dunia ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan.
6.      Taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam perkara yang sulit maupun mudah, dan dalam keadaan suka maupun tidak. Menurut penulis taat adalah menunaikan perintah dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.
7.      Berpegang teguh pada akidah, syariat dan amalan agama ini sepangjang masa hingga tercapainya tujuan. Menurut penulis keteguhan adalah bahwa seorang muslim hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkannya pada tujuan, betapun jauh jangkauannya dan lama masanya hingga bertemu dengan Allah dalam keadaan yang tetap demikian.
8.      Berlepas diri dari semua pemikiran yang berlawanan dengan pemikiran Islam yang benar dan dari semua orang atau pemimpin yang menghalangi orang Islam dari totalitas keagamaannya. Bahwa  kita harus membersihkan pola piker dari prinsip nilai dan pengaruh individu yang lain, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap pemikiran.
9.      Bersaudara dalam agama ini. Ukhuwah (bersaudara) adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan akidah. Ukhuwah adalah saudarnya keimanan sedangkan perpecahan adalah saudaranya kekufuran, kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih, standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).
10.  Tsiqah (kepercayaan)  dalam mengarahkan aktivitas Islam sesuai dengan prinsip Islam, “Tidak ada kepatuhan bagi makhluk, jika untuk bermaksiat kepada Allah SWT.”
Inilah sepuluh rukun yang merupakan konsepan-konsepan dasar dari pola piker metode perbaikan Islam yang dirumuskan oleh Hasan Al-Banna untuk kaum muslimin untuk mengatasi perpecahan dan kemunduran perdaban mereka. Maka beliau kemudian mendirikan gerakan keIslaman yang dinamainya Jamaah Ikhwanul Muslimin yang melalui organisasi Islam ini beliau menyusun agenda-agenda yang detail untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin dan menjadikan mereka kembali menjadi pemimpin peradaban manusia.
2.2 Kerangka Berfikir
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemikiran Hasan Al-Banna Terhadap Gerakan Islam Ikhwanul Muslimin” tetapi akan dijelaskan kata kunci dalam penelitian ini.
1.      Tentang Pemikiran
Pemikiran selalu berkembang sesuai dengan keadaan permasalahannya yang berkembang. Mustahil memahami sebuah pemikiran jika tanpa memahami latar belakang yang menyusun pemikiran itu, karena pemikran itu dilahirkan oleh keadaan masyarakatnya.
2.      Tentang Pemikiran Hasal Al-Banna
Imam Syahid Hasan Al-Banna merupakan salah satu tokoh besar dalam Islam yang selalu berfikir untuk kemajuan dunia Islam yang memang pada saat itu sedang mengalami kemunduran dalam segala hal. Dan untuk kemajuan itu Hasan Al-Banna membuat gerakan-gerakan dari hasil pemikirannya baik dalam bidang politik, dan juga moral melalui membuat sebuah organisasi.

Dalam pemikirannya tentang gerakan Islam beliau melakukannya melalui membangun sebuah organisasi Islam yang tujuannya itu menerapakan sistem syari’at Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia dengan memegang prinsip 10 rukun Islam.
3.      Gerakan Islam
Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan pada tegaknya agama Islam di muka bumi ini agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud.



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Jenis Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang akurat dan lebih baik dari suatu penelitian, maka sangat diperlukan suatu metode atau cara kerja untuk mendapatkan hasil penelitian dari tujuan yang telah ditentukan. Adapun jenis metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh melalui penelitian buku-buku, jurnal, majalah, internet, artikel, dan media publikasi lainnya yang berkaitan dengan masalah ini.
3.2         Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka pengumpulan datanya adalah dengan menelusuri dan merecover buku-buku dan tulisan-tulisan dalam bentuk lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Di samping itu juga ditelusuri serta dikaji buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang mendukung kedalaman dan ketajaman analisis dalam penelitian ini.
Sumber data yang penyusun gunakan dalam kajian ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder, yaitu :
a.       Sumber Data Primer
Dalam penelitian ini penyususun menggunakan karya-karya yang telah ditulis oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, terutama buku-buku yang berkaitan tentang pemikiran beliau.
b.      Sumber Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penyusun lain yang berkaitan dengan tema penelitian baik berupa buku, jurnal, artikel, maupun tulisan lain.
3.3              Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik content analysis, yaitu menganalisis data sesuai dengan kandungan isinya. Sedangkan metode analisis datanya menggunakan metode induktif dan metode deduktif. Penyusun mencoba menganalisis bagaimana pemikiran Hasan Al-Banna dalam memahami agama Islam dari buku-buku yang ditulis maupun dari gerakan yang dilakukannya yang bersumber dari data yang tertulis baik itu dari buku, jurnal, artikel, belutin, maupun juga internet, kemudian dari pemahaman tersebut diambil kesimpulan umum tentang  relevansinya dengan gerakan Islam.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda